top of page

Opini

05 Opini - Wawancara Citra.jpg

Serunya Pengalaman Rangkaian Acara 17 Agustus di Meksiko City

oleh Citra

​

Citra yang baru tinggal beberapa bulan di Meksiko City, baru merasakan serunya melewati rangkaian acara menyambut 17 Agustus pertamanya di Meksiko yang diselenggarakan oleh KBRI Meksiko Serikat, mulai dari acara permainan tradisional sampai acara Pesta Rakyat yang menggelar berbagai macam budaya Indonesia.

​

Wanita yang senang menari dan membaca buku ini menyampaikan bahwa walaupun jumlah WNI di Meksiko tidak banyak, tetapi rangkaian acara berjalan seru, meriah dan ramai.

 

Sebagai penutup obrolan, wanita kelahiran 25 Juli ini berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia yang ada di Meksiko untuk selalu menjaga silaturahmi dan tetap solid. Merdeka!

​

Teks dan wawancara : Moestaryanti Puruhita

Foto kredit : Citra

​

============================================================================================================================

​

tornaboda.jpg

Tornaboda, Pesta Pernikahan Rasa Meksiko

 

Akhirnya kami berhasil juga menikmati rasanya jadi undangan pernikahan ala Meksiko. Tornaboda nama bekennya. Beberapa kali kami menerima undangan, selalu saja diluar kota sehingga harus kami abaikan. Undangan kali ini tidak kami sia-siakan. Mulai dari menyiapkan baju yang akan digunakan, mencari teman yang bisa membantu menjaga anak-anak selama kami pergi, mencari informasi tentang perjalanan ke tempat pesta, sampai memesan kado yang daftarnya sudah disiapkan oleh kedua mempelai.

​

Tentu saja, pernikahan ala Meksiko ini berbeda sekali dengan pernikahan ala Indonesia. Jika pernikahan ala Indonesia biasanya dibagi dalam 3 tahap yaitu pernikahan secara agama, pencatatan sipil, lalu ditutup dengan resepsi yang biasanya berlangsung selama 3-4 jam saja, pernikahan yang kami hadiri kemarin berlangsung selama 12 jam. Lain gunung, lain belalang. Beda keluarga, beda pelaksanaan acara pernikahannya. Ada keluarga yang melaksanakan pernikahan ala Meksiko ini selama 3 hari berturut-turut. Dimulai dengan catatan sipil terlebih dahulu. Hari kedua pernikahan di gereja dan hari ketiga dilakukan resepsi. Pernikahan yang kali ini kami hadiri, hanya berlangsung 1 hari saja, terdiri dari pencatatan sipil dan resepsi saja.

​

Dari jam 12 siang atau 1 jam sebelum waktu yang ditentukan dalam kartu undangan, tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Yang lelaki tentu saja dengan jas dan dasi. Yang perempuan rata-rata mengenakan gaun panjang dengan model terusan. Hanya kaum perempuan yang masih muda belia sajalah yang mengenakan rok pendek. Tamu-tamu yang datang disambut oleh bagian penerima tamu untuk mengetahui di meja nomor berapa mereka akan dikelompokkan. Biasanya tiap meja untuk tamu undangan berisi 10-14 orang, dan kita akan disambut dengan pelayan yang akan menawarkan minuman. Ini Meksiko…. Segala jenis alkohol disediakan di pesta. Jangan malu-malu bertanya, minuman apa yang mereka miliki. Termasuk jangan malu untuk menyatakan bahwa anda adalah vegan atau memiliki diet tertentu. Di meja bisa anda temukan menú makanan yang akan disajikan, tapi diluar menú tersebut selalu ada menú khusus bagi tamu-tamu yang memiliki preferensi makanan lainnya. Nikmati minuman yang disediakan juga snack ringan sambil menunggu acara dimulai.

​

Walaupun acara tidak dipimpin oleh MC seperti rata-rata resepsi di Indonesia, cukup ikuti saja kegiatan tamu-tamu lainnya. Seperti saat petugas catatan sipil mengundang calon pengantin pria untuk maju ke meja catatan sipil, serentak tamu-tamu berdiri dan mendekati meja catatan sipil, Sambil menyambut datangnya calon pengantin wanita yang datang digandeng oleh ayahnya.

​

Setelah penandatanganan catatan sipil selesai dilaksanakan, dilakukan dansa untuk pasangan pengantin, lalu pengantin perempuan dan ayahnya, lalu pengantin laki-laki dan ibunya. Rasa haru timbul dan menular diantara para tamu yang semuanya serentak mengeluarkan telepon selulernya berlomba-lomba mengabadikan momen yang indah ini. Para pelayan pun langsung berdatangan dan menawarkan bocadillos. Makanan ringan sebagai pengisi waktu sebelum acara makan siang yang sebenarnya.

​

Makan siang biasanya terdiri dari 4-5 menu, jangan malu untuk menyampaikan apabila ada menú yang tidak berkenan di hati. Penyelenggara pesta akan berkecil hati jika tamu tidak mengkonsumsi makanan yang disajikan. Oleh sebab itu, tanyakan kepada pelayan apabila mereka memiliki menú lain. Para pelayan sudah disiapkan dengan kemungkinan ini. Makan siang berlangsung sekitar 1 jam, dilanjutkan dengan saat untuk berbincang-bincang dengan pengantin maupun tamu yang lain. Abadikan momen-momen di pesta pernikahan yang biasanya “instagramable”. Jangan lupa untuk mengintip “mesa de dulces” yang berisi berbagai macam snack. Permen, coklat, popcorn, kacang dan masih banyak lagi. Pelayan akan tetap mengitari anda untuk menanyakan apabila anda membutuhkan minuman atau hal lainnya.

​

Jam 6 sore…saat matahari mulai redup, inilah pesta yang sebenarnya. Lampu-lampu panggung mulai dinyalakan dan meja dansa sudah mulai diisi dengan tamu yang bergoyang dan bernyanyi mengikuti musik yang dipandu oleh DJ. Dan bagi saya pribadi, inilah ujian yang sebenarnya. Sebagai orang indonesia, saya tidak terbiasa bergoyang seperti di diskotik, dan saya tidak tahu banyak lagu Meksiko. Sementara teman-teman tak jemu-jemu menarik saya ke panggung untuk bergoyang dan bernyanyi, saya hanya mengangkat kain tenun yang saya gunakan dan menjadikannya sebagai alasan untuk tidak ikut bergoyang.

​

Makan malam tidak disajikan seperti makan siang yang diantarkan oleh pelayan ke hadapan masing-masing tamu. Melainkan disediakan “barra de queso” berisi berbagai jenis buah-buahan keju, selai dan biskuit. Silakan menghibur lidah anda dengan pilihan keju Meksiko yang jenisnya jauuuh lebih banyak daripada keju yang kita biasa temukan di Indonesia. Jangan malu-malu untuk mengganti sepatu hak tinggi yang anda gunakan dengan sepatu yang lebih ringan. Saya tidak tahu trik ini sehingga saya terus menggunakan sepatu hak tinggi, sementara teman-teman lainnya terus bergoyang mengikuti musik karena sudah berganti sepatu.

​

Kapan bisa mengundurkan diri dari pesta? Ya tentu saja setelah melihat tamu-tamu berkurang. Dan sama seperti acara keluarga di Indonesia, berpamitan pun membutuhkan lebih dari 30 menit. Tiap orang yang kita salami, pasti akan menanyakan kesan-kesan selama di pesta, bagaimana cara pulang (naik taxi atau membawa kendaraan sendiri), dan pesan untuk “stay in touch”. Bagaimanapun, pesta adalah suatu event indah dimana kita berkesempatan untuk menambah daftar pertemanan.

​

Jadi, apabila anda menerima undangan pesta pernikahan, siapkan perut dan sepatu ganti supaya bisa bergoyang sampai tengah malam ya!

 

Teks dan foto kredit : Estudiantina Moors

​

============================================================================================================================

​

04 Apa Kabar - foto pak choky.jpg

Nikmatnya menjalankan ibadah puasa di perantauan

oleh Chairulsyah Lubis

​

Menjalankan ibadah Ramadhan merupakan kewajiban umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali di Meksiko. Mulai tanggal 1 Ramadhan 1440 yang jatuh pada hari Senin 6 Mei 2019 dari pukul 05.35 sampai pukul 20.15, umat muslim WNI di Meksiko melakukan ibadah puasa pertama. Pada hari tersebut, kami mempunyai kesempatan buka puasa bersama dan sholat taraweh berjamaah di KBRI Mexico City.

​

Di sela-sela acara tersebut, Chairulsyah Lubis atau yang akrab disapa Choky berbagi pengalaman menjalankan ibadah Ramadhan kepada tim Soerat Kabar. Pria yang menyukai olahraga bilyar ini tiba hampir 3 bulan yang lalu di Meksiko. Tentunya Choky mempunyai kesan tersendiri tentang pengalamannya menjalankan ibadah puasa di Meksiko. Baginya, hari pertama berpuasa tidak terasa karena faktor udara yang nyaman walaupun waktu berpuasa lebih lama waktunya (sekitar 14,5 jam) . Tiba-tiba sudah adzan maghrib saja katanya. Sebenarnya bukan rasa lapar dan haus yang dirasakan pria kelahiran Medan ini, tetapi justru lebih berat tantangannya karena harus menahan rasa untuk merokok, diikuti dengan tawa yang riang.

​

Harapan Choky yang sering melanglang buana ke berbagai negara ini, bahwa bulan Ramadhan kali ini yang dinikmatinya di Meksiko, bisa dilalui sampai selesai dan lancar serta dirinya berharap hidupnya menjadi lebih baik.

​

Teks dan wawancara : Moestaryanti Puruhita

Foto kredit : Chairulsyah Lubis

​

============================================================================================================================

​

05 Opini - piramida Maslow.jpg

ISTRI-ISTRI IKUT SUAMI (II)

Oleh Luki Setiawan

 

Selamat hari Kartini! Hari dimana kaum perempuan dianggap bisa mulai melakukan perubahan pada nasib dirinya sendiri, yang bebas dari penilaian, kekangan atau larangan yang berlaku di lingkungan sosialnya. Terdengar mudah, padahal harus kita akui bahwa untuk menentukan pilihan hidup lalu menjalaninya bukan hal yang mudah. Baik itu pada masa hidup R.A. Kartini ataupun masa hidup kita saat ini.

Contohnya, dalam ulasan sastrawan Armijn Pane (buku Habis Gelap Terbitlah Terang) dijelaskan bahwa walaupun R.A. Kartini memiliki banyak angan-angan untuk mendobrak sistem pingitan yang berlaku dan ingin memberi kesempatan belajar bagi kaum perempuan, namun beliau ternyata masih juga memiliki keragu-raguan untuk bertindak nyata pada saat kesempatan untuk mewujudkan impiannya sudah didepan mata. Keinginan R.A. Kartini untuk menjadi guru misalnya, justru bisa lebih dulu diwujudkan oleh pahlawan wanita lain yaitu R. Dewi Sartika yang segera mendirikan sekolah untuk anak gadis (Sakola Istri) pada tahun 1904.

Ulasan dari kumpulan surat-surat R.A. Kartini itu sedikit banyak menggambarkan kenyataan bahwa kadangkala tertundanya dan/atau ‘kegagalan’ dalam usaha untuk mencapai harapan kita, bukan seluruhnya diakibatkan oleh faktor disekitar kita. Bukan disebabkan oleh pasangan kita, bukan juga karena  peraturan  negara atau kantor kita. Tapi justru dari dalam diri kita sendiri. Penyebabnya tentu berbeda-beda dengan tingkat kerumitan yang berbeda pula. Jadi, mari kita introspeksi.

​

Mau tunggu kembalinya keju yang hilang, atau cari keju baru?

Kalau perumpamaan keju dari buku ‘Who Moved My Cheese’ diganti dengan harapan/keadaan yang ingin kita capai, maka kita bisa memilih untuk jadi pihak yang menunggu sampai datangnya kesempatan yang hilang – atau justru selalu berusaha mencari kesempatan baru. Pada saat kita berada dalam keadaan yang sulit untuk mewujudkan/ mencapai harapan kita, alangkah indahnya kalau kita juga bisa membekali diri dengan kemampuan merubah pola pikir secara fleksibel. Mencari jalan keluar yang menenangkan dan menyenangkan jiwa raga.

Definisi sukses itu subyektif, jadi marilah kita tetap semangat berusaha. Bila tetap gagal meskipun sudah berusaha berkali-kali, rubahlah sedikit tujuan kita.  Dengarkan atau bacalah pengalaman orang lain, untuk mengulas ulang strategi kita. Seperti yang sudah tertulis di Istri-istri Ikut Suami bagian 1, mulailah dari yang sederhana dan mudah.    

​

Jadi contoh untuk sekitar. 

Sebetulnya, sekecil apapun hal yang telah kita lakukan, kita sudah meneruskan pendidikan untuk anak perempuan dan laki-laki. Sebab salah satu cara manjur untuk mendidik seorang anak (baik itu anak sendiri, keponakan, ataupun anak-anak tetangga di sekitar rumah kita) adalah dengan cara memberi contoh. Dimulai dari kegiatan sehari-hari, misalnya. Kita ikut duduk makan siang bersama, pada rutinitas jam makan yang sewajarnya, memakan pola 4 sehat 5 sempurna, kita sudah mengajarkan kesadaran makan sehat, tanggung jawab terhadap diri sendiri dan tata kelola waktu. Pencapaian kecil yang secara teratur kita usahakan, pada akhirnya akan bisa bermakna signifikan. Dan itu semua bisa menjadi contoh untuk anak atau keponakan kita, bahkan untuk teman-teman mereka. Terutama pada saat usia dewasa akhir (17-20 tahun), dimana anak-anak secara sadar sudah mulai mengamati keadaan sekitarnya untuk menentukan pilihan kuliah, kerja atau arah hidupnya.

Semangatlah. Tidak perlu kita merasa “.. like a P in Raspberry…”. Tampak ditulisan tapi tidak signifikan “terdengar” saat dibaca.

​

Sekali lagi, selamat hari kemajuan kaum perempuan untuk kita semua!!

​

===========================================================================================================================

​

ISTRI-ISTRI IKUT SUAMI (I)

Oleh Luki Setiawan

​

OK. Keperluan suami sudah beres. Mulai dari pakaian sampai dokumen, segala ijazah dan surat-surat yang berhubungan dengan pekerjaannya, semua rapih masuk koper. Keperluan anak, siap juga. Minyak telon, akte kelahiran dan bukti imunisasi, semua rapih. Keperluan kita? Ah itu nomor dua. Bisa diatur nantinya. Mari kita berangkat; sampai jumpa lagi, Indonesia tercinta. Kita pergi untuk menunjang pekerjaan suami, mengikutinya untuk tawaran pekerjaan dan karirnya yang lebih baik.

Itu 6 bulan yang lalu. Sekarang, suami sudah sibuk dengan pekerjaannya di tempat baru. Anak juga sudah nyaman dengan kawan-kawan di sekolah barunya, termasuk aneka kursus balet, berenang, tennis lapangan, judo, you name it. Kalau ditanya oleh kawan-kawan di Indonesia, kita bisa langsung menyuguhkan potret gemilang keluarga kita : berhasil pindah dengan lancar.

​

Jati diri yang hilang

Tetapi setelah itu, banyak diantara kita yang merasa ada sesuatu yang kurang. Mengurus rumah tangga saja tidak cukup memberi kepuasan. Rasanya ingin kembali bekerja, tetapi bekerja di negara orang bisa jadi cukup banyak kendala yang sulit ditaklukkan. Dan keinginan kita bekerja bukan semata-mata untuk alasan finansial. Lalu apa yang kita cari?

Aktualisasi diri. Itulah yang sering kita bicarakan kalau mengutip teori Hierarchy of Needs-nya Abraham Maslow, yaitu bahwa manusia biasanya ingin mencapai sesuatu yang lebih dari yang sudah diperoleh. Dan puncak tertinggi hirarki ini adalah keinginan manusia mencapai kepuasan batin karena sudah berbuat sesuatu yang bermakna; entah itu untuk orang lain, alam, binatang, dan sebagainya.

Bentuk piramida Maslow tidak selalu harus dilalui secara bertahap. Bisa saja setelah seseorang cukup sandang-pangan-papan (kebutuhan fisiologis), ia langsung mengejar kebutuhan aktualisasi diri dengan cara melakukan banyak hal yang membuatnya merasa berguna sebagai manusia. Kalau ingat pengalaman hidup Viktor Frankl yang lolos dari Holocaust, atau Mother Teresa yang mengabdikan hidupnya untuk kemanusiaan, itulah puncak hirarki kepuasan batin menurut Maslow.

​

Just do it

Ini bukan iklan perlengkapan olahraga, tapi pendorong semangat. Punya sedikit keterampilan? Manfaatkan. Kalau perlu, teruslah mempertajam satu keahlian atau menambah berbagai keterampilan lain yang bisa berguna suatu saat nanti. Karena keterbatasan keadaan, kadang kita akhirnya justru menemukan kebahagiaan dan kepuasan batin akibat hobi dan ketrampilan yang pernah dipelajari, dan bukan dari ilmu yang diperoleh secara akademis. Jika keterampilan/pekerjaan yang dilakukan itu dianggap sepele oleh sebagian orang lain, ya tidak apa-apa. Belajar mendongeng, misalnya. Bila diamalkan untuk anak kita, atau mendongeng untuk anak-anak di rumah sakit, tentu amat besar gunanya.

Bagaimana kalau tidak punya ketrampilan? Jangan kecil hati. Belajar, lalu amalkan. Syukur-syukur kalau ilmu/ketrampilan itu bisa menghasilkan uang. Saat ini banyak hal yang bisa dipelajari dan dilakukan lewat dunia maya. Coursera.org misalnya, menawarkan aneka ilmu berbayar maupun bebas biaya. Onlinevolunteering.org memerlukan banyak bantuan.

Yang patut kita ingat adalah: saat Tuhan memberi kesehatan jiwa dan pikiran, mari kita syukuri dengan cara memanfaatkan untuk kebaikan diri kita dan orang lain. Tidak ada ilmu/ keterampilan yang lebih penting dari yang lain dan tidak ada ilmu atau keterampilan yang akan sia-sia.

​

Selamat berkarya.

​

===========================================================================================================================

​

macet di meksiko.jpeg

Pengalaman Dokter Adita : Menghadapi Polusi dan Udara Mexico City

​

Sebelum Ibu Dita kembali ke tanah air, Soerat Kabar sempat berbincang-bincang dengan beliau mengenai pengalamannya mengurus keluarga selama di Meksiko, terutama yang berhubungan dengan kesehatan anak-anak. Dengan 2 anak yang berusia 6 dan 3 tahun, tentu saja banyak hal yang bisa kita contoh dari pengalaman beliau.

​

Berikut beberapa tips yang dibagikan Ibu Dita kepada Soerat Kabar :

1. Harus rajin membersihkan rumah

Banyaknya pembangunan gedung kantor maupun hunian di tengah kota, menambah beratnya polusi Meksiko yang sudah cukup kompleks dengan kemacetan dan kondisi geografis yang dibahas di edisi bulan lalu. Hampir tidak ada cara untuk menghindarkan debu jika kita tinggal di tengah kota. Untuk itu, kenali kondisi tempat tinggal kita. Kapan waktu yang aman untuk membuka jendela rumah untuk meminimalkan debu yang masuk kedalam rumah. 

2. Minum vitamin dan jaga asupan cairan

Selain air putih untuk menjaga kondisi cairan tubuh, Bu Dita juga rajin mengkonsumsi jus jeruk, tanpa konsumsi vitamin dalam bentuk kapsul atau tablet lainnya.

3. Kenali daya tahan tubuh anak-anak

Bu Dita memiliki 2 orang anak, si kakak perempuan sudah duduk di kelas 1 SD dan si adik laki-laki berusia 3 tahun. Si kakak lebih sering mengalami batuk dan iritasi mata dibandingkan dengan adiknya, sehingga perhatian yang diberikan untuk menjaga kondisi masing-masing anak pun menjadi berbeda.

4. Ganti suasana...ganti udara...

Pergi keluar kota menjadi salah satu solusi temporary untuk menghirup udara segar. Hal ini juga dilakukan oleh sebagian besar penduduk Mexico City. Tidak harus pergi jauh kog...banyak alternatif taman hijau untuk mencari oksigen segar.

​

Bu Dita, terima kasih sudah berbagi pengalaman dengan Soerat Kabar. Selamat menikmati indahnya tanah air tercinta...

​

Wawancara dan Foto Kredit : Estudiantina Moors

​

=============================================================================================================================

​

IMG_1177.jpg

 

Penting untuk kesehatan kita: mengetahui kualitas udara Mexico City

 

Banyak orang tahu bahwa Mexico City adalah salah satu kota di dunia yang memiliki masalah polusi udara yang cukup serius. Kebanyakan orang sering mempermasalahkan bentuk Mexico City yang seperti mangkuk yang menjadi biang keladi polusi udara. Memang benar bentuk geografis Mexico City yang seperti mangkuk merupakan salah satu alasan mengapa masalah polusi udara di Mexico City sulit diatasi. Namun, bukan karena bentuknya yang seperti mangkuk, lantas polusi udara merajalela di kota ini. 

 

Menurut informasi yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup, polusi udara di Mexico City diakibatkan: kendaraan (60%), industri (24%), perumahan (13%), dan jasa (3%). Pertanyaannya adalah mengapa program-program yang dijalankan pemerintah Mexico City, seperti  formulasi ulang bensin, verifikasi wajib, program Hoy No Circula, relokasi industri, kampanye pendidikan jalan, program restorasi dan konservasi area hijau dan perubahan peraturan, sampai hari ini tidak dapat mengatasi masalah polusi udara tersebut? Salah satu jawabannya adalah bahwa Mexico City memiliki jumlah penduduk besar. Kalau kita lihat kembali di atas, 60% penyebab terbesar polusi udara adalah kendaraan (ditambah 13% dari perumahan). Menurut catatan INEGI, di Mexico City ada 4,7 juta kendaraan yang terdaftar (dan beredar) dan untuk wilayah metropolitan ada sekitar 5,3 juta kendaraan. Yang ironisnya adalah bahwa kendaraan umum lah yang banyak menimbulkan polusi udara, terutama yang menggunakan mesin diesel, karena memancarkan lebih banyak partikel nitrogen oksida. Itu sebabnya, pemerintah Mexico City lebih menganjurkan penduduk untuk menggunakan Metro dan Metrobus. Pemerintah juga memberikan rambu-rambu tentang tingkat polusi udara: skala 1-3 (resiko polusi udara rendah, artinya aman untuk melakukan kegiatan di udara terbuka), skala 4-6 (resiko polusi udara menengah, artinya sebaiknya mengurangi kegiatan di udara terbuka), skala 7-9 (resiko polusi udara tinggi, artinya harus mengurangi kegiatan di udara terbuka), dan 10 ke atas (resiko polusi udara sangat tinggi, artinya sebaiknya berada di dalam rumah terutama bagi usia rentan, seperti anak-anak dan manula). 

 

Polusi udara berbahaya bagi kesehatan 

Mungkin kita bertanya mengapa polusi udara berbahaya bagi kesehatan? Apa dampaknya bagi kesehatan? Apa saja partikel-partikel yang ada dalam udara yang terkontaminasi? Pada umumnya udara yang terkontaminasi mengandung partikel-partikel yang berasal dari asap truk, pabrik, dan api, serbuk tanaman, spora jamur, kulit yang mengelupas dari tubuh, kotoran, oksida dan logam. Jika udara yang mengandung partikel-partikel tersebut kita hirup, ini akan mempengaruhi kesehatan kita, secara langsung kepada sistem pernafasan. Mengapa? Karena ketika kita bernafas, partikel yang tersuspensi dapat bertahan di paru-paru untuk waktu yang lama, bahkan dapat masuk ke aliran darah. Menurut informasi Sistem Pemantauan Atmosfer, partikel tersuspensi (dalam bentuk padat, cair, dan uap) dapat bertahan di udara. Ketika tidak ada angin yang cukup untuk membawa pergi partikel-partikel tersebut, partikel-partikel itu melayang di udara. Semakin hari, semakin banyak jumlah partikel tersebut. Pada musim dingin (November-Februari) polusi udara semakin meningkat, karena tidak ada hujan, panas matahari dan turun suhu. Menurut informasi, periode ini dikenal sebagai musim pencemaran partikel, karena peningkatan konsentrasi polutan ini, terutama pada pagi hari, antara jam 5:00 dan 12:00. Jumat dan Sabtu adalah hari-hari dengan konsentrasi partikel tersuspensi tertinggi karena peningkatan aktivitas nokturnal penduduk kota. Daerah utara dan pusat Mexico City, serta daerah yang berbatasan dengan Estado de México merupakan wilayah yang paling terpengaruh, karena aktivitas kendaraan yang tinggi dan sumber emisi di wilayah tersebut.

 

Setiap hari seseorang menghirup udara antara lima dan delapan liter per menit, menghirup partikel apapun yang terkandung di udara yang kemudian masuk ke dalam sistem pernapasan. Dalam perjalanannya, partikel-partikel besar menempel pada hidung dan tenggorokan, sementara yang kecil berjalan ke paru-paru dan tersimpan di bronkus dan paru-paru. Reaksi organisme terhadap partikel-partikel serta komponen-komponennya dimanifestasikan awalnya adalah dengan kekeringan, iritasi, peningkatan sekresi, batuk atau kesulitan bernapas dan reaksi terhadap sistem kekebalan tubuh. Tubuh kita memproduksi lendir untuk menjebak debu, virus atau bakteri, agar tidak memasuki organ kita atau tinggal di sistem pernapasan kita; lendir adalah bagian dari strategi pertahanan tubuh, tetapi memproduksi lendir secara permanen menunjukkan kualitas udara yang buruk. Partikel yang tersuspensi dapat membahayakan siapapun, terlebih-lebih kelompok yang rentan, seperti anak-anak, orang tua, atlet, dan mereka yang memiliki masalah asma atau bronkitis. Kita tahu bahwa paru-paru berkembang selama masa kanak-kanak dan remaja. Secara alami anak-anak bernafas lebih cepat daripada orang dewasa. Jika pada masa itu akumulasi partikel tersuspensi sangat tinggi di organ tersebut, akan terjadi kerusakan permanen.

 

Cara terbaik untuk melindungi kesehatan, terutama pada musim dingin, ketika polusi udara meningkat, adalah dengan mengurangi kegiatan di udara terbuka, terutama pada jam sibuk. Pemerintah kota selalu menganjurkan kita untuk memantau dan berkonsultasi mengenai kondisi kualitas udara sebelum berolahraga atau melakukan kegiatan di udara terbuka. Masyarakat yang tinggal di pusat dan utara kota sebaiknya berolahraga sesudah jam 16:00, sementara masyarakat yang tinggal di selatan kota pada waktu pagi (dan tidak berolahraga pada waktu siang atau sore hari). Ini dikarenakan bahwa polusi udara yang terakumulasi selama pagi di utara disapu oleh angin ke selatan, dan disana bertahan beberapa jam dan membentuk aerosol sekunder dan polutan lain seperti ozon. Ingat kembali rambu-rambu tentang tingkat polusi udara: skala 1-3 (resiko polusi udara rendah, artinya aman untuk melakukan kegiatan di udara terbuka), skala 4-6 (resiko polusi udara menengah, artinya sebaiknya mengurangi kegiatan di udara terbuka), skala 7-9 (resiko polusi udara tinggi, artinya harus mengurangi kegiatan di udara terbuka), dan 10 ke atas (resiko polusi udara sangat tinggi, artinya sebaiknya berada di dalam rumah terutama bagi usia rentan, seperti anak-anak dan manula).

​

Jagalah kesehatan.

​

Teks (dari berbagai sumber) dan Foto Kredit : Evi Siregar

​

=============================================================================================================================

​

05 Opini - 10 Hal tentang Budaya Kerja M

10 Hal tentang budaya kerja Meksiko yang perlu diketahui

​

Bagi Anda yang memutuskan untuk datang ke Meksiko, baik itu alasan keluarga karena pasangan Anda ditempatkan bekerja di sini atau karena alasan pribadi ingin merantau, simak 10 hal yang perlu diketahui tentang budaya kerja di Meksiko yang berhasil dirangkum oleh Redaksi Soerat Kabar dari berbagai sumber.

​

1. Gaji dan Tanggung Jawab Pekerjaan

Jika Anda memilih bekerja di perusahaan multi-nasional yang merekrut banyak warga negara dunia, hal yang pertama yang harus diketahui adalah besarnya gaji dan tingkat tanggung jawab pekerjaan. Di Meksiko, semakin kita memiliki pendidikan tinggi dan ahli dalam bidang tertentu, tingkat gaji akan semakin tinggi. Mereka akan mempertimbangkan juga dari segi bahasa lokal apakah kita menguasai bahasa spanyol dengan baik atau tidak.

​

2. Jam kerja

Kebanyakan jam kerja di Meksiko 48 jam/minggu. Ada perusahaan yang mempekerjakan pegawainya setengah hari pada hari Sabtu. Lama jam kerja memang tergantung dari kebijakan perusahaan masing–masing.

​

3. Hari Libur atau Cuti

Jumlah cuti resmi di Meksiko sebanyak 6 hari jika kita baru masuk bekerja dan cuti tersebut berlaku selama 1 tahun. Namun, lama waktu cuti bisa dinegosiasikan. Sepertinya hal ini sangat penting bagi pekerja asing yang bekerja di perusahaan multi-nasional. Lama cuti merupakan salah satu pertimbangan untuk mengambil pekerjaan di perusahaan tersebut atau tidak, karena tentu ingin memiliki cuti yang panjang supaya ada kesempatan mengunjungi keluarga di tanah air. Jadi, jika Anda datang untuk bekerja di Meksiko, pastikan dengan jelas bahwa Anda memiliki hari cuti yang Anda inginkan. Pengalaman kebanyakan orang, mereka bisa mendiskusikan dan bernegosiasi lama cuti.

​

4. Level Tuntutan Kerja

Tergantung posisi yang kita duduki, semakin tinggi tingkat kedudukan, semakin tinggi pula tingkat tuntutan kerja. Tak hanya itu, kita juga diminta untuk bisa mengambil keputusan penting pada waktu tertentu. Akan tetapi, jika kita hanya pekerja dengan tingkat rata–rata, biasanya agak lebih santai. Sebaiknya, sih, kita tetap harus bersikap profesional. Bekerja pada porsi kedudukan yang kita dapat. Sebagai pekerja asing, sebaiknya tetap menunjukkan kualitas pekerjaan kita.

​

5. Bonus

Nah, ini pasti yang selalu ditunggu oleh para pekerja, selain gaji tetap setiap bulannya. Bonus pekerjaan yang wajib diberikan kepada kita adalah bonus akhir tahun yang wajib dibayarkan oleh pemberi kerja paling lambat pada tanggal 15 Desember. Besarnya sama dengan 1 bulan gaji. Ini sama seperti gaji ke-13 di Indonesia.

​

6. Tempo Pengunduran Diri atau Dipecat

Tak perlu kaget dengan kebijakan di Meksiko yang memungkinkan mengeluarkan orang (atau bahasa umumnya, memecat pegawai) yang tidak membutuhkan waktu lama. Dalam tempo 10 menit, pegawai tersebut sudah tidak memiliki kedudukan atau jabatan. Atau jika kita di posisi pekerja, kita boleh mengundurkan diri 10 menit sebelumnya. Tak perlu menunggu 2 minggu atau 1 bulan untuk proses pengunduran diri. Dalam hal ini maksudnya si pekerja sudah kehilangan kedudukannya dalam tempo 10 menit, tetapi perusahaan membutuhkan waktu untuk memenuhi kewajibannya: membayar gaji yang tersisa, asuransi atau kewajiban lainnya kepada karyawan yang dipecat atau mengundurkan diri.

​

7. Istilah ahorita

Tentu kita sering mendengar kata ahorita. Ahorita dalam pekerjaan bisa berarti sama dengan kehidupan sehari-hari dalam bahasa kita 'besok'. Jadi tak perlu kaget jika kolega Anda menjawab ahorita. Misalnya Anda menanyakan: apakah sudah mengirimkan email hasil notulen rapat kemarin. Jawaban bisa diartikan 'iya, saya kirim nanti siang' atau ´saya kirim besok pagi´ atau bahkan 'baru akan dikirimkan minggu depan'. Yah, sudah keburu rapat yang baru lagi deh!

 

8. Waktu Makan Siang

Umumnya, jam makan siang sebagian besar para pekerja adalah dari pukul 14:00 – 16:00. Jadi, pastikan Anda sarapan pagi dengan kenyang, sebelum waktu makan siang tiba. Jika ada makan siang untuk membicarakan pekerjaan, mereka akan memulai sekitar jam 14:30. Tak perlu kaget jika sebelum rapat dimulai, kebanyakan peserta rapat membicarakan hal – hal pribadi, yang tidak ada nada hubungannya dengan rapat yang akan dibicarakan. Misalnya: "Tadi pagi ketika mengantar anak ke sekolah, saya bertemu teman SD yang sudah puluhan tahun tidak bertemu". Kita yang tidak biasa mendengar hal–hal tersebut, akan bertanya dalam hati: "terus, di mana letak urusan saya?". Namun, jangan heran jika peserta rapat lainnya akan berempati dan memberikan pernyataan yang positif tentang kejadian tersebut.

​

9. Hubungan Antara Kolega

Ini yang paling unik dan hanya terjadi di Meksiko. Mereka akan cepat akrab dengan kolega lain, sekalipun kolega yang baru memulai bekerja 5 menit di kantor baru. Mereka akan memberikan sentuhan pipi 1 kali (antar wanita atau antara pria dan wanita). Yang lebih ekstrim, mereka memberikan pelukan hangat sebagai tanda selamat bergabung. Jika mereka kolega lama, bisa diartikan ´semoga harimu menyenangkan´.

​

10. Kehidupan Pribadi

Tak perlu heran jika semua kolega mengetahui tanggal ulang tahun neneknya Juan Miguel, atau semua orang maklum betapa bangganya Jose Marcos ketika anak sulungnya diterima di Tec Monterrey. Bahkan kita tak perlu mengernyitkan alis ketika mendengar Alicia de Santillana bercerai karena suaminya memilih pergi dengan wanita lain. Seringkali para kolega bercerita atau berbagi cerita kepada kolega lainnya dengan sukarela mengenai masalah pribadinya. Mungkin sebagian dari kita akan heran karena itu ranah pribadi yang tak perlu dicampuradukkan dengan kehidupan profesional, tetapi begitulah budaya mereka.

​

Teks (dari berbagai sumber) : Moestaryanti Puruhita

​

=============================================================================================================================

​

Cerita Singkat Pengalaman Ika Yulis di Meksiko

 

Berbicara mengenai “pengalaman berkesan” dalam interaksi dengan masyarakat Meksiko bisa dikatakan lebih dari lumayan. Namun, singkatnya ada dua hal yang cukup “manis” untuk diceritakan. Yang pertama dengan salah seorang counterpart, pebisnis Meksiko. Pertemuan waktu itu dikategorikan penting, karena yang bersangkutan tertarik dengan pebisnis Indonesia. Janji pun dibuat pukul 11 pagi bertempat di toko yang bersangkutan di daerah Centro. Sampai dengan detik sebelum melangkah meninggalkan kantor menuju kantor mereka, tidak ada kabar apapun dari yang bersangkutan. Ketika dikontak untuk konfirmasi lagi, meskipun sudah berjanji oke, mengatakan oke. Lalu, dengan terburu-buru, karena rada telat, kami pun jalan. Kira-kira 15 menit setelah keluar, ada inisiatif untuk kontak lagi dengan yang bersangkutan untuk memberi tahu bahwa kita akan tiba sedikit. Namun apa yang terjadi? Info dibalas dengan kalimat: “saya sudah di luar kantor, karena sedang ada meeting lain. Mohon dijadwalkan ulang ya meetingnya”. Pengalaman kedua, ketika anak mendapat undangan acara ulang tahun temannya di Parque Infantil La Hormiga. Undangannya jam 2 siang, lalu sebagai ibu yg baik ijinlah sebentar keluar kantor menemani anak. Ketika sampai di tempat undangan jam 2 siang (pada waktu itu lumayan capek karena untuk masuk ke sana harus berjalan kaki) sunyi senyap dan tak ada orang selain petugas. Meja atau tenda atau tanda-tanda akan adanya pesta pun tak ada. Lalu, bertanyalah saya kepada petugas apakah akan ada pesta ulang tahun di situ. Petugas bilang tidak ada info apa-apa soal pesta ulang tahun. Kami memutuskan untuk menunggu sampe sekitar jam 3. Namun, tetap masih sunyi dan tak ada tanda-tanda akan ada kemeriahaan. Lalu, kami pun pulang dengan perut lapar. Usut punya usut, setelah bertanya kepada si anak yg ulang tahun, ternyata pestanya dimulai pada pukul 4 sore.

​

Wawancara dan Teks : Moestaryanti Puruhita

​

=============================================================================================================================

​

foto ahmad fuadi.jpg

Ahmad Fuadi: akan kembali ke Mexico City.

Bukan hanya karena hijaunya kota, tetapi juga untuk peluncuran novelnya dalam Bahasa Spanyol

 

Siapa yang tak kenal Ahmad Fuadi, penulis novel laris Negeri 5 Menara. Beberapa waktu yang lalu dia menyempatkan diri berkunjung ke Mexico City beserta keluarga kecilnya selama beberapa hari. Kesempatan emas ini tentu saja tak dilewatkan KBRI Mexico City untuk mengundangnya dan berdiskusi bersama dengan masyarakat Indonesia di Meksiko. Kebetulan sekali bulan Oktober merupakan bulan bahasa dan sastra. Nah. jadilah diadakan pemutaran film Negeri 5 Menara dan diskusi tentang proses menulis. Redaksi Soerat Kabar pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mewawancarainya di sela-sela acara tersebut.

​

Dari Washington DC ke Mexico City

Ahmad Fuadi, yang pernah menerima Columbian School of Arts & Sciences Awards dari Georges Washington University, mendapatkan beasiswa penelitian di Washington DC selama sebulan. Selama keberadaannya di Washington DC dari September sampai Oktober 2018, ada sedikit waktu luang yang akhirnya dimanfaatkannya untuk mengunjungi Mexico City. Jauh sebelum menginjakkan kaki di Mexico City, dia sering mendengar dan mendapat informasi tentang Meksiko, terutama melalui film-film barat, yang banyak mengesankan dan menggambarkan Meksiko sebagai negara berbahaya, rawan dan banyak preman. Namun, hal tersebut tidak membuatnya takut, bahkan sebaliknya, keinginannya untuk mengenal Meksiko dari dekat semakin besar.

 

Antara avanza dan kemacetan

Semua kesan dan gambaran seketika berubah waktu ia dan keluarga kecilnya menginjakkan kakinya di Mexico City. Sambil bercanda ia mengatakan bahwa berada di Meksiko seperti berada di Indonesia, karena melihat mobil Avanza. Ditambah pula menikmati antrian kendaraan di sepanjang perjalanan. Kok macet juga ya di sini? katanya sambil tertawa. Kesan lainnya tentang ibukota Meksiko ini adalah banyaknya ruang hijau. Tamannya banyak sekali, katanya dengan mata berbinar. Ayah dari 1 anak ini juga menambahkan bahwa di Meksiko banyak museum. Ia terkesan sekali dengan kunjungannya ke Museum Antropologi yang terletak di jalan protokol dan sempat berkunjung ke rumah sang legenda seniman Meksiko yang mendunia, Rumah Biru Frida Kahlo. Untuk masalah cita rasa makanan Meksiko, ia dapat beradaptasi dengan mudah, karena sudah mengenal beberapa makanan Meksiko sewaktu menetap di Amerika beberapa tahun lalu. Pria yang aktif sebagai pembicara ini juga bercerita dengan semangat bahwa ia terkesan dengan udara di Meksiko yang berganti-ganti dalam 1 hari. Kalau sore hari pasti hujan turun. Namun, cuaca yang tak menentu tak menyurutkan keinginannya untuk terus menjelajahi negeri ini.

 

Meluncurkan terjemahan novelnya ke dalam bahasa spanyol

Kunjungan singkatnya di Meksiko dan pengalamannya bertatap muka langsung dengan masyarakat Indonesia di Mexico City dan orang Meksiko dalam acara yang diselenggarakan KBRI Mexico City beberapa waktu lalu meninggalkan kesan yang indah, karena tidak menyangka animo pengunjung yang begitu tinggi. Dia berharap bisa kembali lagi ke Mexico City. Bukan hanya karena banyak area hijaunya. Harapannya bisa menerbitkan karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa spanyol. Kita doakan semoga keinginan Ahmad Fuadi menjadi kenyataan. Man jadda, wajada!

​

Teks : Moestaryanti Puruhita

Foto Kredit: Addi Setyawan, KBRI Mexico City

​

=============================================================================================================================

​

Propina.jpg

Mengapa harus memberi propina?

​

Bagi kita yang sudah menetap beberapa lama di Meksiko, pasti akrab membaca dan mendengar kata propina? Dalam Bahasa Indonesia, propina berarti tip. Kalau di Indonesia bisa disamakan dengan istilah uang rokok. Seperti kata pepatah, lain ladang, lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Nah, budaya pemberian tip di Indonesia berbeda dengan di Meksiko.

​

Membahas tentang propina (tip) di Meksiko berhubungan dengan jasa yang dilakukan langsung oleh seseorang untuk kita. Yang paling umum adalah jasa pelayan restoran. Ada juga jenis jasa lain, seperti membungkus belanjaan kita di supermarket, membawakan barang belanjaan kita di pasar tradisional ke kendaraaan, atau mengisi bensin. Bagi yang yang belum lama menetap atau baru tiba di Meksiko, mungkin agak bingung dengan aturan tersirat tentang propina.

 

Pemberian tip di Meksiko ini memang sangat lazim, walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa pemberian tip tidak harus dilakukan karena kita sudah membayar pajak dan pekerja jasa sudah mendapat gaji. Anda tidak keliru dengan anggapan ini. Akan tetapi, perlu diingat bahwa banyak pekerja, terutama sektor informal, yang bergaji kecil atau bergaji di bawah rata-rata UMR atau bahkan banyak dari mereka yang mendapat gaji dari pemberian tip. Di samping itu, perlu digaris-bawahi bahwa pemberian tip di Meksiko ini dianggap bahwa kita sebagai konsumen menghargai pekerjaan mereka (pemberi jasa) bahwa mereka telah melakukan pekerjaan dengan baik. Selain itu, jumlah propina yang diberikan cukup untuk membeli air minum.

 

Antara wajib dan tidak, antara lain:

  1. Wajib memberikan tip kepada pelayan restoran, bahkan di restoran-restoran besar secara terus terang mereka menanyakan berapa jumlah tip yang ingin diberikan.

  2. Di beberapa rumah makan kecil disediakan kotak atau celengan yang bertuliskan "propina". Secara tidak langsung, penjual meminta kesadaran para konsumen (yang biasanya makan sambil berdiri dengan durasi tidak lebih dari 15 menit) untuk memasukkan tip ke dalam kotak atau celengan yang tersedia tadi. Jika kita mau memberikan tip, silakan, jika tidak, tidak apa-apa.

  3. Di hotel atau sewa AirBnB, meski tidak semuanya, disediakan amplop putih di meja kecil sebelah tempat tidur. Biasanya bertuliskan: ¨Halo, nama saya Griselda (contoh). Saya yang membereskan dan membersihkan kamar Anda supaya Anda dan keluarga merasa nyaman¨. Maksudnya, ketika kita meninggalkan hotel, sisihkan sedikit tip sebagai tanda terima kasih.

  4. Akhir-akhir ini ada pemberian tip untuk jasa taksi online, tetapi ini tidak wajib. Pada akhir perjalanan, konsumen ditanyakan tentang kualitas pelayanan dan juga ada pilihan besaran tip.

  5. Ketika kita belanja ke supermarket, biasanya di kasir ada petugas relawan yang membantu memasukkan barang-barang belanjaan ke kantong plastik, ke tas atau ke keranjang belanja. Mereka yang melakukan jasa pelayanan ini tidak terang-terangan meminta tip dari konsumen. Namun, sebaiknya konsumen memberikan tip ala kadarnya sebagai ucapan terima kasih.

  6. Petugas yang membersihkan toilet di tempat umum, baik itu di dalam pusat perbelanjaan, museum, tempat wisata, pusat kebugaran, maupun di pom bensin. Di sini tidak wajib. Namun, tidak ada salahnya memberikan tip kepada mereka.

  7. Kalau Anda lupa mengecap karcis parkir, lalu ada relawan atau petugas yang membantu mengecapkan karcis parkir, tak ada salahnya kita memberikan tip kepada mereka.

  8. Ketika Anda selesai membeli bensin, berikanlah tip kepada orang yang mengisi bahan bakar. Kadang-kadang ada juga orang yang membersihkan kaca kendaraan. Berikanlah tip kepada mereka.

 

​Berapa besarnya tip yang harus diberikan?

Jika Anda bersantap di restoran, tip yang harus diberikan biasanya berkisar antara 10-20 % dari total tagihan makanan dan minuman, tergantung kepuasan Anda sebagai konsumen. Misalnya, total tagihan Anda 1,000 pesos, Anda bisa memberikan tip antara 100-200 pesos. Bisa dalam bentuk tunai atau dibayarkan melalui debit atau kartu kredit pada saat pembayaran. 5-10 pesos kepada petugas atau relawan yang membantu Anda memasukkan barang-barang belanjaan Anda di supermarket atau membawakannya sampai ke kendaraan, petugas yang bekerja membersihkan toilet, petugas yang bekerja di pompa bensin, atau yang mengecap tiket kendaraan parkir. 20-50 pesos bagi petugas yang membersihkan kamar hotel, dan 10-30 pesos untuk jasa pelayanan taksi online. Perlu digaris bawahi bahwa sebenarnya tidak ada peraturan tertulis mengenai jumlah tip yang harus diberikan.

 

Teks dan Foto : Moestaryanti Puruhita

Bahan : diambil dari berbagai sumber

​

=============================================================================================================================

​

Inchi.jpg

Tinggal dan kuliah di Meksiko menurut kaca mata Frinsly McAllen Kambu

 

Awalnya saya sangat excited dan takut. Takut, karena saya belum menguasai bahasa spanyol. Takut tidak bisa berbaur dengan mahasiswa-mahasiswa lain. Takut dikucilkan, dan lain-lain. Yang paling menakutkan buat saya adalah karena Meksiko dikenal sebagai negara yang berbahaya, dan saya banyak mendengar masukan dari orang-orang soal kejahatan-kejahatan di Meksiko. Namun demikian, saya juga merasa excited, karena saya akan memulai hidup baru di Meksiko, belajar bahasa baru, mengenal masyarakat Indonesia lain di sini, dan teman-teman baru, dan juga bertemu lagi dengan kedua orangtua saya.

​

Pertama kali tiba di sini dan keluar dari bandara, yang pertama masuk ke dalam pikiran saya adalah: "wow, ternyata dingin ya". Karena dari dulu saya selalu melihat di tv stereotype Meksiko yang panas, gersang dan banyak pohon kaktus. Jadi, heranlah saya, kalau di sini ternyata dingin. Selama minggu-minggu pertama saya selalu kedinginan, sampai tidak mau keluar rumah, padahal saat ini sedang musim panas, bagaimana nanti pada musim dingin, pasti lebih parah. Jadi, buat yang mau datang ke sini harus dibanyakin bawa baju hangat. Hal-hal pertama lain yang saya rasakan adalah bahwa rumah-rumah di sini penuh warna. Saya sangat suka, dan orang-orang Meksiko sangat ramah.

 

Lalu, bagaimana bisa lulus ujian masuk universitas, padahal baru satu bulan tinggal di Meksiko? Kebetulan saya memang sudah bisa berbahasa Portugis, yang hampir sama dengan bahasa spanyol. Jadi, pada saat membaca sebuat tulisan saya dapat memahaminya. Strategi saya pada waktu itu adalah membaca buku-buku pelajaran untuk tes masuk universitas, sehari saya luangkan setidaknya 1 jam untuk belajar.

 

Kesulitannya bagi saya adalah untuk berkomunikasi dan menulis, karena saya hanya mengerti bahasa spanyol. Ketika berbicara dan menulis agak mengalami kesulitan karena saya belum tahu bagaimana menyusun kalimat dengan baik dan benar. Strategi saya sih, dengan memiliki banyak teman. Sejauh ini teman-teman saya sangat baik, sabar dan membantu saya dalam kesulitan-kesulitan saya.

 

Untuk orang-orang yang akan belajar atau kuliah di sini, saran saya, sebelum datang ke Meksiko, setidaknya sudah harus bisa berbahasa dan menulis dalam bahasa spanyol. Di tempat saya kuliah, di La Salle, semua program studi, dan lain-lain, diajarkan dan diberikan hanya dengan menggunakan bahasa spanyol. Memang diberi pengertian kalau kita orang asing, dan beberapa dosen bisa berbahasa inggris. Akan tetapi, lebih baik kita bisa berbahasa spanyol, agar lebih memudahkan pembelajaran kita di sini. Memang di sini ada beberapa sekolah bilingual yang bagus. Namun, pada intinya, saran saya, sebaiknya sudah bisa berbahasa dan menulis dalam spanyol.

​

Teks: Frinsly McAllen Kambu

Wawancara dan Foto Kredit: Evi Siregar

​

=============================================================================================================================

​

05 Opini - Puerto Vallarta kolase2.jpg

Sebuah kejutan: Berlibur ke Puerto Vallarta, Mexico

oleh Feny Mulyadi

​

Februari yang lalu, suami memberikan kabar bahwa dia menerima hadiah dari McAfee atas keberhasilannya dalam memenuhi achievement tahun lalu. Hadiahnya, pergi berliburan ke Puerto Vallarta, Meksiko. Hah, Meksiko? Mata saya terbelalak. Bukankah kemarin kita baru saja menonton sebuah berita di TV mengenai penculikan anak-anak di Meksiko yang dilakukan oknum polisi setempat? Saya sempat merayu suami supaya bisa minta tukar cash aja, trus liburan ke Eropa. Kayaknya lebih aman, tentram dan damai kalau berlibur ke Eropa, kan? Ternyata tiket tidak bisa ditukar dengan cash. Tak ada lagi yang dapat kami lakukan selain mencari tahu mengenai Puerto Vallarta. Dan setelah membaca sana-sini, Puerto Vallarta itu tempat wisata yang jauh dari area-area yang banyak krimininalitasnya. Kami pun terus mencari informasi lebih lanjut tentang tempat itu dan bagaimana cuacanya, bahasanya, dan lain-lain. Ini awal persiapan liburan kami ke Meksiko.

​

Akhirnya tiketpun sudah di tangan. Rasa penasaran akan pantai Puerto Vallarta membuat saya dan suami dan beberapa pasangan lain dari kantor suami bersemangat. Penerbangan Jakarta-Narita naik JAL terasa lega. Sarapan ramen di Narita sambil menunggu transit 3 jam dijalani dengan penuh senyum. Namun, saat boarding untuk penerbangan ke Dallas, ternyata kami salah gerbang. Terbirit-biritlah kami menuju gerbang yang seharusnya dituju. Di sana kami disambut pramugara yang judes luar biasa, rasanya pengen nangis saat itu. Apalagi, America Airlines ternyata menawarkan kursi-kursi yang sempit, membuat perjalanan Narita-Dallas penuh dengan kekesalan. Namun, kami akhirnya kami tertidur karena kelelahan. Untungnya di Dallas kami punya waktu transit 3 jam, sebelum berangkat ke Puerto Vallarta. Jadi, bisa ngopi sambil meluruskan kaki dan punggung yang bengkok-bengkok selama perjalanan. Penerbanagn berikutnya ternyata cukup nyaman sampai kami tiba di Puerto Vallarta.

​

Ketika tiba di bandara Puerto Vallarta rasanya begitu lega, karena antrian di imigrasi tidak terlalu panjang, ruangan yang berAC dan terlihat direnovasi di sana-sini, ditambah lagi petugas bandara yang ganteng-ganteng seperti di telenovela…. Selamat datang di Meksiko! Namun, ketika keluar dari bandara, walaaaaaa.... puanaseee puolll.... bahkan melebihi Jakarta di siang bolong! Untunglah kita disambut orang hotel dengan air mineral dingin berbotol-botol dan disuruh masuk mobil cepet-cepat. Sepertinya mereka tahu bahwa orang Asia takut akan panas matahari. Satu hal yang baru buat kami: ternyata udara di Puerto Vallarta walau panas seperti Jakarta, tidak membuat kita keringetan!

 

Maka dimulailah petualangan sebagai turis.

Sebelum kami berangkat, seorang sahabat yang tinggal di Meksiko telah memberitahukan bahwa bahasa akan menjadi kendala saat berwisata di Meksiko. Saat di hotel atau bandara akan mudah menemukan orang Meksiko yang bisa berbahasa inggris. Akan tetapi di luar itu, bersiap-siaplah. Dan benar saja, pada hari kedua kami pergi melancong ke pusat kota, menikmati jalan kaki ke pasar kerajinan tradisional dan berinteraksi dengan orang lokal. Mereka sungguh ramah dengan kemampuan bahasa inggris yang sangat terbatas. Walhasil, kegiatan belanja kami diwarnai dengan bahasa inggris versi tarzan. Tak masalah, yang penting kami sama-sama bergembira.

 

Kami benar-benar menikmati pantai di dekat pusat kota, mengunjungi gereja dan menyempatkan diri untuk mengucapkan syukur, berfoto-foto berduaan dengan suami. Puerto Vallarta benar-benar cantik, terutama saat kami menyusuri lorong-lorong menuju pasar. Persis seperti yang kami tonton di telenovela. Sempat juga kami mengabadikan bus umum Puerto Vallarta yang begitu vintage, mengingatkan kami pada bus Salatiga-Ambarawa.

​

Pada hari ke 3 kami pergi ke San Sebastian, sekitar 2 jam dari hotel tempat kami menginap. Di sana kami menikmati segelas kopi di Caymens Bakery. Kopinya enak dan kuenya wangi. Kami sampai beli roti berkali-kali, karena semua jenis roti terlihat menarik. Lapar mata, ceritanya. Lalu kami mencoba kopi lain di La Quinta, sebuah perkebunan yang menjual aneka jajanan kacang-kacangan dan bubuk kopi yang bisa kami bawa sebagai oleh-oleh. Kami mampir juga ke Plaza Revolución Mexicana dan berjalan kaki di seputaran area. Udaranya sejuk, banyak gedung tua dan perumahan lama. Kami juga menyempatkan masuk untuk berdoa di gereja San Sebastian. Dan, yang paling ditunggu adalah mengunjungi pabrik tequila.

 

Kalau soal makanan, kami hanya butuh waktu 1 hari untuk bisa menikmati makanan Meksiko. Kebetulan kami dan teman-teman tidak memiliki pantang makan apapun. Yang pasti, harus lupakan kolesterol sejenak. Kami juga menemukan satu snack lokal yang rasanya asam sekali, lupa apa namanya. Suami saya suka sekali dan bolak-balik buka snack itu sambil ber komentar, “lucu ya rasanya.” Sayangnya, berhubung kami mendapatkan hotel dengan fasilitas all-inclusive, kami kehilangan kesempatan untuk jajan seperti para backpacker, sebab dari air mineral sampe liquor, lengkap disediakan di kamar. Benar-benar pengalaman yang berbeda.

 

Oleh2 apa yang wajib dibeli? Saking banyaknya yang mau dibeli sampai akhirnya bingung, bingung gimana mau bawanya. Ujung-ujungnya hanya bisa membeli miniature sombrero, padahal pengen banget membeli yang besar buat pajangan, dan membeli mini-tequila yang satu paket dengan gelasnya, beberapa kaos bertuliskan Puerto Vallarta dan yang paling wajib adalah tempelan kulkas berbentuk sombrero. Unik banget tempelan kulkas Meksiko, kan jarang banget orang Indonesia pergi ke Meksiko untuk berlibur.

 

Kalau ditanya apa menarik dari Meksiko dan apakah berminat untuk kembali berlibur ke Meksiko... jujur kepengen banget pergi ke Mexico City, tetapi ada rasa takut. Kalau ke Puerto Vallarta lagi bolehlah. Benar-benar liburan banget, malah boleh dibilang ini adalah bulan madu. No kids, dari pagi sampai malam, serta makan dan minum tanpa henti. Kami sudah bisa memberikan tips buat orang Indonesia yang mau berlibur ke Puerto Vallarta. Pertama, tentunya siapkan uang. Tidak perlu membawa terlalu banyak baju. Kalau ingin membeli sesuatu yang unik, langsung beli, jangan ragu-ragu. Jangan sampai menyesal seperti saya yang ragu-ragu dan tidak jadi beli topi sombrero yang besar 😭😭😭😭.

​

Teks: Feny Mulyadi dan Estudiantina Moors

Foto kredit: Feny Mulyadi

​

=============================================================================================================================

​

Team penari Indonesia ditemani Ibu Mur (kaos ungu) di Festival Internasional San Miguel de Allende

Jauh di mata dekat di hati: Ibu Mur

oleh Puruhita Moestaryanti

​

Pertama kali mengenal Ibu Mur di KBRI beberapa tahun yang lalu, saat itu hanya terbatas pada bertegur sapa tanpa obrolan yang panjang. Pada pertengahan bulan Mei lalu, karena mendapat kesempatan menari pada Festival Internasional San Miguel de Allende atas undangan KBRI Mexico City, di situlah ada kesempatan mengenal lebih jauh sosok Ibu Mur yang sudah tinggal lama di San Miguel de Allende.

​

Wong Jowo yang lahir di Sumatera

Ibu Mur, yang memiliki nama lengkap Murgiati Dipoyoso Maemunah, lahir di Palembang pada tanggal 5 Mei 1957. Meskipun lahir di Sumatera, Ibu Mur masih memiliki logat jawa yang renyah. Ibu Mur lahir di Palembang, karena pada saat itu ayah beliau sedang bertugas di salah satu perusahaan minyak di Sumatera Selatan.

 

Hidup Nomaden

Menikah dengan seorang pria yang berkebangsaan Amerika, membawa Ibu Mur berpetualang. Setelah menikah dan mempunyai seorang anak perempuan di Indonesia, Ibu Mur mengikuti suaminya bertugas ke Singapura. Setelah beberapa bulan tinggal di sana, suaminya kemudian ditugaskan di Houston, iapun memboyong Ibu Mur ke sana. Sebagai seorang istri yang berkomitmen, Ibu Mur mengikuti ke mana suaminya  bertugas. Tidak begitu lama tinggal di Houston, suami Ibu Mur tertarik tinggal di Mexico, dan memilih tinggal di San Miguel de Allende. Mereka memilih kota cantik ini memang, karena sang suami sudah terlanjur jatuh cinta dengan San Miguel de Allende yang sudah dikenalnya semasa muda dulu, sebelum menikah dengan Ibu Mur. Maka, sejak tahun 1993 Ibu Mur, suami, dan anak semata wayang mereka yang bernama Retno, memutuskan untuk tinggal lebih lama dan menikmati hari-hari mereka di kota ini.

 

San Miguel de Allende, seperti rumah ke – 2

Setelah memutuskan untuk menetap di San Miguel de Allende, Ibu Mur menikmati perannya sebagai istri dan ibu, mendampingi suami dan mengurus dengan telaten perkembangan anak semata wayang mereka. Hari demi hari dilalui dengan suka cita dan bahagia. Ibu Mur mulai betah dan berbaur dengan para tetangga dan masyarakat San Miguel de Allende yang memang terkenal ramah terhadap bangsa pendatang. Bahasa lokal tidak menjadi kendala, karena bu Mur sangat cepat beradaptasi dan belajar bahasa spanyol dan adat istiadat setempat. Dalam kehidupan bermasyarakat, Ibu Mur menggunakan diplomasi kuliner Indonesia, karena Ibu Mur suka sekali memasak masakan Indonesia dan dengan senang hati mengundang makan teman-teman untuk mencicipi hidangan khas kuliner Indonesia. Para tetangga dan masyarakat sekitar pun menyambut baik. Ujung – ujungnya Ibu Mur dikenal luas dan mereka saling mengundang untuk acara kemasyarakatan atau sekedar minum teh sambil ngobrol santai.

 

Berbagai macam pengalaman hidup

Setelah bertahun-tahun hidup di San Miguel de Allende seperti layaknya penduduk lokal, Ibu Mur tidak merasakan waktu berlalu dengan cepat. Bermacam-macam pengalaman hidup datang silih berganti. Suatu hari sang suami mengalami penurunan kesehatan dan membutuhkan perawatan ekstra, dan bu Mur berkata pada dirinya sendiri bahwa ia harus kuat merawat suaminya dan anak semata wayang mereka yang beranjak dewasa. Walaupun Ibu Mur dan keluarganya orang asing, para tetangga dan masyarakat disekitarnya sudah menganggapnya seperti saudara sendiri, bahkan menjadi bagian keluarga dari mereka. Tidak segan-segan mereka menolong Ibu Mur, ketika sang suami harus melakukan perawatan bolak-balik ke rumah sakit. Para tetangga bergantian untuk mengurus Retno, mengantar jemput ke sekolah bahkan mereka juga mengirimkan masakan untuk Ibu Mur. Sampailah pada waktu ketika suami Ibu Mur dipanggil oleh Sang Pencipta. Ibu Mur sudah pasrah karena mengetahui demikian besar perjuangan suami melawan penyakitnya. Dengan ikhlas, Ibu Mur menerima kepergian suami. Waktu terus berjalan, Ibu Mur harus bertahan dan kuat berdiri sendiri, mengingat Retno masih membutuhkan dirinya dan perjalanan Retno masih panjang. Ibu Mur tegar menghadapi kenyataan hidup. Para tetangga dan masyarakat sekitar yang sudah terlanjur sayang kepada Ibu Mur dan Retno pun terus menyemangati Ibu Mur bahwa hidup terus berlanjut.

 

Rencana masa depan

Ibu Mur ikhlas menjalani apa yang akan terjadi sekarang dan masa mendatang. Baginya yang terpenting saat ini adalah Retno menyelesaikan pendidikan tingginya, bisa bekerja dan mandiri. Ibu Mur tetap setia dan ikhlas menemani anaknya menuju cita-cita yang diimpikannya. Dan yang terpenting juga adalah menjaga kesehatan dan terus semangat menikmati masa senjanya di kota pilihan ini. Ketika ditanya apakah mempunyai keinginan pulang kampung ke Indonesia, jawabnya singkat: ¨Ya, suatu saat pasti¨.

 

Kami pun mengakhiri obrolan hangat ini dengan senyuman dan pelukan hangat dari seorang Ibu Mur, seorang ibu yang tegar, ikhlas dan penuh semangat dalam menjalani kehidupannya. Bagi teman-teman WNI yang kebetulan ada waktu berkunjung ke San Miguel de Allende, silakan kontak Ibu Mur dan Retno. Mereka akan dengan senang hati membukakan pintu rumah mereka lebar-lebar.

​

Foto kredit: KBRI Mexico City

​

=============================================================================================================================

​

Mengenal Meksiko lebih jauh dari sudut pandang seorang penari Indonesia

​

Tulisan ini dibuat berdasarkan hasil wawancara dengan Dewa Ayu Eka Putri, penari dari Bali, yang datang ke Meksiko pada bulan Maret 2018 atas undangan seorang dosen-peneliti Universidad Autonoma Metropolitan, untuk tinggal di Meksiko selama dua bulan.

 

Dewa, yang bernama lengkap Dewa Ayu Eka Putri, sebenarnya sudah lama tertarik dengan Meksiko. Sejak kecil Dewa suka membaca ensiklopedia tentang Meksiko untuk mengenal negara ini, mulai dari budaya Azteca, topi Sombrero, sampai dengan pakaian tradisionalnya. Namun, kesempatan untuk bersentuhan langsung dengan budaya Meksiko baru terjadi tahun 2012, ketika seorang teman kerjanya memperkenalkannya kepada Yolanda Corona Caraveo, dosen-peneliti dari Universidad Autonoma Metropolitan dan doktor di bidang antropologi dan sejarah, yang sedang melakukan penelitian di Bali.

​

Dewa bertemu dengan Yolanda Corona saat dosen-peneliti UAM tersebut mengunjungi Kintamani. Pada saat itu Yolanda Corona sedang mencari informasi tentang gamelan anak-anak, sementara Dewa memiliki Sanggar Cudamani tempat anak-anak berlatih gamelan Bali. Komunikasi pun terjalin dengan baik antara keduanya; Sanggar Cudamani menjadi objek penelitian dan Dewa menjadi asisten Yolanda Corona. Perlu dicatat bahwa, selain memiliki ketertarikan yang tinggi akan musik dan seni tari, Dewa pernah mendapatkan beasiswa beberapa bulan di Amerika Serikat ketika dia belajar S1 bidang Antropologi.

​

Ketika Dewa mendapat kesempatan mengunjungi Amerika Serikat awal tahun 2018, dia memberitahu Yolanda Corona. Yolanda Corona segera mengambil keputusan memanfaatkan kesempatan untuk mengundang Dewa. Bak gayung bersambut, undangan ini diterima Dewa dengan gembira. Segala urusan dokumentasi dan visa pun mulai dilakukannya. Tak sedikit yang berusaha menggoyahkan pendiriannya untuk mengunjungi Meksiko. Mulai dari cerita tentang gembong narkotika yang sangat identik dengan Meksiko, sampai tentang seringnya terjadi gempa di negara ini. Namun, semua ini tidak menggoyahkan keinginan Dewa untuk datang dan melihat sendiri kebudayaan Meksiko.

​

Dewa menjejakkan kaki di Meksiko tanggal 4 Maret 2018 yang lalu dan langsung berinteraksi dengan komunitas yang dipimpin Yolanda Corona di Tepoztlan. Dewa begitu takjub dengan rasa ketertarikan masyarakat Meksiko dan apresisasi mereka terhadap kebudayaan Indonesia, khususnya Bali. Menurut Dewa, masyarakat Meksiko juga sangat tinggi dalam melestarikan budaya mereka. Dia juga merasakan keakraban yang erat dari masyarakat Meksiko di Tepoztlan. “Saya bertemu banyak orang baik di sini,” begitu komentar Dewa.

​

Sebenarnya Dewa masih ingin tinggal lebih lama di Meksiko untuk mengenal lebih jauh budaya Meksiko, mengenal lebih banyak piramid dan hal-hal lainnya, karena dia merasa ada banyak hal yang mirip dengan Bali, terutama cerita rakyat Meksiko. Di samping itu, ia ingin memperkenalkan Indonesia lebih luas lagi, bukan hanya melalui tari bali yang dibawanya. Dia juga berkeinginan untuk menulis tentang identitas negara dan akar sejarah Indonesia, supaya Indonesia dikenal lebih luas lagi. Dia berjanji akan kembali lagi ke Meksiko.

​

Saat ditanya apakah tidak takut melakukan perjalanan keluar negeri sendirian, Dewa yang memang menyukai traveling menyatakan bahwa sejak kecil pun orang tuanya tidak pernah membeda-bedakan anak perempuan dengan anak laki-laki. Salah satu contoh, orang tuanya memberikan tanggung jawab kepada Dewa sebagai penabuh gendang, posisi yang seringkali dikonotasikan sebagai posisi milik kaum laki-laki. Orang tuanya hanya berpesan: “Lakukanlah apa yang kau cintai dengan segenap hatimu. Tidak ada batasan untuk berprestasi bagi perempuan atau laki-laki.”

​

Di akhir wawancara, Dewa pun menyatakan kekagumannya pada Kedutaan Besar Republik Indonesia di Meksiko yang gencar mempromosikan kebudayaan Indonesia di Meksiko.

​

Teks: Estudiantina Moors

Wawancara dan Foto kredit: Evi Siregar

​

=============================================================================================================================

​

Tentang Pesta dan Tradisi Amerika Latin

oleh Puruhita Moestaryanti

   

Tulisan ini berdasarkan pengalaman saya sendiri, dimulai ketika saya berpetualang di Amerika Latin sejak tahun 2007 sampai saat ini.

 

Barbecue / Parilla / Barbekyu

Ini adalah tradisi di hampir seluruh negara-negara Amerika Latin yang pernah saya kunjungi. Mulai dari Paraguay, Brazil, Bolivia, Colombia, Venezuela sampai Mexico. Malah hampir setiap minggu, acara keluarga ataupun kumpul bersama teman atau tetangga, barbecue adalah acara andalan. Barbecue adalah acara rutin dan normal dilakukan karena mengingat iklim negara-negara Amerika Latin adalah tropis dan sub-tropis, yang ideal sekali untuk melakukan aktivitas barbecue yang memerlukan ruangan terbuka dan udara yang ideal. Selain barbecue yang terdiri dari menu aneka daging, salad dan makanan lainnya, tidak lupa aneka minuman juga disajikan. Biasanya barbecue dimulai pukul 2 siang sampai tengah malam. Ya, mereka senang makan, minum dan ngobrol nggak selesai-selesai. Kalau sudah acara seperti ini, makan malam dan makan siang pun digabung.

​

Ngemil sambil minum

Acara ngemil makanan ringan dan minum adalah acara yang sering dilakukan juga oleh para penduduk Amerika Latin. Biasanya, mereka yang yang tidak ingin repot memasak, acara ngemil ini dijadikan pilihan dengan tujuan untuk kumpul-kumpul antar teman, keluarga dan tetangga. Bahan cemilan biasanya ringan namun mengenyangkan. Biasanya dilakukan di akhir pekan dari pukul 8 malam sampai pagi dini hari. Tergantung dari tuan rumah atau tamu yang datang.

​

Musik dan dansa = Kewajiban pesta

Salah satu yang bikin seru peseta bersama penduduk Amerika Latin adalah musik dan dansa. Mulai dari aneka jenis musik latin populer seperti salsa, merengue, cumbia, reggaetón, bahkan pop disco, semuanya melebur dalam acara pesta. Baik itu peseta barbecue, acara ngemil atau hanya acara kumul-kumpul. Bisa dansa atau tidak, yang penting goyang!

 

Pengalaman pesta di kebanyakan negara Amerika Latin itu…

Tamu-tamu biasanya datangnya ngaret parah dari jadwal yang ditentukan. Sebaiknya jangan mudah percaya dan menaati waktu acara. Misalnya ditulis undangan pukul 8 malam, kebanyakan para tamu datang pukul 10 malam. Acara berlangsung sampai matahari terbit. Saya jelas nggak kuat mengikuti ritme pesta mereka. Biar kata ada istilah ´The Night´s still young´, di penghujung jam 1 malam, saya sudah pulang. Ditertawakan? Pasti. Cuek aja. Acara barbecue, ngemil atau acara kumpul-kumpul lainnya yang santai mereka ngaret, sih, mungkin masih dimaklumi, ya, seperti di Indonesia juga yang menganut jam karet. Tetapi kalau acara pernikahan atau pembaptisan mereka aja masih ngaret, saya nggak abis pikir. Saya pernah diundang ke acara pernikahan. Ditulisnya jam 18h00 dimulai pernikahan sipil. Si orang yang nikahin baru datang jam 19.30. Cuek aja, tuh, mereka. Waktu berada di Caracas, Venezuela, saya diundang untuk ngemil dan minum teh jam 4 sore. Saya pun datang sesuai waktu yang ditentukan oleh tuan rumah. Ketika tiba di rumahnya, dapet salam dari dimulai jam 4 sore. Si empunya rumah belom ngapa-ngapain dan belum menyiapkan apa-apa. Jadilah saya yang ngerajangin aneka salad dan buah serta membantunya menyiapkan acara ngemil sore ini. Akhirnya acara baru dimulai pukul 6 sore. Hadeuuuhhhh…keburu laper menjelang makan malem.

​

Bagaimana dengan Mexico City?

Di Mexico City, saya pernah ketempatan untuk mengadakan acara barbecue. Acara sengaja saya mulai pukul 2 siang. Teman-teman berdatangan sejam kemudian. Saya pikir, jam 7 atau jam 8 malam akan selesai, seperti barbecue yang sudah-sudah kami lakukan. Ternyata….pukul 12 malam mereka baru pada pulang. Biarpun aneka daging sudah habis, tetapi aneka minuman yang mereka bawa belum habis. Jadilah mereka baru pulang ketika botol-botol minuman sudah kosong. Walaupun mereka membantu saya membereskan barang-barang setelah barbecue, tetap saja badan rasanya mau rontok. Memasang music hingga pol. Takut tetangga keberisikan? Nggak peduli. Yang penting pesta. Seringnya saya yang merasa tidak enak. Karena sewaktu pengalaman pernah tinggal di Paris, kami pasti menulis surat ijin yang tertempel di pintu utama apartemen agar para tetangga memaklumi akan ada keberisikan dan kami juga akan menuliskan durasi waktu pesta.

 

Setiap negara mempunyai tradisi dan kebiasaan pesta…

Sebisa mungkin kita juga mengerti dan memahami tradisi dan kebiasaan mereka berpesta yang menurut saya agak aneh jika dilihat dari budaya negeri sendiri. Budaya ngaret juga sudah mendarah daging di Indonesia tercinta. Tetapi…di kebanyakan negara-negara Amerika Latin lebih juara terlambatnya. Dan mereka cuek aja seperti nggak merasa bersalah dan secara lisan, orang-orang harus maklum dengan keterlambatannya. Saya yang pernah tinggal di Paris dan saat ini menetap di Mexico dan masih dipengaruhi oleh budaya latin yang kuat, maka, ini adalah salah satu geger budaya yang dahsyat untuk mengerti kebiasaan mereka berpesta. Toh akhirnya kembali kepada diri kita sendiri, melihatnya dari sisi apa dan bagaimana. Yang penting, sebisa mungkin kita tetap menghormati dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perbedaan ini.

bottom of page