top of page

Plesiran & Kuliner

06 Plesiran - Ke Dieng kolase.jpg

Dieng: Negeri di Awan Para Dewa

oleh Moestaryanti Puruhita

​

Sepertinya bukan khayalan jika Katon Bagaskara menciptakan lagu berjudul Negeri di Awan dengan liriknya yang renyah didengar. Di penghujung Juni lalu, Redaksi Soerat Kabar berkesempatan menikmati Pegunungan Dieng, Negeri di Awan.

​

Menikmati indahnya Matahari Terbit

Saya bersama suami dan anak kami yang berusia 4 tahun, bersemangat mengejar matahari terbit dari Puncak Sikunir yang memiliki pemandangan spektakuler: gunung Sindoro, Sumbing, Merapi, Telomoyo dan Merbabu. Siluet dan gunung-gunung serta tumpukan awan menjadi pemandangan yang tak ternilai harganya. Negeri di atas awan memang nyata adanya. Saya yang biasanya berfoto sana sini, kehabisan kata-kata menikmati secara langsung matahari terbit dari malu-malu sampai bersinar terang.

Anak kami mengikuti perjalanan dengan tenang, bahkan dirinya mendaki bukit Sikunir dengan riang gembira, bahkan menuruni bukit juga dengan senang hati. Tidak digendong.

 

Indahnya Danau Telaga Warna

Setelah sarapan kentang panggang dan kentang goreng khas Dieng, kami melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi Danau Telaga Warna. Dua danau yang bersebelahan namun memiliki warna air yang berbeda. Pemandu kami yang baik hati memberikan penjelasan bahwa air danau yang berbeda warna ini karena kandungan gas dari gunung berapi yang masih aktif. Tak perlu heran jika pegunungan Dieng ini adalah penghasil gas alam yang besar bagi pulau Jawa.

​

Candi Arjuna yang Menggoda

Selain terkenal dengan sebutan Negeri di Awan, Dieng juga memiliki sebutan lain yang tak kalah Indah, yaitu negerinya para dewa. Terbukti kompleks Candi Arjuna yang memiliki candi-candi yang tersebar rapi dan masih terawat apik ini membuat daya tarik Dieng semakin menawan. Salah satu candi yang menarik perhatian kami adalah Candi Arjuna sendiri dan Candi Bima yang letaknya tidak jauh dari Kawah Sikidang dan Museum Sejarah Dieng.

 

Kawah Sikidang yang Indah

Kami mengunjungi kawah Sikidang yang sarat bau belerang yang menyengat sampai kami diwajibkan untuk menggunakan masker. Kawah ini sangat Indah dan fantastis tetapi berbahaya jika kita melihatnya terlalu dekat.

 

Penghasil Kentang Terbaik

Rasanya kurang klop jika ke Dieng tidak bermain-main ke perkebunan kentang. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Dieng adalah dengan bertani dan penghasil kentang terbaik. Hampir di seluruh jajanan pasar, kami menyaksikan berbagai olahan produk kentang. Memang terbukti enak sekali. Dengan berkembangnya industri pariwisata, mata pencaharian penduduknya juga berkembang ke tempat penyewaan penginapan dan restoran.

 

Tips berkunjung ke Dieng :

  1. Dengan mengendarai kendaraan beroda 2 atau lebih dari arah Semarang, kabupaten Batang Banjarnegara dan Wonosobo.

  2. Jika Anda menaiki kereta api, bisa berhenti di stasiun Purwokerto dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki bus, sewa kendaraan atau agen perjalanan.

  3. Lamanya mengunjungi Dieng adalah 2 hari 1 malam atau 3 hari 2 malam.

  4. Memakai baju yang nyaman, jaket tebal karena suhu cukup dingin dan memakai sepatu yang nyaman karena anda akan menjelajah alam Pegunungan Dieng.

  5. Selalu menjaga kebersihan demi melestarikan alam Indonesia yang indah ini.

 

Tunggu apalagi? Negeri di Awan menanti Anda!

​

Foto kredit : Kiki Dieng, Ita & Laurent Gouteron

​

==========================================================================================================================

​

06 Plesiran - Palenque kolase.jpg

Palenque, Peradaban bangsa Maya yang Tertua

oleh Moestaryanti Puruhita

 

Masih menjadi bagian cerita perjalanan darat kami menyelami Dunia Maya, kali ini kami mengajak Anda berpetualang ke Palenque yang merupakan peradaban bangsa Maya yang paling tua, yang mempunyai peranan penting bagi penyebaran bangsa Maya sampai ke Semenanjung Yucatan sampai ke Guatemala, Belize dan Honduras.

 

Bangsa Maya dan Kalender Akhir Dunia

Teringat dengan kalender bangsa Maya yang isinya tentang akhir dunia tahun 2012? Disinilah tepatnya mereka "merancang" kalender tersebut. Sebenarnya, bangsa Maya tidak menyebut tahun 2012 adalah akhir dunia, melainkan berakhirnya siklus hidup dan berganti ke siklus hidup berikutnya. Dengan kata lain, pertanggalan kalender mereka habis di tanggal 21 Desember 2012 menurut kalender Masehi.

Palenque adalah salah satu situs bangsa Maya terbesar sekaligus tertua. Menurut penelitian para ahli, Palenque sudah berdiri pada zaman klasik antara 300 sebelum Masehi – 700 tahun setelah Masehi. Situs piramida ini dikukuhkan oleh UNESCO pada tahun 1987 sebagai salah satu

 

Warisan Dunia.

Begitu menginjakkan kaki di kompleks Piramida Palenque, kami serasa kembali ke abad-abad sebelumnya. Palenque dalam bahasa Maya berarti "dikelilingi pepohonan". Ya! Bangsa Maya tidak bohong dan tidak mengada-ngada karena Piramida ini terletak di tengah-tengah pepohonan atau hutan lebih tepatnya.Kompleks piramida yang terbilang luas ini (sekitar 18 km2), terletak di Provinsi Chiapas (sekitar 827 km ke arah timur dari Mexico City). Waktu yang dibutuhkan untuk mengagumi keindahan Palenque sekitar 3 sampai 4 jam.  Suasana kompleks ini menawarkan aura romantis yang menunjukkan bahwa bangsa Maya memperhitungkan keindahan dan detail bangunan serta letaknya yang tidak biasa yang berada di kaki pegunungan Chiapas, dibandingkan piramida-piramida bangsa Maya lainnya. Bagaimana tidak, bangsa Maya berhasil menggabungkan setiap piramida diselingi pepohonan yang rindang dan sejuk, serta dikelilingi bukit-bukit yang rendah. Berada di kompleks Piramida Palenque, serasa kembali ke masa lalu yang indah.

​

Palenque dan Raja Pacal

Sedikit sejarah bangsa Maya di Palenque, adalah kepala suku mereka yang bernama Raja Pacal yang amat sangat berkuasa dan pemimpin paling lama pada masanya. Beliau berperan penting dalam pembangunan kompleks Piramida Palenque, salah satunya adalah arsitek pada Piramida Inscripción atau juga dikenal sebagai makamnya Raja Pacal. Bangunan ini tidak akan luput dari mata kita karena begitu memasuki kompleks, Piramida megah ini terletak di sebelah kanan kita. Peran Raja Pacal mempunyai andil besar karena pada masanya bangsa Maya adalah peradaban bangsa yang maju. Hal ini terbukti dengan penemuan dan penelitian tentang sistem kalender yang dikenal sampai saat ini sampai huruf hieroglyphic. Seratus tahun setelah pemerintahannya dan kemudian meninggal, pemerintahan Raja Pacal dilanjutkan oleh anak laki-lakinya, yang bernama Chan-Bahlum (yang artinya Jaguar-Ular). Tetapi sayangnya, si anak tidak bisa meneruskan kejayaan ayahandanya. Di akhir abad ke-10, kejayaan Palenque mulai redup dan penduduk Palenque melarikan diri, berpencar sampai membentuk peradaban baru. Hal ini masih terus diteliti oleh para ahli.

​

Foto kredit : Ita & Laurent Gouteron

​

==========================================================================================================================

​

06 Plesiran - Xochimilco2.jpg

Xochimilco, Wisata Unik Mexico City

oleh Moestaryanti Puruhita

​

Ingin menikmati keindahan Mexico City dari sisi lain serta bergabung dengan para penduduk lokal? Kunjungi Xochimilco. Terletak di bagian selatan kota metropolitan yang tak jauh jaraknya dari pusat kota, kita bisa menikmati kanal-kanal yang terjaga keindahannya dengan menaiki perahu kayuh. Dijamin menambah pengalaman tak terlupakan Anda tentang Mexico City!

​

Menyelam dalam Keindahan ‘ Kota Bunga’

 

Suatu sabtu yang cerah, kami menaiki perahu dengan dekorasi warna warni yang membelah kanal yang airnya tidak jernih namun bersih dari sampah. Pengayuh perahu yang ramah juga bercerita tentang Xochimilco sampai pengalamannya selama menjadi pemandu turis.

​

Xochimilco dulunya adalah tempat tinggal bangsa Aztec. Mereka bercocok tanam baik itu sayur-sayuran maupun bunga-bungaan yang didistribusikan ke seluruh ibukota. Sampai sekarang, tempat subur ini masih dilestarikan, bahkan mendatangkan turis lokal maupun dari seluruh penjuru dunia. Yang serunya lagi, kami bisa menikmati aneka jajanan khas mexico sambil mendengarkan alunan musik mariachi secara langsung dari atas perahu. Selain itu, ketika kami berpapasan dengan perahu lain saling menegur antar penumpang perahu sambil melambaikan tangan sampai ikut berfoto bersama.

​

Ajolote, hewan unik perpaduan ikan dan katak

 

Meksiko, khususnya di Xochimilco, memiliki hewan unik yang diambang kepunahan, yang bernama Ajolote. Dikategorikan sebagai golongan amfibi, yang bisa hidup setengah di darat dan di air, Ajolote ini hanya bisa bertahan hidup di kanal-kanal Xochimilco.

Bentuknya yang unik menjadikan ajolote menjadi karakter imajinasi untuk kartun-kartun dan film-film fantasi. Sewaktu kami mengunjungi salah satu tempat pelestarian ajolote, digambarkan bahwa karakter kartun Pikachu Pokemon terinspirasi dari bentuk ajolote yang unik.

​

Xochimilco itu…

  • Dikenal sebagai salah satu Warisan Dunia versi UNESCO sejak tahun 1987.

  • Bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi, taksi atau metro dan tren ligero.

  • Bulan april dan mei adalah waktu yang tepat untuk mengunjungi Xochimilco. Kita bisa menikmati area hijau dan bunga-bunga yang bermekaran. Air laguna pun stabil.

  • Setiap sabtu ada pasar tradisional yang dipenuhi dengan bunga-bunga, aneka macam tanaman dan tembikar-tembikar kerajinan tangan.

  • Embarcadero populer dan dekat tempat parkir adalah Cuemanco.

  • Harga naik perahu, lamanya waktu serta rute sudah terpampang jelas di papan dan merupakan harga resmi.

  • Siapkan uang cash untuk jajan di atas perahu, menikmati mariachi, tequila, bahkan untuk membeli tanaman.

  • Tempat wisata yang menyenangkan jika kita kedatangan tamu yang berkunjung ke Mexico, tinggal diajak saja ke sini.

 

Selamat menikmati Xochimilco!

​

Foto Kredit : Moestaryanti Puruhita dan Siska Truy

​

==========================================================================================================================

​

museo - kolase2.jpg

Belajar Sejarah Antropologi Mexico

oleh Estudiantina Moors

​

Berawal dari tugas sekolah anak-anak untuk mengetahui sejarah Los Mexicas, mampirlah kami ke Museo de Antropología di Bosque de Chapultepec. Jujur saja, salah satu hal yang membuat kami malas datang ke tempat ini adalah urusan parkir. Jadi tips pertama adalah, datang pagi-pagi supaya tidak perlu ngantri bahkan untuk masuk ke area parkir!

​

Urusan parkir selesai, kami berjalan kaki menuju museum. Berhadapan dengan museum, bisa ditemukan jejeran warung kecil yang berjualan jajanan, kacamata hitam, mainan anak-anak dan yang paling menarik adalah atraksi tari yang dibawakan oleh artis jalanan.

 

Memasuki gedung museum, anda akan disuguhkan dengan pemandangan welcome hall yang luas dan antrian pembelian tiket di sisi kanan anda. Harga tiket masuk adalah 70 pesos untuk orang dewasa dan anak-anak diatas 13 tahun. Anak-anak dan orang dewasa yang membawa kartu pelajar maupun kartu guru (pengajar) bisa masuk secara gratis.

​

Museo Nacional de Antropología memiliki 23 exhibition halls, seharian pun tidak cukup untuk menikmati semua ruang pameran. Tiap ruang pameran memiliki klasifikasi tersendiri. Mulai dari ruang pamer pre-classic, Teotihuacan, Toltec, Mexica, Oaxaca, Gulf Coast, Maya dan masih banyak lagi.

 

Los Mexicas, yang juga dikenal dengan nama Aztec tradisional, adalah orang2 mesoamerica yang mendirikan Mexico-Tenochtitlan dan pada abad ke-15, pada akhir Postclassic, menjadi pusat dari salah satu negara paling luas yang dikenal di Mesoamerika, semua arte. Salah satu icon seni yang paling kita kenal adalah kalender Aztec, yang bisa kita lihat di semua uang logam pecahan 10 pesos.

​

Di ruangan Mexica, kita bisa melihat banyak sekali artefak dari batu yang diukir menjadi lambang dewa-dewa mereka. Seperti dewa dan dewi ular, dewa burung, dewa penyu sebagai lambang pemujaan mereka kepada sumber protein nabati dalam makanan mereka, juga meja persembahan dan lain-lain. Kita juga bisa melihat cara mereka bercocok tanam menggunakan sistem chinampas, yaitu petak tanah yang terapung diatas rawa-rawa. Beberapa artefak diletakkan terbuka di tengah ruangan sehingga kita bisa menyentuhnya, namun lebih banyak artefak yang diletakkan dalam lemari kaca transparan. Hampir semua artefak yang dipamerkan dilengkapi dengan tampilan informasi dalam bahasa inggris maupun spanish. Benar-benar tempat belajar yang menyenangkan!

 

Foto Kredit : Estudiantina Moors

​

==========================================================================================================================

​

06 Plesiran - bacalar.jpg

Laguna Bacalar: Tempat Transit Memesona di Perbatasan Meksiko dan Belize

oleh Moestaryanti Puruhita

​

Pada umumnya, para wisatawan mengunjungi Sememanjung Yucatan pasti menjejakkan kaki ke Chichen Itza (yang sudah dimuat di edisi Soerat Kabar edisi Oktober 2018) atau ke Cancun yang terkenal dengan destinasi pantai yang indah. Mereka tidak salah karena Meksiko menyajikan alam yang menakjubkan dan terkenal seantero dunia.

​

Kali ini Redaksi Soerat Kabar mengajak Anda berpetualang ke laguna Bacalar yang terkenal dengan nama Laguna 7 warna. Mengapa bernama Laguna 7 warna? Diberikannya nama ini bukan tanpa sebab, karena Laguna Bacalar berhasil menyajikan warna biru dengan gradasi yang berbeda-beda. Mulai dari biru turquoise sampai warna biru tua. Warna-warna tersebut menandakan seberapa dalamnya si laguna. Menarik dan sangat indah!

 

Tempat transit yang memesona

Letak laguna Bacalar yang strategis yang letaknya berdekatan dengan perbatasan Meksiko, Belize dan Guatemala ini menjadi tempat ´transit´ para turis dan petualang. Selain itu, letaknya di Propinsi Quintana Roo yang berdekatan dengan Cancun dan Tulum, juga menjadi jalur numpang lewat bagi para turis yang menuju Calakmul, Chiapas dan Campeche. Bacalar menyajikan alam yang spektakular untuk menikmati wisata air, mulai dari berenang di air yang dangkal dan jernih, pasir putih yang mengundang untuk sekedar berjemur, bahkan sampai snorkeling untuk menikmati bersihnya telaga tersebut. Selain itu para wisatawan juga bisa menikmati laguna Bacalar dengan kayak ataupun menyewa kapal bermotor bermuatan 4 sampai 12 orang sepanjang hari.

​

Mencapai Bacalar :

1. Jika naik bus umum: 

*) Dari arah Cancun / Tulum, cari jurusan ke arah Chetumal dan minta kepada pak sopir untuk turun di Bacalar. â€‹

*) Dari arah Chetumal, cari jurusan Cancun / Tulum, dan minta turun di Bacalar.

2. Jika Anda enggan naik bus umum dari Chetumal, Anda bisa naik taksi menuju Bacalar yang jaraknya sekitar 40an km dengan jarak tempuh kurang lebih 40 menit.

3. Menyewa kendaraan dari Merida / Cancun / Playa del Carmen atau Tulum untuk menikmati jalan darat Meksiko di Propinsi Yucatan dan Quintana Roo. Mengapa tidak?

 

Bacalar itu…

  • Memiliki cuaca yang panas sepanjang tahun, antara 19 – 34 derajat. Waktu ideal adalah sepanjang tahun, tetapi hindari liburan Meksiko yang paling umum pada saat Paskah (sekitar bulan April) dan Natal (bulan Desember). Karena kebanyakan turis lokal akan memadati seluruh tempat wisata.

  • Nikmati masakan lautnya yang membuat Anda ingin menambah lagi dan lagi, seperti cheviche dan gurita panggang.

  • Memiliki tempat wisata ekoturisme yang sangat dijaga demi keseimbangan hábitat dan ekosistem.

  • Setidaknya memerlukan waktu minimal 3 hari 2 malam untuk menikmati Laguna Bacalar dengan santai tanpa terburu – buru.

 

Foto Kredit : Moestaryanti Puruhita

​

==========================================================================================================================

​

07 Plesiran - Palacio de Bellas Artes.jp

Palacio de Bellas Artes

oleh Moestaryanti Puruhita

​

Awal tahun 2019, kami mengajak Anda untuk mengenal ibukota Meksiko lebih dekat, setelah beberapa edisi terakhir kami mengajak piknik dan berpetualang ke dunia peradaban Maya di Semanjung Yucatan.

 

Apa, sih, ikon ibukota Meksiko? Saya yakin kita akan berpikir dulu beberapa detik sebelum menjawab. Gampang-gampang susah menjawabnya. Seperti Palacio Nacional, Plaza Garibaldi tempat para pemusik mariachi menunjukkan kebolehannya, Patung San Angel di jalan utama Reforma, Basilica de Guadalupe, Palacio de Bellas Artes sampai Museum Frida Kahlo yang mendunia. Nah, kali ini saya akan mengajak Anda ke Palacio de Bellas Artes. Gedung Kesenian kebanggan penduduk Meksiko, khususnya ibukota Meksiko, yang telah berhasil menjadi tempat singgah seniman lokal maupun internasional yang mengukir sejarah kariernya di bidang seni.

​

Sejarah dan Arsitektur

Menyambut abad ke – 20, pemerintah Meksiko di bawah kepemimpinan Presiden Porfirio Diaz bermaksud mempercantik ibukota Meksiko. Adalah arsitek italia, Adam Boari, yang dipercaya untuk mendirikan bangunan bersejarah tersebut. Boari tidak main-main merancang gedung indah ini walaupun masa pembangunannya sempat tertunda karena gejolak revolusi Meksiko tahun 1910.

Terinsipirasi dari gaya arsitektur Palais Garnier atau Opera de Paris, arsitek Boari merancang dan membangun Palacio de Bellas Artes dengan detail dan seksama. Dia sudah memikirkan secara matang pondasi bangunan agar tahan lama dan tahan gempa dengan bahan baku besi dan beton sekeliling pondasi.

Sayangnya Boari tidak menyelesaikan bangunan bersejarah tersebut. Yang berjasa untuk menyelesaikan proyek ini adalah Federico Mariscal. Ia secara total menyelesaikan gedung bersejarah yang awalnya bernama Museo Nacional de Artes Plasticas.

Jika kita perhatikan dengan seksama, arsitektur Palacio de Bellas Artes ini bisa dikatakan lengkap karena merangkum perjalanan Meksiko, sejak dari zaman pre-hispanik dengan ditandai Tlaloc yang menjadi simbol pintu utama. Ada simbol neo-klasik di bagian luar bangunan. Lalu gaya arsitektur Art Modern dan Art Nouveau yang mendominasi ukiran – ukiran bangunan seperti halnya di eropa.  Dengan berjalannya waktu, Palacio de Bellas Artes menjadi gedung bersejarah terpenting yang memberi ruang para seniman lokal dan internasional memamerkan karya – karya seninya.

​

Muralis yang Berjasa

Selain gaya arsitekturnya yang menarik perhatian, jasa para muralis mempercantik interior gedung kesenian ini. Para seniman lukisan dinding yang memakai teknik fresco, mencurahkan imajinasinya atas keadaan Meksiko pada zaman pre-hispanik, pada saat bangsa spanyol mendominasi sampai memasuki zaman revolusi Meksiko tahun 1910.

​

Diego Rivera, sang maestro muralis yang mendedikasikan karyanya yang berjudul El hombre Controlador Del Universo (1934), yang menunjukkan gerakan politik suami dari Frida Kahlo ini. Selain Rivera, ada 4 muralis lainnya yang karyanya sangat diperhitungkan menghiasi Palacio de Bellas Artes ini. Sebut saja Katharsis (1934 – 1935) karya José Clemente Orozco, Nueva Democracia (1944) dari muralis David Alfaro Siqueiros. Tak ketinggalan Nacimiento de Nuestra Nacionalidad (1952) karya muralis Rufino Tamayo serta karya Jorge Gonzales Camerena yang berjudul Liberación (1957 – 1963).

​

Jangan lewatkan!

  • Ballet Folklorique de Mexico de Amalia Hernandez, setiap hari rabu dan sabtu.

  • Bagi Anda penggemar musik, jangan lewatkan konser Orquestra de Camara de Bellas Artes tanggal 3 februari 2019.

 

Foto Kredit : Moestaryanti Puruhita

​

==========================================================================================================================

​

06_Plesiran_-_Yaxchilán_kolase.jpg

​YAXCHILAN

Kota Hijau Tersembunyi di Belantara Hutan Chiapas

Dunia Lain Peradaban Maya di Chiapas

Zamrud Berharga di Chiapas

​

Edisi Soerat Kabar bulan Desember ini masih mengajak Anda menjelajahi Peradaban Maya. Setelah Chichen Itza di Semenanjung Yucatan, lalu Calakmul yang tersembunyi di Biosfera Maya Propinsi Campeche, saat ini kami akan membawa Anda berpetualang ke Yaxchilan. Terletak di pinggiran Sungai Usumacinta yang membelah Mexico dan Guatemala, Yaxchilan yang memiliki arti harfiah kota hijau di hutan lebat ini, benar–benar membuat Anda berada di dunia yang berbeda yang terputus dari peradaban hingar bingar metropolitan.

 

Kenapa Yaxchilan?

Propinsi Chiapas yang yang memiliki alam yang masih hijau, belum banyak tersentuh campur tangan manusia, serta masih banyak suku asli pedalaman, tak heran Chiapas menjadi tujuan turisme ekologi yang menyajikan kekayaan alam Mexico. Selain Yaxchilan, situs peradaban Maya yang terkenal lainnya adalah Palenque dan Tonina. Kami lebih memilih Yaxchilan karena istimewa dari segi geografis, sejarah, serta jalan menuju ke tempat hijau tersebut. Untuk mencapainya perlu perjuangan, tenaga, fisik dan mental yang kuat, serta keingintahuan yang tinggi tentang sejarah peradaban Maya.

​

Jalan Berliku Menuju Yaxchilan

Jika kita bisa mengunjungi situs–situs peradaban Maya lainnya dengan mudah dan terletak tidak jauh dari kota, tidak begitu dengan  Yaxchilan. Selain memerlukan kendaraan, baik mobil maupun bus, kita wajib menaiki perahu bermotor. Benar-benar sebuah pengalaman yang unik. Titik awal menuju Yaxchilan akan lebih mudah melalui Palenque. Dengan berkendara subuh–subuh selama 3 jam, kita akan sampai di pelabuhan perahu motor untuk melanjutkan perjalanan ke Yaxchilan. Ada pilihan lain. Jika Anda benar–benar seorang petualang dan berdamai dengan alam, Anda bisa bermalam di Frontera Corozal dengan penduduk lokal sambil mendengarkan puma-puma mengaum. Lalu, melanjutkan perjalanan dengan naik perahu bermotor pagi–pagi sekali dan merasakan suasana Sungai Usumacinta yang masih berkabut dan sangat tenang. Tak perlu kuatir dengan jumlah pengunjung karena pengunjung Yaxchilan jumlahnya tidaklah spektakular dibandingkan dengan jumlah pengunjung Chichen Itza, Tulum ataupun Palenque. Mengunjungi Yaxchilan, Anda akan merasakan sensasi seperti alam hanya milik sendiri.

​

Hati–hati ada Buaya!

Ini bukan lelucon ketika kami menaiki perahu motor, sang pemandu memberikan instruksi yang harus didengarkan baik–baik: harus mengenakan rompi keselamatan, tidak berjalan di atas perahu, dan tidak melakukan gerakan yang tidak perlu di atas perahu. Ya sebenarnya sih mau bergerak tak bisa, karena bergerak sedikit saja rasanya perahu mau terbalik. Perahu motor berkapasitas maksimal 8 orang ini mengarungi Sungai Usumacinta yang membelah perbatasan antara Mexico dan Guatemala. Kami menempuh jarak selama 40 menit (80 menit bolak balik) menuju situs peradaban Yaxchilan. Sungai yang terlihat tenang, tetapi terasa seperti menyimpan sesuatu. Sepanjang perjalanan, sang pemandu bercerita tentang peran sungai Usumacinta sampai sejarah perbatasan Guatemala dan Mexico. Ketika kami sedang serius mendengarkannya, tiba-tiba ia bersuara agak keras supaya kami tidak mengeluarkan anggota badan, terutama tidak meletakkan tangan di atas permukaan air merasakan air sungai yang mengalir. ¨Sungai Usumacinta banyak buayanya, jadi hati–hati, terutama dengan tangan Anda,¨katanya dengan mimik wajah serius. Saya yang mendengarkan ingin langsung lompat ke daratan, tetapi sayangnya sudah terlambat karena kami berada di tengah–tengah sungai Usumacinta dan setengah perjalanan menuju Yaxchilan. Benar saja sang nakhoda tidak bercanda, karena tak lama kami melihat buaya besar yang sedang berjemur di pinggir sungai Usumacinta. Perutnya nampak besar seperti baru saja makan.

​

Tersihir pesona Yaxchilan

Lupakanlah sang buaya. Dengan leganya, akhirnya kami menepi juga di dermaga kecil Yaxchilan. Sewaktu turun dari perahu motor, yang ada di pikiran kami adalah segera menyaksikan pesona magis Yaxchilan dan lupa sejenak bahwa kami akan kembali naik perahu motor lagi menuju dermaga Frontera Corozal. Selama perjalanan di perahu motor, pemandu wisata kami yang asli sana sempat bercerita bahwa situs Yaxchilan begitu asri. Melewati hutan lebat dan liar, kita akan terpesona oleh keindahan dan keaslian hutan dan situs tersebut, yang memang sengaja dirawat seperti aslinya oleh pemerintah. Bau alam dan hutan serta kaya oksigen ini benar–benar menyihir kami seakan kami kembali ke zaman kejayaan Yaxchilan pada abad klasik di mana bangsa Maya mencapai kejayaannya, terutama di bidang astronomi dan agrikultur.

 

Situs luas dan sangat hijau ini secara arsitektur hampir sama dengan situs–situs peradaban Maya lainnya. Seperti istana dan singgasana sang Raja yang besar dan megah dan berada di ketinggian. Tujuannya supaya sang pemimpin bisa mengawasi penduduk dan daerah sekitarnya dengan mudah. Selain itu, juga ada tempat permainan bola yang memang populer bagi bangsa Maya. Di situs tersebut kita juga melihat berbagai macam bangunan, seperti perumahan yang lebih kecil yang dipercaya perumahan rakyat biasa. Juga ada lapangan luas tempat melakukan berbagai macam acara, salah satunya adalah upacara spiritual yang mengarah ke upacara pengorbanan untuk mensucikan diri. Situs peninggalan ini dibiarkan alami seperti awalnya ditemukan oleh arkeolog. Tak perlu heran jika kita jumpai banyak lumut dan tanaman yang hijau yang menempel pada dinding–dindingnya. Selain itu, masih sangat banyak situs yang belum ditemukan dan diyakini masih banyak yang tersembunyi di dalam hutan belantara bahkan di bawah tanah. Mungkin, jika eksplorasi dan pencarian situs terus dilakukan, takutnya mengganggu ekosistem yang telah ada. Bagi kami yang telah berkunjung ke sana, situs Yaxchilan yang berhasil dibuka dan dieksplor ini juga sangat luas. Tidak terbayang jika situs ini akan terus berjumlahnya. Betapa luas dan kaya peradaban bangsa Maya yang dimiliki oleh Mexico.

​

Bentuk kepala yang unik

Pasti Anda memerhatikan, kalau bentuk kepala bangsa Maya unik. Menurut pemandu kami, memang bangsa Maya sengaja membungkus kepala bayi dan anak–anak dengan kain menyerupai bentuk bonggol jagung. Tujuannya agar bentuk kepala mereka jika mereka beranjak dewasa menyerupai bonggol jagung, yang dianggap sebagai dewa kesuburan pangan. Unik, ya? Di situs Yaxchilan ini, masih ada peninggalan yang berupa batu ukir yang menggambarkan kepala dewa yang berbentuk lonjong ke atas tersebut. Itu adalah dewa simbol kesuburan pangan.

​

Siapa yang Berbadan Jangkung, bisa Jadi Pemimpin

Pemandu kami menceritakan sejarah di balik layar yang tidak banyak orang mengetahuinya. Di Yaxchilan, bila ia ingin menjadi pemimpin, syaratnya harus berbadan tinggi dan besar. Anggapan ini seperti hukum rimba. Karena yang berbadan tinggi dan besar dianggap mampu dan kuat memimpin orang–orang yang secara fisik berbadan kecil atau pendek. Selain itu, bagi mereka yang berbadan tinggi dan besar dianggap layak menjadi raja dan pemimpin karena dianggap mempunyai kharisma. Tidak hanya itu. Bagi mereka mereka yang memiliki kemampuan kuat dalam hal ilmu astronomi, tentu bisa juga menjadi pemimpin, karena dianggap bisa "membaca alam" yang sangat berguna untuk kehidupan bercocok tanam mereka yang memang sangat tergantung dengan cuaca alam. Oleh karena itu, bangsa Maya memang sangat terkenal pandai di bidang astronomi dan pertanian. Mereka adalah pelopor pembuat kalender tentang musim dan yang menjadi paduan kita pada masa ini.

​

Panduan tambahan untuk persiapan ke Yaxchilan

  • Memakai pakaian dan sepatu yang nyaman.

  • Membawa krim matahari dan krim anti serangga. Kan, Anda bakal masuk ke hutan belantara. Jangan kaget kalau bertemu banyak aneka serangga dan hewan – hewan liar lainnya, hehe. Namanya juga masuk hutan.

  • Pastikan alat – alat elektronik Anda seperti telepon genggam atau kamera foto dengan baterai penuh dan membawa baterai cadangan. Sayang banget kalau tidak mengabadikan tempat berharga ini, dan kita belum tahu kapan akan bisa kembali lagi. Tetapi tidak bisa update status, sih, karena tidak ada sinyal elektromagnetik yang mencapai situs belantara ini.

  • Membaca sejarah situs Yaxchilan dulu agar lebih memahami peradaban tersebut ketika kita benar-benar bisa menginjakkan kaki di sana.

 

Selamat berpetualang!

 

Teks dan Foto Kredit : Moestaryanti Puruhita

​

==========================================================================================================================

​

calakmul - kolase.jpg

Calakmul: Dua Piramida Berlian di Biosfera Maya

oleh Moestaryanti Puruhita

​

​Kali ini tim Soerat Kabar membawa Anda berpetualang ke Peradaban Maya yang terletak di jantung Biosfera Maya tak jauh dari perbatasan Guatemala. Calakmul (dibaca: Kalakmul), yang memiliki makna harfiah 'kota dari dua piramida yang berdekatan'. Siap untuk berpetualang secara virtual? Siap-siap menjejakkan kaki di situs di tengah hutan belantara ini!

​

Jalan Panjang dan Berliku

Mengunjungi situs peradaban Maya yang dikukuhkan sebagai Warisan Dunia versi UNESCO pada tahun 2002 memerlukan pengorbanan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit, jika kita bandingkan dengan mengunjungi situs–situs peradaban Maya lainnya yang tersebar di Semenanjung Yucatan. Selain itu juga kita harus memiliki kendaraan sendiri untuk mencapainya, karena letaknya yang berada di tengah hutan dan tidak ada akses kendaraan umum serta bus turis seperti di situs Peradaban Chichen Itza atau Tulum. Dari jalan raya yang menghubungkan Chetumal dan Escarcega, kita harus melalui 3 pos penjagaan. Di pos pertama kita diwajibkan untuk membayar biaya masuk untuk kendaraan dan orang. Setelah itu kita menuju pos 2 yang jaraknya sekitar 40 km dengan kecepatan kendaraan yang sangat minim. Jangan kuatir, sepanjang perjalanan kita dihibur oleh pepohonan hijau dan rindang. Terkadang beberapa hewan seperti keluarga unggas keluar menyapa kita. Kalau Anda beruntung, bisa melihat jaguar. 

 

Jalan Tak Berujung yang Terbayarkan

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang (60 km kami lewati selama 1,5 jam), kita harus turun dari kendaraan dengan melanjutkan jalan kaki selama 40 menit. Jangan sedih, rasa lelah yang tak berujung membatin dalam hati: “ini kapan sampainya, sih?” akhirnya terbayarkan dengan disambut oleh salah satu piramida cantik yang bisa kita naiki untuk dinikmati keindahan dari puncak piramida. Dari sana terlihat pucuk piramida utama yang kita pasti sering melihatnya di majalah cetak dan elektronik, yang menjadi ikon utama: piramida Calakmul.

 

Pemegang Kendali Pemerintahan

Calakmul yang berketinggian sekitar 45 cm diyakini sebagai salah satu piramida tertinggi pada masanya. Selain itu, Calakmul juga merupakan pusat pemerintahan yang memegang kendali peradaban Maya. Dengan ditemukannya Sacbé yang dipercaya sebagai jalan suci bangsa Maya yang menghubungkan dengan situs lainnya, menandakan bahwa Calakmul menjalin hubungan kerja sama, bahkan sampai ke Tikal yang berada di Guatemala.

 

Tikal, Sang Musuh Abadi

Menurut cerita pemandu, Tikal yang terletak di Guatemala dan berjarak 100 km dari Calakmul adalah rival abadi Calakmul pada waktu itu. Pemimpin masing–masing yang berkuasa pada waktu itu berusaha untuk membuat pengaruh antar peradaban yang berada di sekeliling kedua situs tersebut. Berbagai kekuatan militer dan kekuatan diplomasi dikerahkan untuk membuktikan siapa yang paling kuat di antara mereka. Bukti pengaruh kedua peradaban tersebut tertuang dalam bentuk fisik di beberapa situs peradaban sekitarnya seperti bentuk Dewa Kepala Ular, bentuk motif Peten serta bentuk motif Rio Bec. Terlepas dari apapun cerita di balik sejarah peradaban tersebut, yang jelas mereka telah meninggalkan peradaban yang sangat berpengaruh pada masa lalu, sekarang dan masa depan.

 

Tidak Dibangun Infrastruktur

Setelah berjalan kaki lebih dari 1 jam, pemandu kami mengatakan bahwa sangat wajar jika pengujung situs Calakmul tidak sebanyak seperti situs–situs peradaban Maya lainnya yang populer. Selain jauh dari mana–mana, di sekeliling situs Calakmul memang tidak dibangun infrastruktur modern, karena untuk melindungi biosfera Maya yang menjadi habitat ratusan macam burung, puluhan jenis ular dan juga jenis flora yang dilindungi. Jadi, sekeliling situs ini memang sengaja dibiarkan liar dan tumbuh apa adanya. Peran biosfera Maya sangat besar untuk Meksiko maupun negara–negara Amerika Latin lainnya, karena menyumbang oksigen dan menjaga ekosistem dunia, seperti halnya dengan hutan amazon.

 

Harta Karun Calakmul

Kita memang tidak akan menemukan harta karun yang berupa perhiasan dan juga topeng batu yang ditemukan di piramida utama dan piramida sekelilingnya, karena semua itu tersimpan dan di museum di kota Campeche. Akan tetapi, bagi kami yang waktu itu mengunjungi situs Calakmul bersama dengan 2 penjelajah lainnya, harta karun sesungguhnya adalah dari piramida–piramida itu sendiri dengan struktur dan bentuk yang spektakuler. Dari situ bisa dibayangkan kehebatan bangsa Maya yang membangun peradaban yang bisa kita nikmati sampai saat ini.

​

Sedia Payung Sebelum Hujan

  • Mengunjungi Calakmul memang diperlukan persiapan matang, baik fisik, mental, spiritual dan materi.

  • Mencari informasi sebanyak–banyaknya, agar ketika berkunjung kita bisa menikmati secara maksimal.

  • Sebaiknya menggunakan jasa pemandu resmi di awal pos pertama, karena di dalam situs tidak tersedia pemandu.

  • Bersiap menikmati perjalanan dengan kendaraan dari pintu gerbang sampai pintu menuju situs yang berjarak 60 km dengan melewati 3 pos dengan total waktu 3 jam pulang pergi.

  • Membawa bekal minuman, makanan ringan, krim matahari, pakaian dan sepatu yang nyaman, karena kita mengunjungi situs tersebut dengan berjalan kaki. Total yang kami tempuh waktu itu 7 km dalam waktu 3 jam.

  • Tidak ada sinyal telepon di sekeliling situs. Siap–siap putus kontak dari dunia nyata dan tidak bisa meng-update status di media sosial. 

 

FOTO KREDIT : MOESTARYANTI PURUHITA

==========================================================================================================================

​

06 Plesiran - Chichen Itza kolase.jpg

Chichen Itza, mutiara bangsa Maya di Semenanjung Yucatan

oleh Moestaryanti Puruhita

​

Musim panas yang lalu kami sekeluarga memutuskan untuk menjelajahi Meksiko bagian semenanjung Yucatan, Riviera Maya, Biosfera Maya dan Chiapas dengan jalan darat. Total perjalanan yang kami tempuh selama 20 hari, 4.448,2 km, 15 reruntuhan peradaban Maya, 5 propinsi dan 12 desa. Cerita dan pengalaman ini akan kami bagi dalam beberapa edisi Soerat Kabar mendatang.

​

Yucatan dan maknanya

Menurut legenda yang beredar, ketika bangsa Spanyol tiba, salah satu pemimpinnya bertanya kepada penduduk asli: Apa nama daerah ini? Salah seorang penduduk menjawab dalam bahasa Maya: Yucatan, yang artinya 'saya tidak mengerti yang Anda katakan'. Oleh karena bangsa Spanyol itu pun tak mengerti bahasa Maya, mereka langsung menyebut daerah ini Yucatan. Sejak itu nama daerah tersebut adalah Yucatan, seperti yang kita kenal sekarang.

 

Chichen Itza, Kukulkan dan El Caracol

Walaupun reruntuhan Maya tersebar di puluhan situs Semenanjung Yucatan, yang paling menarik perhatian seluruh dunia adalah reruntuhan Chichen Itza, sehingga UNESCO menobatkannya sebagai salah satu Warisan Dunia. Kami merasakan animo para turis dan pengunjung dari berbagai penjuru dunia yang penasaran dengan situs Chichen Itza, terutama dengan Piramida Kukulkan (atau terkenal juga dengan sebutan Piramida del  Castillo) yang langsung kita jumpai jika kita masuk melalui pintu utama. Piramida Kukulkan ini dipengaruhi gaya arsitektur bangsa Meksiko Tengah yang menurut sejarah memang berimigrasi ke wilayah Semenanjung Yucatan. Kukulkan adalah nama dewa ular bagi bangsa Maya. Piramida ini merupakan tempat upacara penting bangsa Maya. Piramida ini memiliki banyak anak tangga yang mengeliling 4 sudut piramida tersebut. Masing-masing sisi ada 91 tangga. Jika dikalikan 4 sisi, jumlah anak tangga 364. Pamungkasnya 1 tangga yang menutup penjuru 4 sisi tersebut. Jadi jumlahnya ada 365 tangga. Jumlah 365 itu sama dengan jumlah hari 1 tahun masehi. Bangsa Maya membuktikan lagi bahwa mereka pintar dalam hal matematika yang berguna untuk kehidupan kita saat ini. Sementara jika kita masuk melalui pintu selatan, kita langsung menemukan reruntuhan Observario El Caracol, bentuk bangunan berbentuk kubah yang mirip dengan bangun observatorium yang berguna untuk mengamati hal tentang astronomi. Bisa dibayangkan, betapa suku Itza ini begitu cerdas dalam hal ilmu astronomi. Bahkan mereka pun meramalkan hari kiamat. Mereka juga membuat tentang kalender Maya tentang siklus kehidupan.

 

Preklasik, klasik dan posklasik

Menurut para arkeolog, Chichen Itza tergolong reruntuhan peradaban Maya yang unik dan lengkap karena dibangun pada zaman preklasik dan mengalami masa kejayaannya pada zaman posklasik antara abad ke 4 – 11 Masehi. Ketika bangsa Toltec yang berasal dari Meksiko tengah datang, mereka ikut memberikan pengaruh arsitektur mereka. Chichen Itza memiliki arti 'mulut dan sumur bangsa Itza'. Jika kita mengunjungi situs tersebut, kita akan mengerti mengapa sumur begitu penting bangsa Itza. Jika diamati keadaan sekeliling situs yang luas, gersang dan panas, kita menyadari bahwa tidak ada sungai dan air mengalir di Semenanjung Yucatan yang menjadi sumber mata air bagi bangsa Itza pada waktu itu. Oleh karena itu, suku Itza membuat dua sumur besar sebagai tempat mendapatkan air sekaligus sebagai tempat penyimpanan air bagi kelangsungan hidup mereka. Tak heran, Chac Mool atau Dewa Hujan adalah dewa penting bagi mereka, selain dewa Kukulkan itu sendiri. Pada masa sekarang dua sumur tersebut dikenal sebagai cenotes.

 

Permainan Bola dan pengorbanan diri

Menurut catatan sejarah bangsa, salah satu bentuk pengorbanan yang dilakukan bangsa Maya adalah permainan bola yang memang sangat populer. Bentuk bangunannya adalah dua sisi bangunan yang dipisahkan oleh lapangan untuk para pemain. Luas bangunan permainan bola ini berbeda-beda. Namun, pada umumnya Chichen Itza memiliki bangunan lapangan permainan bola yang sangat luas. Permainan bola bangsa Maya ini tergolong unik, karena peraturannya bola tidak boleh dipegang atau dilempar dengan menggunakan tangan, melainkan menggunakan dengkul, kaki dan siku. Bola tersebut harus berhasil dilemparkan masuk ke dalam lingkaran yang berbentuk seperti cincin di sisi kanan dan kiri lapangan. Permainan ini bisa berlangsung seharian dan pemain bisa bermandikan darah. Menurut kepercayaan mereka, bagi mereka yang kalah dan mengorbankan dirinya sendiri adalah bentuk kesucian untuk bertemu dengan dewa kematian.

 

Misteri punahnya bangsa Maya

Megahnya kejayaan bangsa Maya dikenal di mana-mana. Namun ketika bangsa penjajah datang dan menaklukan semenanjung Yucatan, peradaban tersebut lambat laun hilang lenyap. Ada beberapa anggapan bahwa bangsa penjajah sengaja memusnahkan mereka dan melakukan genosida. Asumsi lain adalah bahwa peradaaban Maya dan bangsanya hilang secara perlahan-lahan, karena epidemi yang memang sengaja dibawa oleh penjajah. Sampai saat ini, misteri tersebut belum terpecahkan. Entah sampai kapan. Yang jelas, sampai saat ini kita semua setuju bahwa Bangsa Maya mempunyai peranan penting dalam peradaban dulu dan sekarang.

 

Banyak Cara Menuju Chichen Itza:

  • Pesawat terbang Mexico City – Merida atau Mexico City – Cancun

  • Menyewa mobil dari bandara Merida atau dari bandara Cancun

  • Naik kendaraan atau bus umum dari Merida atau Cancun

  • Mengikuti tur operator dari Merida atau Cancun

  • Menumpang bus dari Mexico City ke Merida (kurang lebih 24 jam)

  • Berkendaraan pribadi dari Mexico City. Ini lebih seru, karena bisa berhenti di desa-desa sepanjang perjalanan menuju Chichen Itza.

​

Mengunjungi Chichen Itza itu akan sangat menarik jika:

  • Ikut tur malam hari untuk menikmati tata cahaya dan tata lampu yang dikemas dengan sejarah tentang Chichen Itza yang digelar di Piramida Kukulkan. Kita merasakan waktu berputar ke zaman kejayaan bangsa Maya.

  • Datang jam 8 pagi untuk menghindari antrian pembelian tiket dan antrain masuk. Saran kami, lebih baik masuk dari pintu selatan karena lebih sepi daripada masuk melalui pintu utama.

  • Dengan menunjukkan kartu izin tinggal sementara di Meksiko, harga tiket masuk akan lebih murah daripada tiket masuk untuk turis asing.

  • Karena cuaca panas, gersang dan kering, gunakan sunblock, kacamata hitam, topi, pakaian dan sepatu yang nyaman serta membawa air minum.

  • Membaca sejarah dan situs-situs yang ingin dikunjungi, karena área Chichen Itza terlalu luas. Dengan demikian, Anda bisa mengatur situs-situs mana dulu yang menarik perhatian Anda untuk dikunjungi.

  • Gunakan jasa pemandu resmi yang memang banyak disediakan oleh pengelola situs. Siapkan budget karena harga pemandu lumayan mahal.

 

Foto kredit: MOESTARYANTI PURUHITA

​

==========================================================================================================================

​

cozumel foto kolase2.jpg

Cozumel, Mutiara Meksiko di Perairan Karibia

oleh Moestaryanti Puruhita

​

Pulau kecil indah di Semenanjung Yucatan ini menyajikan banyak hal untuk para wisatawan, terutama bagi mereka yang menyukai snorkeling dan diving melihat keindahan bawah laut Karibia. Sekedar menikmati suasana tenang dari riuh rendah Cancun dan Playa del Carmen, atau hanya berjemur santai di pinggir pantainya. Yuk, berkunjung ke Pulau Cozumel!

​

Kecil – kecil cabai rawit

Sepertinya ini julukan yang tepat untuk Cozumel, yang panjang pulaunya 56 km dengan lebar 17 km. Namun, tidak pernah sepi dari wisatawan asing maupun lokal. Sewaktu keluarga kecil kami menyeberangi dengan car-ferry dari Playa del Carmen ke Cozumel yang memakan waktu kurang lebih 1 jam, kami terpesona dengan warna air lautnya yang biru gradasi yang menopang beberapa kapal pesiar jumbo yang menepi serta infrastruktur yang tertata rapi. Cozumel hidup dan dikenal berkat kapal pesiar atau hotel terapung yang menepi hampir setiap harinya dengan membawa lebih dari 1,000 penumpang. Kebanyakan dari mereka wisatawan dari Amerika Utara dan negara – negara di Kepulauan Karibia. Jadi bisa dipastikan bahwa Cozumel mendapat banyak devisa.

 

Termasuk Terumbu Karang Terindah di Dunia

Kami memanfaatkan waktu untuk melakukan snorkeling dan menikmati keindahan laut dari kapal. Cuaca sangat bersahabat pada bulan Agustus. Alam bawah laut Cozumel begitu indah dan jernih dengan pasir putih yang bersih, sehingga kami merasa beruntung bisa melihat bintang laut yang betebaran, berenang bersama ikan-ikan dan melihat terumbu karang yang masih terawat. Cozumel sadar betul akan alamnya yang indah. Karena itu, sewaktu kami menjelajah lautnya dan melakukan snorkeling, banyak aturan yang harus ditaati. Tak seorangpun boleh membuang sampah ke laut, memegang bintang laut, ikan, kura-kura dan terumbu karang demi kelangsungan hidup mereka. Dan yang paling utama adalah dilarang mengambil apapun dari dalam laut, meskipun hanya segenggam Pasir misalnya untuk kenang-kenangan. Hukuman berat menanti siapapun yang melanggar aturan-aturan tersebut.

​

San Gervasio: Reruntuhan Maya yang tersembunyi

Bangsa Maya pernah menghuni pulau kecil nan indah ini. Situs peninggalan yang masih terawat tersembunyi di tengah-tengah hutan. Panas dan lembab udara laut tidak terasa sewaktu kami mengunjungi situs ini. Pepohonan rindang dan hutan di sekelilingnya dibiarkan hidup apa adanya. Reruntuhan San Gervasio dikategorikan ke dalam zaman post-classic dan diduga mempunyai hubungan perdagangan dengan Chichen Itza. Sacbe atau yang dikenal dengan jalan suci berwarna putih, lebarnya kurang lebih 2.5 meter dan kelihatan mengkilat ketika bulan purnama. Sangat terawat di situs ini. Panjangnya tidak bisa diperkirakan, bisa puluhan bahkan ratusan kilometer, karena Sacbe menghubungkan situs Maya yang satu ke yang lainnya. Cerita tentang Sacbe akan dimuat di edisi Soerat Kabar selanjutnya dalam rangkaian roadtrip ke Peradaban Maya.

​

The Last Point of Meksiko

Punta Sur dan zona ekologi Faro Celarain terletak di selatan pulau kecil ini. Kita dapat menjejakkan kaki di titik nol Meksiko bagian timur. Tertera jarak ke Indonesia sejauh 16.063 km! Kita bisa menaiki mercusuar yang terawat baik dan menyaksikan pemandangan laut yang indah. Warna air laut Karibia dengan beberapa gradasi warna biru yang menawan. Yang menarik dikunjungi juga adalah museum kelautan. Di sana dijelaskan tentang sejarah pulau Cozumel pada jaman sebelum penjajah menjejakkan kaki, pada saat pemerintah Spanyol menguasai Spanyol dan Cozumel masa kini.

 

Dapur Indonesia yang mendunia

Kejutan yang ditemukan di pulau ini: restoran Indonesia yang bernama "Dapur Indonesia" yang merupakan restoran Indonesia satu-satunya di sini. Pemiliknya adalah orang Indonesia. Sewaktu kami mampir dan bersantap di sana, kami disambut ramah oleh Pak Vincent dan staf-stafnya, juga para pengunjung lainnya. Mereka awak kapal yang sedang berlabuh di Cozumel! Tak heran restoran milik Pak Vincent selalu ramai oleh pengunjung. Soal rasa sudah tidak diragukan lagi. Nikmatnya cita rasa masakan Indonesia di dalam negeri.

​

Bagaimana untuk mencapai Cozumel?

  1. Pesawat: Dari Meksiko City ke Cancun. Ada beberapa kali penerbangan dalam sehari yang ditawarkan oleh beberapa perusahaan penerbangan. Dari Cancun ke Cozumel ada 4 kali penerbangan dalam sehari.

  2. Kapal laut: Menumpang ferry dari Playa del Carmen. Keberangkatan dan kepulangan setiap jam.

  3. Mobil pribadi: menyeberangi car–ferry dari Punta Venado (18 km dari Playa del Carmen ke arah Tulum). Ada 4 kali keberangkatan dan kepulangan setiap harinya.

​

Foto: Moestaryanti Puruhita

Foto kredit snorkeling dan bawah laut: Rene dan Marcos

​

==========================================================================================================================

​

Acapulco3.jpg

Acapulco, pintu gerbang pertama antara Asia dan Amerika Latin

oleh Evi Siregar

​

Acapulco mungkin sudah tak begitu asing bagi orang Indonesia. Kota pantai ini begitu dikenal lewat telenovela-telenovela Meksiko yang disiarkan di Indonesia. Jadi tak heran, ketika orang Indonesia mendengar nama Meksiko, mereka langsung menyebutkan kota pantai ini. Memang, kota pantai Acapulco merupakan salah satu andalan objek wisata internasional bagi pemerintah Meksiko, di samping Cancun dan Baja California Selatan.

​

Kota pantai Acapulco mulai naik daun pada tahun 1950an, ketika para super stars Hollywood berkunjung ke kota itu. Sejak itu Acapulco menjadi salah satu objek wisata pantai yang penting, bahkan terkenal sebagai kota pesta yang tak pernah tidur, terutama pada akhir pekan. Namun, sebenarnya sejak beberapa abad yang lalu, Acapulco sudah menjadi pelabuhan yang penting di dunia, karena sejak bangsa Spanyol menguasai Meksiko, Acapulco telah dijadikan sebagai pintu gerbang utama perdagangan antara Asia dan Amerika Latin. Setelah Spanyol menaklukkan Meksiko dan Filipina, mereka membuka jalur maritim dari Cina ke Manila, lalu dari Manila melalui Jepang, Alaska, dan California, ke pelabuhan Acapulco. Perlu dicatat pula bahwa pada waktu yang bersamaan sudah ada rute perdagangan lain antara Eropa dan Asia, terutama rute perdagangan rempah-rempah dari Kepulauan Maluku dan Jalur Sutra. Jadi, tidak heran jika pada suatu ketika sebuah kapal layar tiba di pelabuhan Acapulco. dan pelayaran kapal bermula dari pelabuhan Batavia. Jadi, jangan heran jika kita menemukan pohon nangka di daerah Morelos dan sekitarnya, karena Morelos merupakan bagian jalur komunikasi antara Acapulco dan Mexico City.

​

Foto: Pemandangan dari Hotel Bayan Tree Acapulco

Foto kredit: Evi Siregar

​

==========================================================================================================================

​

Berlibur ke NTT

oleh Evi Siregar

 

Liburan mendatang di Indonesia akan ke mana? Kebanyakan orang berpikir untuk pergi ke Bali. Tentu pikiran ini sangat wajar, mengingat Bali merupakan salah satu tempat wisata yang memiliki segalanya, mulai dari pantai, makanan, oleh-oleh, budaya, hotel yang menyenangkan untuk beristirahat, dan sebagainya. Namun, sebenarnya masih banyak objek wisata yang tidak kalah menariknya. Apalagi, kita juga berkewajiban untuk ikut mempromosikan tempat-tempat wisata selain Bali.

 

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan tempat wisata yang harus masuk ke dalam daftar kita. Ada banyak hal yang ditawarkan kepulauan di timur Indonesia ini. Mulai dari pantai dan laut, alam, makanan, dan banyak lagi. Namun, NTT itu luas sekali. Untuk dapat menikmatinya dengan baik, harus kita membaginya minimal dalam dua kali perjalanan. Tujuan wisata pertama kita fokuskan untuk mengunjungi Taman Wisata Komodo.

 

Seperti yang kita ketahui, pada tahun 1980 Taman Nasional Komodo didirikan untuk melindungi hewan langka komodo dan spesies lainnya. Taman Nasional Komodo ini terdiri atas Pulau Padar, Pulau Rinca, Pulau Komodo, dan beberapa pulau kecil. Pada tahun 1991 Taman Nasional Komodo diangkat menjadi Situs Warisan Dunia Unesco dan para tahun 2011 masuk dalam daftar New 7 Wonder of Nature. Hal ini membuat Taman Nasional Komodo semakin hari semakin terkenal dan menjadi salah satu tempat wisata internasional.

 

Bagaimana rute untuk pergi ke sana? Tempat terbaik untuk dapat menjangkau Taman Nasional Komodo adalah Labuan Bajo. Kota kecil ini berada di barat (barat laut) Pulau Flores. Ada dua rute yang bisa kita tempuh, naik pesawat dari Bandara Soekarno Hatta (penerbangan langsung dengan Garuda) atau dari Bandara Ngurah Rai (bisa dengan Wings, Nam, atau Garuda). Ada beberapa alternatif hotel, tetapi jangan terlalu berharap hotel-hotelnya memiliki fasilitas seperti hotel-hotel di Bali. Namun demikian, cukup layak untuk tempat berlibur. Di pusat kota Labuan Bajo ada banyak agen wisata yang menawarkan jasa untuk dapat berkunjung ke Taman Nasional Komodo. Akan tetapi, kalau tidak mau repot, hotel-hotel tempat kita menginap siap melayani paket Tur Komodo dan mengantar kita ke mana kita mau, harganya sekitar 100 USD per orang (full day tour dari jam 06.00 sampai jam 16.30), dengan 6 destinasi, yaitu: Pulau Padar, Pular Komodo, Pantai Pink, Taka Makasar, Manta, dan Pantai Kanawa. Selain mengunjungi Taman Nasional Komodo, ada banyak tempat menarik di sekitar Labuan Bajo, seperti: Goa batu cermin, desa Cancar, kampung Melo, air terjun Cunca Wulang, Goa Rangko, Waecicu, dan banyak lagi.

 

Sedikit tambahan informasi mengenai Pulau Flores dan kota Labuan Bajo. Hampir 80 persen penduduk Pulau Flores memeluk agama katolik, sisanya beragama Islam. Namun di Labuan Bajo, penduduk yang memeluk agama Islam mencapai 50 persen. Mengapa? Mereka adalah pendatang. Menurut penuturan penduduk setempat nama Bajo sendiri berasal dari Bajau, yaitu masyarakat melayu nomaden yang hidup di perairan Indonesia (hidup di dua wilayah: di perairan barat Indonesia dan perairan timur Indonesia). Sudah banyak masyarakat Bajau, atau yang juga dikenal sebagai orang laut, hidup menetap. Kelihatannya, masyarakat Bajau yang mendiami perairan timur Indonesia tiba di bagian barat (dan barat daya) Pulau Flores melalui Labuan Bajo. Itu sebabnya tempat itu diberi nama Labuan Bajo, yang artinya pelabuhan orang Bajau. Mau tahu bagaimana membedakan antara para keturunan orang Bajau (pendatang) dengan penduduk asli Pulau Flores? Perhatikan rambutnya. Jika lurus, mereka keturunan orang Bajau, dan jika keriting atau ikal, mereka pasti penduduk asli Pulau Flores.

​

Foto: Pulau Padar, NTT

Foto kredit: Evi Siregar

​

==========================================================================================================================

​

Mundo Granjero di Tepetongo, Michoacan

oleh Estudiantina Moors

 

Sebentar lagi anak-anak kita mulai liburan sekolah, dan berakhir sampai kira-kira minggu ketiga bulan Agustus. Pilihan bagi orang tua yang sibuk, memasukkan anak-anaknya ke Curso de Verano (Summer School). Selain itu, tentu saja tergantung kreatifitas orang tua dalam mengisi liburan anak-anak supaya optimal dan tidak sampai melupakan pelajaran yang sudah mereka dapatkan dalam satu tahun terakhir. Buat orang tua yang punya jatah cuti agak banyak, tentu saja bisa merencanakan liburan keluar kota selama beberapa hari bersama anak. Misalnya, menghabiskan waktu bersama anak di tempat-tempat yang menarik seperti pantai, gunung, kebun binatang maupun wisata seni seperti ke teater atau ke museum, bisa juga menginap di hotel atau hacienda idaman. Namun, masalahnya adalah kalau hanya ada waktu di akhir minggu dan tidak bisa menginap, kemana ya enaknya?

 

Bulan lalu kami datang ke Mundo Granjero atas undangan ulang tahun teman anak kami. Tempatnya tidak terlalu jauh atu bahkan dapat dibilang cukup dekat, sehingga tidak perlu menginap. Dengan biaya masuk sebesar 170 pesos, banyak permainan yang bisa dilakukan. Anak-anak dengan tinggi di bawah 90cm bisa masuk dengan gratis. Apabila punya cukup hari cuti untuk menginap, di dekat Mundo Granjero ada Parque Acuatico Tepetongo yang bisa dikunjungi pada hari berikutnya. Kedua tempat wisata ini hanya dipisahkan dengan tempat parkir yang digunakan bersama.

 

Untuk mencapai Mundo Granjero, dibutuhkan waktu tempuh selama 90 menit dari Polanco jika melewati rute Toluca. Buka setiap hari Selasa sampai hari Minggu, jam 9 pagi sampai jam 6 sore. Siapkan uang untuk membayar tiket parkir sebesar 40 pesos sebelum memasuki lahan parkir. Gunakan sepatu olahraga yang nyaman dipakai, baju yang ringan, krem pelindung dari sinar matahari, serta topi untuk melindungi kulit anak-anak. Untuk urusan makan, tersedia 1 restoran besar dan 1 mini market yang menjual aneka minuman dingin, es krim, buah potong dan aneka jajanan keripik.

 

Apa saja sih objek yang ditawarkan di tempat tujuan?

1. Rumah contoh gaya tradisional Mexico. Nanti pemandu wiasata akan menjelaskan bagaimana cara mereka menyimpan bahan makanan dan peralatan rumah tangga di dalam rumah yang kecil.

2. Ranch (kebun binatang kecil). Di sini kita bisa naik bus dan diantar masuk ke dalam ranch untuk memberi makan kijang, rusa, jerapah, kuda. Diluar ranch ini, ada 4 kandang macan dan harimau yang terlihat sehat dan gemuk.

3. Kebun vertikal, dengan teknik menanam tomat, bawang, bayam dan lain-lain dengan sistem tanam vertikal.

4. Workshop tempat praktek membuat aneka produk roti, susu, manisan, selai dan keju. Produk-produk ini juga dijual dan sekaligus bisa dijadikan oleh-oleh saat kembali ke rumah.

5. Tirolesa atau flying fox, dengan 2 track yang terpisah untuk dewasa dan anak-anak

6. Kereta antik berwarna putih yang mengitari área Mundo Granjero

7. Gokart. Ini khusus untuk anak-anak yang berusia di atas 13 tahun

8. Danau. Di sini kita bisa mendayung perahu

8. Naik kuda, dengan tarif sebesar 25 pesos untuk 3 kali putaran lapangan kuda

 

Ajaklah anak-anak ke Mundo Granjero. Tempat ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengisi liburan anak-anak dengan ceria.

​

Foto kredit: Estudiantina Moors

​

==========================================================================================================================

​

Pesona Guadalajara: Salah satu tempat yang wajib dikunjungi

oleh Puruhita Moestaryanti

​

Berkunjung ke Kota Mariachi

Apa yang terbayang ketika kita mendengar nama kota Guadalajara? (Catatan, baca Guadalahara. Sebelum mengerti bahasa spanyol, sama seperti kebanyakan orang Indonesia, kita melafalkannya Gu-a-da-la-ja-ra, seperti tulisannya. Tak perlu khawatir). Jauh sebelum menginjakkan kaki di kota cantik ini, yang mungkin ada dalam benak kita adalah bahwa Guadalajara merupakan kota telenovela. Ya, waktu telenovela menjamur pada tahun 90an, kita sering mendengar nama kota ini disebut-sebut. Meskipun berjarak sekitar 450 km dari Mexico City, kota ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam perjalanan dengan mobil atau 1 jam dengan pesawat terbang. Guadalajara memang menarik untuk dikunjungi. Yuk, kita mengenal lebih jauh kota tempat lahirnya musik Mariachi.

​

Dari Mariachi sampai Tequila

Selain dikenal sebagai tempat penghasil telenovela, Guadalajara juga dikenal sebagai tempat lahirnya musik tradisional Mariachi yang sangat mendunia. Jika Anda berbicara tentang musik Meksiko, yang pertama kali muncul di benak adalah Mariachi, lengkap dengan terompet besar, kostum para pemusik, serta topi lebar sombreronya. Tak heran jika setiap tahun, Guadalajara menyelenggarakan Festival Mariachi sedunia. 

Jika kita berkunjung ke suatu daerah, kita pasti penasaran dengan makanan lokalnya. Di Guadalajara kita bisa mencoba escamoles, masakan yang berasal dari telur semut. Pernah dengar? Memang cukup aneh kedengarannya. Dimakan dengan tortilla a la tacos dan sedikit sambel dan jeruk lemon, tetapi rasanya menakjubkan, lho. Memang akan terasa asing di lidah kalau kita tidak terbiasa mencobanya. Namanya masakan lokal, ya nggak apa-apa dicoba sekali-kali.

​

Selain makanan, yang tentu akrab di telinga kita adalah Tequila. Namun, ternyata selain nama minuman, Tequila ini merupakan nama kota kecil yang memang terkenal dengan produksi minuman khas Meksiko tersebut. Untuk tiba di sana, bisa ditempuh dengan sekitar 1 jam dengan kendaraan dari Guadalajara. Yang juga menyenangkan dari perjalanan ini, sepanjang jalan menuju kita dimanjakan dengan pemandangan perkebunan tanaman agave yang merupakan bahan utama tequila. Tanaman agave ini bentuknya seperti tunas nanas raksasa, dan bonggolnya inilah yang dijadikan sebagai bahan utama tequila melalui proses fermentasi yang cukup lama. Banyak tur yang menawarkan tempat ini untuk melihat proses pembuatan minuman tequila dari tahapan awal sampai akhir, yaitu ketika siap disajikan di dalam botol dan siap dikonsumsi. Namun, hati-hati jangan sampai kebablasan, bisa mabuk nanti.

​

​Apa saja yang Menarik untuk dinikmati di Guadalajara?

​

​Pusat kota yang sibuk

Yang menarik di sini, selain seperti di kebanyakan pusat kota di Meksiko, adalah arsitektur bangunan yang bergaya kolonial yang masih tertata apik dan dijaga kelestariannya. Kita bisa mengunjungi terlebih dahulu Plaza Liberación, kemudian Katedral, Palacio de Gobierno, Museo Regional atau Teater Degollado. Disarankan untuk sempat mengunjungi Teater Degollado yang terkenal menyajikan pertunjukan berkualitas. Menurut catatan sejarah, teater Degollado yang bergaya neoklasik ini plafonnya dicat dan digambar seniman Orozco yang terinspirasi dari karya Sastra Dante, The Divine Comedy.

​

Naik delman keliling kota

Jika kita mengunjungi Guadalajara bersama keluarga yang masih mempunyai anak balita, tak usah kuatir. Di pusat kota ini kita dimanja dengan deretan delman bergaya kolonial yang siap membawa kita keliling pusat kota Guadalajara. Mau berapa lama, terserah. Bisa 30 menit, 1 jam, 1,5 jam. Biasanya anak-anak balita sangat suka naik delman, tak heran bisa menghabiskan waktu sampai 1 jam berkeliling pusat kota. Ah, jadi terngiang lagu anak yang berjudul Delman... "Pada Hari minggu kuturut ayah ke kota….¨ Sementara itu, si abang delman yang sabar dan baik hati pasti akan menjelaskan sejarah, bangunan penting yang kita lewati sampai cerita mitos, dan bahkan anekdot. Menarik sekali. Tak lupa kita juga diajak melewati rumah Versace, desainer asal Italia yang jatuh cinta pada Guadalajara dan memutuskan membeli properti di kota ini.

​

Instituto Cultural de Cabañas

Bangunan ini masuk dalam daftar salah satu Warisan Budaya UNESCO. Arstitekturnya sangat menawan dan mempunyai 23 kebun kecil yang membuat kita betah ketika berkunjung, begitu nyaman. Di sana kita akan dituntun pemandu wisata yang sepertinya sudah hafal betul seluk beluk dan sejarahnya. Cara menerangkannya juga sangat sederhana, dan dengan bahasa spanyol yang mudah dicerna. Yang juga penting diperhatikan, di dalam kapel ada lukisan optik karya Orozco yang berjudul El Hombre de Fuego, yang bisa dinikmati dari sisi yang berbeda: tepat di bawah kubah Kapel, di sisi kiri atau kanan, atau bahkan jika kita duduk di bangku, dari sudut manapun akan terlihat sangat menarik. Tempat ini sangat disarankan untuk dikunjungi.

​

Tlaquepaque

Tempat ini juga wajib (mungkin ini paling seru) untuk dikunjungi kapan saja, karena kota kecil artistik ini selalu penuh turis sepanjang tahun. Ada banya produk kerajinan khas Meksiko yang berkualitas (harganya agak mahal dibandingkan di pasar-pasar). Tata letak kotanya yang bagus, rapi dan bersih dan juga didominasi dengan bebatuan, serta bangunan yang dicat warna-warni khas Meksiko, membuat kita betah menghabiskan sore hari jalan-jalan di kota cantik ini. Tidak terlalu jauh dari Guadajalara. Kurang dari 30 menit naik mobil.

​

​Tonalá

Terkenal dengan penghasil kerajinan barang-barang dari kaca, seperti vas bunga tiup, botol-botol dan aneka keramik, Tonalá lebih kepada kota kecil yang membumi dengan kualitas harga terjangkau untuk penduduk lokal. Di sini minim turis, tetapi sangat ramai dengan penduduk lokal. Setiap kamis dan minggu digelar pasar tradisional segala rupa sepanjang 2 km.

​

Tequila

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bagi yang penasaran ingin melihat langsung proses pembuatan minuman tequila, bisa datang ke kota ini. Kita bisa mengambil paket tur kereta Tequila Express atau yang lebih ekonomis dengan bus. Di kota kecil ini kita seperti disihir dengan keadaan kota yang tertata rapi, berwarna warni serta ramah terhadap turis.

Yang jelas Guadalajara itu…

  • Selalu seru dikunjungi kapan saja, sepanjang tahun, tidak perlu menunggu musim semi atau musim panas, karena sepanjang tahun cuacanya cocok untuk kita yang terbiasa tinggal di negara tropis. Langit biru hampir kita jumpai setiap tahun dan terasa sekali polusinya tidak separah di Mexico City. Hanya, sedia payung saja ketika musim panas sekitar bulan juli dan agustus.

  • Kota santai, tetapi sibuk. Maksudnya, walaupun termasuk dalam kategori kota bisnis yang berkembang dan banyak sekali kegiatan yang digelar di sini, tetapi tetap nyaman dan tidak bising karena keadaan kota yang tidak terlalu besar, tetapi dinamis.

  • Meskipun beriklim ramah, tetapi dianjurkan untuk selalu membawa krim matahari, topi, baju longgar dan nyaman untuk mengunjungi kota cantik ini. Sebaiknya menikmati kota ini pada pagi hari sampai jam makan siang, sebelum panas matahari tidak terlalu terlalu terik. Lalu istirahat sebentar, dan kemudian bisa jalan-jalan sore.

  • Paling seru dikunjungi akhir agustus, sebab ada Festival Internacional de Mariachi yang diikuti pemusik nasional dan internasional. Juga seru dikunjungi pada saat liburan semana santa pada bulan Maret - April.

 

Kata mereka yang tinggal di Guadalajara

 

Rani, ibu 2 anak

Sejak menikah dengan pria Meksiko, otomatis Rani mengikuti sang suami yang berdomisili di Guadalajara. Menurut Rani, kota cantik ini sangat menarik untuk dikunjungi, karena situasi kotanya yang menyenangkan, banyak jenis makanan lokal yang enak. Tentunya, di sini kita bisa menikmati musik Mariachi yang asyik ditonton dan didengar. Selain Guadalajara, Rani meyakinkan bahwa kota-kota kecil sekitarnya wajib dikunjungi, seperti Tlaquepaque, Tonala dan Tequila.

 

Erna, ibu rumah tangga

Dia baru 5 bulan tinggal di Guadalajara, karena mengikuti suami yang berkebangsaan Australia yang sedang bertugas di kota ini. Menurut Erna, yang membuat orang betah tinggal di sini adalah iklimnya yang pas: tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, penduduknya ramah terhadap pendatang. Guadalajara juga mempunyai tempat nongkrong yang asyik di daerah Avenida Chapultepec. Di sini ada banyak resto dan café yang menyajikan masakan khas Meksiko yang enak, misalnya El Sacromonte.

​

Foto kredit: Puruhita Moestaryanti.

​

==========================================================================================================================

​

Terjebak badai di Los Cabos

oleh Evi Siregar

​

Kadang kita tak pernah tahu apakah kita bisa menyelesaikan sebuah persoalan, sampai persoalan itu datang. Pengalaman beberapa waktu yang lalu merupakan satu bukti. Ceritanya persis seperti di film-film. Ah, dan ternyata untuk mempertahankan sebuah keputusan atau untuk mengambil sebuah keputusan baru tidaklah mudah, apalagi ketika menyangkut banyak orang. Ini pengalaman saya setelah tiga hari terjebak akibat badai besar.

​

Hari itu tiba-tiba saya menjadi ketua regu yang terdiri dari delapan orang. Oleh karena sudah tak tahan berada di hotel, terutama karena sudah tiga hari tak ada pasokan air bersih, kami memutuskan untuk pulang tanpa menunggu bantuan datang, dan kami memutuskan untuk pulang melalui bandara lain yang berada di kota La Paz, sekitar tiga jam perjalanan dengan mobil. Pertama kami harus keluar dari kompleks perhotelan dan mencari taksi yang mau membawa kami ke kota La Paz. Saat itu sekitar pukul 10 pagi. Taksi merupakan satu-satunya alternatif. Baru pertama kali dalam hidup saya naik taksi untuk menempuh perjalanan tiga jam. Sejak awal kami mempunyai masalah: kami tak mempunyai uang tunai cukup, bahkan dua orang di antara kami tak memiliki uang tunai, karena mesin ATM tak berfungsi sejak dua hari yang lalu akibat badai. Listrik mati dan tak ada kontak dengan dunia di luar komplek perhotelan. Di samping itu tak ada lagi uang di mesin itu, karena banyak orang ingin mendapatkan uang tunai. Namun, saya katakan kepada mereka berdua bahwa saya bersedia meminjamkan uang tunai saya untuk membayar taksi, dan mereka nanti menggantikannya dengan membayarkan saya biaya yang lain dengan kartu kredit mereka. Done. Kami bertiga setuju.

 

Lama perjalanan ke kota La Paz memakan waktu sekitar tiga jam. Sepanjang jalan kami sangat gembira, karena berimajinasi kami akan tiba di rumah begitu bisa mencapai bandara. Namun, ketika kami tiba di bandara di kota La Paz, kami semua shock, sebab antrian orang di bandara mencapai ribuan, sementara saya tahu bahwa pesawat yang terbang ke Mexico City hanya 1 kali sehari. Saya katakan kepada anggota regu saya (kami tak mengenal satu sama lain, dua di antara mereka pasangan, tetapi semua muda dan baru pertama kali ke Los Cabos) bahwa tidak ada gunanya menunggu pesawat di bandara itu, karena tak ada kepastian kapan bisa pulang (saya sendiri memang harus pulang cepat-cepat, karena harus masuk kantor). Kami akhirnya mengambil keputusan pergi ke pelabuhan di kota itu. Rencana baru saat itu adalah naik ferry dari pelabuhan di La Paz. Ada dua alternatif, ke kota Mazatlan atau Los Mochis. Ketika kami tiba di pelabuhan, kami harus cepat mengambil keputusan ke kota mana harus pergi (karena dalam setengah jam ada kapal tujuan Los Mochis yang akan berangkat dan tak ada kapal lagi yang berangkat hari itu). Setelah menimbang banyak hal, akhirnya kami memutuskan pergi ke Los Mochis, dan dari sana pergi ke Culiacán. Di kota ini ada bandara dan pesawat yang terbang ke Mexico City. Namun, ketika kami hendak membeli tiket ferry, kami hampir saja menangis, karena tiket harus dibeli dengan uang tunai. Saya akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan kepala pelabuhan, dan menceritakan keadaan kami bahwa kami korban badai di Los Cabos dan tak memiliki uang tunai untuk membeli tiket ferry, serta memohon bantuan kepala pelabuhan. Atas kebaikan hati kepala pelabuhan (juga karena ada instruksi dari pemerintah untuk menolong para korban badai Los Cabos), kami diperbolehkan naik kapal dan membayar tiket ferry di seberang (dengan kartu kredit). Alhamdullillah. Semua orang gembira dan bisa naik kapal laut yang cukup bagus.

 

Perjalanan menuju Los Mochis cukup panjang dan melelahkan, dibutuhkan waktu delapan jam untuk menyeberang, tetapi kami semua gembira. Ketika tiba di pelabuhan Los Mochis waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Perjuangan masih belum selesai. Kami harus mendapatkan hotel untuk bermalam dan keesokan harinya naik bus menuju bandara di kota Culiacán. Ternyata bukan hanya perjuangan untuk mendapatkan hotel, melainkan juga untuk mendapatkan taksi yang bisa membawa kami mencari hotel. Persoalan lain adalah Los Mochis bukanlah daerah yang aman untuk kami yang sebagian besar orang asing dan tak mengenal daerah itu. Saya katakan kepada teman-teman saya untuk berdoa, meskipun mereka tak percaya pada tuhan. Benar-benar berdoa agar bisa selamat sampai di rumah.

 

Setelah menunggu lebih dari satu jam, kami mendapatkan dua taksi yang mau membawa kami mencari hotel. Hotel pertama yang kami temukan penuh. Kami pun mencari hotel lain. Alhamdulillah hotel ketiga yang kami temukan bisa menerima kami semua. Ketika urusan bayar-membayar tiba, saya shock karena hotel tak menerima kartu kredit saya. Dua orang yang saya pinjami uang tunai menawarkan bantuan mereka untuk membayarkan hotel dengan kartu kredit mereka, sebagai pengganti uang yang telah saya keluarkan. Kami tak tak menghitung berapa jumlah uang yang telah saya dan mereka keluarkan. Yang kami pikirkan adalah saling menolong.

 

Lega sudah. Akhirnya kami mendapatkan air bersih untuk mandi, setelah tiga hari tak mandi dan badan kotor serta gatal-gatal karena banjir akibat badai. Baru sekarang saya bisa merasakan menjadi korban bencana alam, terbayang bagaimana orang-orang miskin korban badai atau banjir di satu daerah, mereka bisa pergi ke mana? Kalau saya dan yang lainnya tinggal pulang ke rumah masing-masing, tetapi penduduk di sebuah desa yang memang itu rumah mereka, bagaimana?

 

Setelah mandi, saya cepat-cepat membuka internet untuk dapat membeli tiket pesawat baru. Mudah-mudahan saja ada. Dua orang lainnya juga mencoba membeli tiket baru. Lima orang lainnya berpikir untuk membuat schedule baru tiket mereka. Alhamdulillah kami bertiga bisa membeli tiket baru ke Mexico City. Awalnya, hanya kami bertiga yang membeli tiket baru yang pergi ke bandara di Culiacán keesokan paginya. Naik bus sekitar 3 jam. Lima lainnya menunggu di Los Mochis sampai bisa mendapatkan schedule baru, karena mereka pulang ke Houston. Namun, saya mengusulkan untuk ikut pergi bersama ke bandara dan mencoba menukar tiket di bandara (dan kalaupun tidak bisa mendapatkan schedule baru hari itu, berada di Culiacán lebih baik daripada di Los Mochis). Mereka pun setuju. Kami pun beristirahat dan bisa tidur selama 3 jam, lumayanlah.

 

Pagi-pagi, setelah sarapan, kami cepat-cepat berangkat ke terminal bus dan untunglah bisa mendapatkan bus dengan jadwal keberangkatan yang cocok agar bisa tiba di bandara paling tidak 40 menit sebelumnya, kami bertiga naik pesawat jam 2 siang. Sepanjang perjalanan dari Los Mochis saya dag-dig-dug, karena bus berjalan sangat lambat. Sekitar jam 12 kami tiba di terminal bus kota Culiacán. Dari sana masih harus naik taksi ke bandara. Kami semua berlari-lari turun dari bus dan langsung mencari taksi. Dapat dua taksi, dan kami meminta kepada supir taksi untuk secepatnya tiba di bandara. Sekali lagi alhamdulillah. Kami bisa tiba di bandara dengan waktu yang cukup, satu jam sebelum waktu penerbangan.

 

Sambil mengurus check-in saya bercerita kepada petugas maskapai bahwa kami korban badai Los Cabos dan 5 orang dari kami harus membuat schedule baru untuk pulang. Kebetulan kelima orang itu juga naik maskapai yang sama dengan saya dan dua orang lainnya. Saya meminta petugas maskapai untuk menolong kelima orang itu, dan kalau memungkinkan bisa terbang hari yang sama bersama saya dan dua orang lainnya. Rupanya tuhan mendengar doa kami. Ada empat kursi kelas ekonomi dan dua kursi kelas bisnis kosong saat itu. Kelima teman saya itu bisa dibuatkan tiket baru dan naik pesawat yang sama sampai ke Mexico City. Namun, karena hanya ada 4 kursi, maka kursi saya diberikan kepada mereka, dan sebagai pengganti saya diberikan kursi kelas bisnis. Oh my God!

 

Akhirnya kami berdelapan bisa naik pesawat yang sama menuju Mexico City. Dari awal sampai akhir kami terus bisa bersama. Tiga dari kami turun di Mexico City, sementara lima lainnya meneruskan perjalanan pulang ke Houston. Kami berpisah di bandara Mexico City. Semua memeluk saya dengan erat dan dengan perasaan haru serta rasa terima kasih. Saya berterima kasih kepada tuhan yang telah mendengarkan dan mengabulkan doa saya dan kami semua, yaitu selamat sampai di rumah. Dari pengalaman ini saya belajar sesuatu yang baru, bahwa sebuah musibah merupakan sebuah pelajaran yang sangat berharga dalam hidup.

​

Foto: Panorama pantai Los Cabos sehari sebelum badai.

Foto kredit: Evi Siregar.

​

bottom of page