top of page

Numpang Lewat

FICA kolase.jpg

FICA 2019

​

Feria Internacional de Las Culturas Amigas atau FICA kembali diselenggarakan oleh pemerintah. Kali ini bertempat di Bosque de Chapultepec dari tanggal 31 Mei sampai 16 Juni 2019. Diikuti oleh lebih dari 70 negara dari 5 benua, acara pembukaan yang cukup meriah diresmikan oleh Gubernur CDMX pada tanggal 31 Mei 2019 pukul 13.00.

Indonesia berpartisipasi di acara ini dengan menampilkan aneka gastronomi dan kerajinan tangan yang beraneka ragam. Dan juga akan menampilkan seni tari dan seni musik pada tanggal 7 Juni 2019 pukul 13.00.

​

Teks dan Foto Kredit : Moestaryanti Puruhita

​

==========================================================================================================================

​

11 Numpang Lewat - Feria QRO.jpg

Festival Comunidades Extranjeras, Queretaro

​

Festival ini adalah kegiatan tahunan dari Municipio Queretaro, hometown suami saya. Dimulai sejak tahun 2007, Festival ini telah berkembang sangat pesat. Bermula hanya di pelataran halaman perpustakaan daerah Gomez Morin di Queretaro dan hanya diikuti beberapa negara peserta saja dan booth yang sangat sederhana. Bertempat di Studio Sepakbola Corregidora, ini adalah tahun ke 12 bagi Festival Comunidades Extranjeras dan diikuti lebih dari 72 negara.

​

Pada tahun 2009, waktu saya hijrah ke Mexico, mengikuti suami dan tinggal di Queretaro, dimana dengan bangga saya menyebutnya rumah kedua saya setelah Surabaya, suami menawarkan bila kami ingin mengikuti festival ini. Salah satu syarat dari festival ini adalah paling tidak ada satu orang (atau dua) warga negara asing (non-mexico) yang berpartisipasi dan tinggal di Queretaro yang dibuktikan dengan memiliki alamat domisili Queretaro. Itulah kenapa festival ini disebut Festival Comunidades Extranjeras, karena memang diadakan untuk comunidades extranjeras (komunitas warga asing) yang berdomisili di Queretaro. Bukan instansi melainkan perorangan.

​

Bagi penyelenggara yaitu Municipio Queretaro, festival ini ditujukan untuk menyedot turis domestik maupun komunitas warga asing seperti peserta pertukaran pelajar di Queretaro, ataupun seperti saya yang tinggal dan berkeluarga di Queretaro. Sedangkan bagi kami peserta, ini adalah kesempatan untuk mengenalkan Indonesia di ranah internasional meski skalanya hanya dalam kota. Dan sebagai peserta setiap negara mengenalkan gastronomi dan kebudayaan dari negara masing2, dengan cara menjelaskan juga mengenalkan secara verbal dan visual tanah kelahiran kami. Biasanya pengunjung begitu antusias datang ke setiap stand dan mencari informasi dari setiap negara yang ¨dikunjungi¨.

​

Municipio Queretaro mengemas dengan sangat baik kegiatan ini. Mereka membagikan buku kecil semacam paspor kepada setiap pengunjung dan menyediakan stempel setiap negara kepada setiap peserta Festival, sehingga setiap pengunjung seperti sedang melakukan perjalanan mengelilingi dunia dan pada setiap stand mereka bisa berhenti dan menambahkan cap di paspor mereka dengan stempel yang tersedia.

​

Festival ini biasanya diadakan 4 hari berturut-turut (long weekend) dan setiap tahunnya animo pengunjung selalu besar. Satu minggu sebelum Festival, dibuka dengan pawai dimana setiap negara partisipasi menyiapkan timnya dengan berbaju daerah dan membawa bendera negara masing-masing sebagai identitas. Festival ini sudah memiliki fans tetap, terbukti dengan setiap pawai selalu ada animo masyarakat, demikian juga pada waktu festival berlangsung bahkan banyak dari sekolah-sekolah yang datang bersamaan dengan murid-murid mereka untuk mengunjungi Festival dan sekolah memberi tugas para murid untuk mengumpulkan info basic dari setiap negara partisipan.

​

Umumnya, acara Festival dibuka dengan inagurasi oleh Presidente Municipio de Queretaro (wali kota) dan tim VVIP kemudian mengunjungi seluruh booth untuk memberikan selamat kepada setiap peserta festival dan memberikan sambutan yang hangat, juga apresiasi karena kami telah memilih Queretaro sebagai tempat tinggal. Dan karena penyelenggara adalah Municipio, mereka mengerahkan semua sumber daya yang ada termasuk dalam iklan dan informasi. Tidak sedikit media yang meliput kegiatan Festival, walau hanya kelas dalam kota. Dan setiap tahunnya penyelenggara dan peserta selalu pada kesepakatan "Green Event", dimana kami khususnya peserta gastronomía, diwajibkan untuk menggunakan alat2 makan sekali pakai tapi yang biodegradable. Dan bagi peserta handycraft, mereka harus mengemas merchandise tetapi dengan kertas. Untunglah di Indonesia sangat umum piring dari daun pisang, itulah yang kami gunakan ¨pincuk¨, antusias masyarakat sangat tinggi terhadap pincuk, bahkan ada satu pembeli yang sedih hanya karena kami menawarkan makanan dengan piring kertas, karena pincuknya habis. Ada juga beberapa pembeli loyal yang kembali setiap tahunnya, hanya untuk menikmati makanan Indonesia, atau juga berapa pelajar beasiswa Darma Siswa yang dengan bangganya berkata kepada teman2nya untuk mencoba kecap manis, karena meski hitam, "salsa soya dulce es muy rico".

​

Dari stand artesanal, beberapa pengunjung juga sudah menabung untuk membeli produk-produk buatan tangan (handycraft) yang ada, karena mereka tahu Festival ini adalah kegiatan tahunan. Juga ada pengunjung yang meski tidak membeli apa2, mereka bertanya tentang Indonesia dan setelahnya mereka ingin mengunjungi Indonesia, setelah melihat keindahan alam Indonesia yang kami tampilkan di video.

​

Tahun ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada KBRI yang berkenan membantu kami peserta Indonesia dengan pentas angklung. Dan penonton menghampiri tim KBRI di belakang panggung untuk bertanya dan berfoto bersama angklung dan pemainnya. Suatu pengalaman tersendiri bagi pengunjung Festival. Karena sebenarnya perform kebudayaan sifatnya tidaklah wajib tapi saya pribadi memiliki kerinduan agar masyarakat Queretaro pengunjung Festival, mengenal setidaknya satu atau dua seni kebudayaan kita. Juga ada teman kami, orang Queretaro yang dulunya adalah penerima beasiswa Darma Siswa Indonesia, mempersembahkan tarian Jawa kontemporer, dimana kami pun sangat menghargai usaha mereka.

​

Demikian sekilas cerita dan pengalaman kami dalam Festival Comunidades Extranjeras, sampai jumpa tahun depan!

​

Teks dan Foto kredit: Regine Jaene

​

==========================================================================================================================

​

11 Numpang Lewat - Festival Bunga di Mas

Festival Bunga di Masaryk, Polanco dan Taman Chapultepec

4 - 7 April 2018

​

Tanggal 4 sampai & April 2019 lalu diselenggarakan Festival Bunga di Mexico City. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, toko-toko di sepanjang jalan Presidente Masaryk berlomba-lomba menarik perhatian pengunjung toko maupun pejalan kaki yang lewat untuk berfoto di tokonya.  Tujuan dari penyelenggaraan festival bunga ini adalah untuk mempromosikan hortikultura, seni bunga dan perawatan lingkungan di kota.

 

Teks: Estudiantina Moors

Foto kredit: Bolman Sihombing

 

==========================================================================================================================

​

Ramen - kolase.jpg

Festival Ramen Jepang

​

Pada pertengahan bulan Maret lalu, diadakan Festival Ramen di akhir pekan di daerah Condesa Mexico City. Pengunjung dapat mencicipi aneka ramen dan cemilan khas Jepang, juga aneka minuman dan dessert.

Antusias pengunjung cukup tinggi dan mereka rela untuk antri dengan tertib untuk mencicipi aneka masakan Jepang yang diadakan hanya 3 hari ini.

Sampai ketemu tahun depan!

 

Teks dan Foto Kredit : Moestaryanti Puruhita

​

==========================================================================================================================

​

11 numpang lewat - Festival Oriental 201

Festival Oriental 2019

Berkumpulnya negara-negara Asia dalam Satu Wadah

​

Festival Oriental yang digelar pertama kalinya pada tanggal 23 dan 24 Februari 2019 berlangsung dengan meriah. Bertempat di Parque Mexico Condesa, Mexico City, negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, China, Filipina, Thailand, Vietnam, India dan Indonesia menampilkan budaya, adat istiadat dan kuliner khas dari negara masing-masing.

​

Indonesia, melalui KBRI Mexico City, mempersembahkan tari Saman dan musik tradisional angklung oleh grup Pakoeningrat dan berinteraksi dengan para penonton untuk berpartisipasi menari dan bernyanyi bersama. Selain itu, di stand promosi Indonesia, KBRI Mexico City mempromosikan budaya Indonesia dan menjelaskan program beasiswa kepada para anak muda Meksiko. Yang pertama adalah beasiswa darmasiswa untuk mempelajari seni budaya dan Bahasa Indonesia. Dan yang kedua adalah beasiswa KNB (Kemitraan Negara Berkembang) untuk gelar pendidikan master.

​

ITPC (Indonesian Trade Promotion Center) Mexico City juga berpartisipasi mempromosikan program kerja sama bilateral antar negara-negara Amerika Tengah dan Meksiko dengan Indonesia. Dan juga menjadi penghubung para pelaku bisnis antar negara serta mempromosikan produk-produk Indonesia, mulai dari kerajinan tangan sampai produk makanan kemasan ringan.

​

Di sela-sela acara festival ini, Tim Soerat Kabar berhasil mewawancarai Andres Hwang, Direktur Komersial Mexi-ko yang merupakan bagian dari Grup Radio Centro Mexico yang menyelenggarakan acara festival yang berlangsung dengan sangat meriah dan ini. Tujuan Andres menyelenggarakan acara ini agar mempererat hubungan Meksiko dengan para negara Asia yang merupakan negara-negara tetangga di seberang Samudera Pasifik. Pengunjung yang datang bisa menikmati budaya khas negara-negara Asia secara langsung, seolah-olah mereka berada di negara Asia yang sebenarnya.

​

Andres Hwang yang berasal dari Korea Selatan ini sempat khawatir apakah acara ini akan berlangsung sukses atau tidak. Andres dan timnya bekerja keras dengan mempromosikan acara ini melalui grup Radio Centro dan media sosial. Andres juga mengatakan bahwa beruntung didukung oleh para perwakilan negara-negara Asia yang berpartisipasi melalui kedutaan negara masing-masing. Kekhawatiran Andres sirna setelah melihat langsung antusias pengunjung yang ramai serta stand-stand dan bangku penonton yang terisi penuh selama 2 hari berlangsungnya festival.

​

Tiga kata untuk dari Andres Hwang merantau lebih dari 10 tahun di Meksiko tentang acara ini: Oriental. Festival. Sukses.

Sampai jumpa di Festival Oriental selanjutnya!

​

Teks : Moestaryanti Puruhita

Foto Tari Saman : Narindra Bikka Mitya

Foto Pentas Angklung : Didik Nugroho

​

==========================================================================================================================

​

gerhana bulan.jpg

Gerhana Bulan Melewati Mexico

​

Meksiko mendapat kejutan awal tahun 2019 dengan adanya fenomena alam yang menakjubkan, yaitu gerhana bulan yang melewati langit Mexico City pada hari Minggu 21 Januari mulai pukul 21h33 sampai pukul 00h50 keesokan harinya.

Fenomena yang dikenal dengan Eclipse Total de Luna atau blood moon dalam bahasa inggris, terjadi akibat posisi bumi yang berada di antara matahari dan bulan. Langit Meksiko yang biasanya penuh polusi, sangat bersahabat pada malam hari pada saat terjadinya gerhana bulan tersebut.

​

Teks : Moestaryanti Puruhita

Foto kredit : Laurent Chabanne

​

==========================================================================================================================

​

Galette de Roi vs Rosca de Reyes.jpg

Rosca de Reyes: satu tradisi awal tahun di Meksiko

​

Pada awal bulan Januari seperti biasa di semua supermarket dan toko roti di Mexico dijual Rosca de Reyes, sejenis roti manis yang khusus dikonsumsi pada tanggal 6 Januari. Roti ini umumnya dimakan bersama keluarga, teman, dan rekan kerja. Waktu memakannya kapan saja, bisa pagi, sore atau malam. Kalau di rumah, biasanya ditemani dengan secangkir coklat panas. Yang unik adalah bahwa di dalam roti ini tersembunyi boneka bayi berukuran kecil. Orang yang mendapatkan potongan roti yang di dalamnya ditemukan boneka bayi tersebut, pada tanggal 2 Februari harus menyediakan tamal atau tamales (semacam arem-arem, tetapi terbuat jagung) dan mengundang keluarga serta teman. Apa sih Rosca de Reyes? Mengapa dikonsumsi pada tanggal 6 Januari? Apa artinya? Apakah ini hanya budaya Meksiko?

​

​Rosca de Reyes (kalau mau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yang paling dekat adalah ‘Roti Bundar Tiga Raja') merupakan bagian dari tradisi agama nasrani. Diceritakan bahwa Tiga Orang Raja (disebut juga Tiga Orang Bijak) yang bernama Melchior, Gaspar dan Balthazar melakukan perjalanan dari Timur ke Yerusalem mencari bayi suci yang baru lahir, yang tak lain adalah Yesus. Mereka membawa tiga persembahan, yaitu emas, kemenyan, dan mur (simbol dari keagungan, kesakralan dan keabadian terhadap kematian), yang akan diberikan kepada sang bayi suci sebagai hadiah. Dengan panduan bintang di langit akhirnya ketiga Orang Bijak tersebut berhasil menemukan sang bayi suci.

 

Hari pertemuan tersebut dikenal dengan nama Epifani (Hari Penampakan Tuhan). Perayaan Epifani ini dilakukan pada tanggal 6 Januari. Menurut catatan sejarah, di Mesir dan Jazirah Arab perayaan tanggal 6 Januari sudah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Namun, bukan untuk merayakan pertemuan dengan sang bayi suci, tetapi untuk menghormati Dewa Aion. Ketika agama Nasrani berkuasa, tanggal ini digunakan untuk merayakan Hari Tiga Raja atau Hari Tiga Orang Bijak, terutama untuk mengenang pertemuan mereka dengan sang bayi suci. Rosca de Reyes adalah bagian dari perayaan tersebut. Itu sebabnya roti manis ini berbentuk lingkaran seperti sebuah mahkota dan di dalamnya ditemukan boneka bayi.

 

Ada juga yang mengatakan bahwa perayaan tersebut bermula untuk memuliakan Dewa Saturnus. Perayaan ini disebut Saturnalia dan diselenggarakan setiap tahun dari tanggal 17 sampai 24 Desember. Di dalam perayaan ini, pada hari itu kekuasaan tuan atas budaknya “dihapus”, sehingga para budak memiliki kebebasan penuh. Pada hari itu mereka bersenang-senang, makan dan minum, serta diberi hadiah; kue berbentuk bulat yang dibuat dengan buah ara, kurma dan madu disiapkan dan dipotong-potong untuk dibagi rata kepada mereka.

​

Namun demikian, rujukan yang lebih jelas mengenai asal mula perayaan Rosca de Reyes seperti yang kita kenal sekarang adalah pada sebuah tradisi di Perancis. Antara awal abad ke-15 dan akhir abad ke-17 (masa Renaisans Perancis) ada kebiasaan di kalangan kaum aristokrat di sana untuk membuat kue (dinamai Kue Fava), karena di dalamnya disembunyikan biji kacang fava (fava bean). Kue ini dimakan bersama-sama dengan keluarga pada tanggal 6 Januari dan siapa yang mendapatkan potongan kue yang di dalamnya ditemukan biji fava, dia akan menjadi raja sehari. Maka, pada hari itu dia akan bebas makan dan minum. Tradisi ini menyebar ke Spanyol, dan dari sini menyebar ke wilayah-wilayah jajahan Spanyol. Perayaan Rosca de Reyes tiba di wilayah jajahan Spanyol bersamaan dengan tradisi perayaan agama katolik lainnya sejak terbentuknya Virreinato de Nueva España.

​

Perayaan Rosca de Reyes pada tanggal 6 Januari terus berlangsung sampai sekarang. Di Perancis kue ini dikenal dengan nama Galette des Roi ‘Kue Raja; kue ini berbentuk bulat pipih dan terbuat dari puff pastry yang diisi dengan krem custard dan kacang almond. Di Spanyol dikenal dengan nama Roscón de Reyes, yang dibuat dengan air bunga jeruk dan didekorasi dengan kacang; bentuk dan rasanya mirip dengan Rosca de Reyes ala Meksiko. Sementara itu, Rosca de Reyes ala Meksiko biasanya dihiasi madu dan buah-buahan gurun, seperti kurma, dasi, ara dan ada bagian yang dihias dengan gula (campuran gula, mentega dan tepung). Buah-buahan kering mengkristal yang menghiasi roti ini merupakan simbol permata yang bertatahkan di mahkota; bentuk bundar merupakan simbol cinta yang tak berakhir (berbatas); sementara, boneka bayi kecil yang disembunyikan di dalam kue melambangkan Yesus (bayi) yang sedang disembunyikan untuk menghindari perburuan Raja Herodes yang ingin membunuh Yesus (bayi), karena ramalan akan menjadi raja.

​

Seperti yang disebutkan di awal, di Meksiko Rosca de Reyes dimakan bersama coklat panas (atau atole, minuman yang terbuat dari maizena). Kombinasi ini merupakan wujud adanya sinkretisme atau keharmonisan antara budaya luar (Spanyol) dan kearifan lokal (Meksiko). Siapa yang mendapatkan boneka bayi kecil di dalam potongan Rosca de Reyes, dia harus membawanya ke gereja, kemudian merayakannya pada tanggal 2 Februari dengan menyediakan tamales dan atole. Pada masa sekarang, kebiasaan untuk pergi membawa boneka kecil tersebut ke gereja sudah jarang terlihat. Namun, membuat pertemuan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja untuk makan tamales dan minum atole bersama masih terus dipertahankan.

​

Satu hal yang perlu dicatat bahwa selain makan Rosca de Reyes pada tanggal 6 Januari, di Meksiko (juga di banyak negara katolik lainnya) tradisi memberikan hadiah kepada anak-anak pada hari ini masih terus bertahan. Para orangtua memberikan hadiah kepada anak-anak mereka dengan menaruhnya di dalam sepatu anak-anak mereka (yang sudah disiapkan pada malam sebelumnya). Ini adalah simbol pemberian hadiah dari Tiga Raja atau Tiga Orang Bijak kepada Yesus (anak).

​

Teks dan Foto Kredit: Estudiantina Moors

​

==========================================================================================================================

​

IMG_2796.JPG
IMG_2800.JPG
IMG_2798.JPG

Kegiatan bulan Desember 2018:

Perayaan Natal, Hari Ibu, dan Perpisahan Dubes dan Home-staff KBRI Mexico City

​

Pada bulan Desember 2018 ada banyak kegiatan yang diselenggarakan oleh KBRI Mexico City, yaitu Perayaan Natal Bersama pada tanggal 15 Desember, Perayaan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember, dan Perpisahan Dubes RI Yusra Khan dan 3 orang home-staff (Pak Aris Heru Utomo, Pak Christian Pangaribuan, dan Pak Rendra Kusumawardana), serta Penyambutan ketua ITPC yang baru datang, Pak Guntur Prima. Suka cita menggema karena kebersamaan. Sedih dan duka menyelimuti kalbu karena perpisahan. Sebuah perpisahan memang tak dapat dihindari, karena begitulah hidup. Ada awal, ada akhir. Bila ada saat bertemu, pasti ada saat berpisah. Kepada Dubes RI Yusra Khan dan Ibu Desfira Yusra, dan home-staff yang akan kembali ke tanah air, Pak Ahu dan Ibu Diah, Pak Chris dan Ibu Yusni, serta Pak Rendra dan Ibu Dita, kami semua haturkan terima kasih dan doa, semoga perjalanan lancar dan selamat sampai ke rumah, serta sukses dengan tugas baru. ¡Nos vemos! ¡Aquí tienen su casa! 

 

Teks: Evi Siregar

Foto Kredit: Nayeli Bernal dan Rendra Kusumawardana

​

==========================================================================================================================

​

HWC03 di zocalo.jpg

Homeless World Cup 2018

​

Mexico City mendapat kehormatan menjadi tuan rumah perhelatan sepakbola Homeless World Cup yang digelar dari tanggal 13 sampai 18 November 2018 di jantung kota Mexico, yaitu Zocalo. Tim Indonesia yang diwakili oleh teman-teman dari Komunitas Rumah Cemara berangkat dari latar belakang yang berbeda. Mereka yang dulunya pecandu narkoba, akhirnya terbebas dari belenggu obat-obatan terlarang. Ada juga yang mempunyai masalah keluarga dan faktor ekonomi, mereka memberikan pembuktian dengan prestasi melalui sepakbola. Tak hanya itu, mantan narapidana yang dianggap sebelah mata oleh masyarakat, akhirnya bisa bangkit dengan mengharumkan nama bangsa di ajang kompetisi internasional ini. Yang lebih menyentuh, pengidap HIV Aids juga diberikan karpet merah untuk berprestasi di kompetisi yang digelar setiap tahunnya dengan tuan rumah negara yang berbeda.

​

Kontingen Indonesia yang berjumlah 12 orang berasal dari latar belakang dan suku yang berbeda, dari Jawa Barat sampai Lombok. Namun tidak menghalangi niat tulus mereka untuk melangkah lebih maju ke arah Indonesia yang lebih baik dan tentu saja mengharumkan nama bangsa. Di akhir pertandingan, Indonesia berhasil meraih posisi ke – 10 dari 47 negara yang berpartisipasi. Tim Indonesia yang diwakili oleh teman–teman dari komunitas Rumah Cemara, berhasil meraih Richard Ismail Fair Play Award. Sebuah prestasi yang membanggakan bagi anak negeri. Terima kasih!

 

Teks dan Foto kredit: Moestaryanti Puruhita

​

==========================================================================================================================

​

Monarca.jpg
Monarca2.jpg

PARADE DÍA DE MUERTOS

 

Salah satu tradisi penting di Meksiko adalah perayaan hari peringatan kepada para arwah atau orang yang sudah meninggal (día de muertos). Menurut catatan sejarah, perayaan ini sudah ada sejak masa penduduk asli Mesoamerika, seperti suku Aztec, Maya, Purepecha, Nahua dan Totonaca, bahkan mungkin sejak 3000 tahun yang lalu. Pada masa pra-hispanik, sangat umum penduduk menyimpan tengkorak dan menunjukkannya ketika melakukan ritual yang melambangkan kematian dan kelahiran kembali. Perayaan ini jatuh pada bulan kesembilan kalender matahari Aztec, kira-kira awal bulan Agustus, dan dirayakan selama sebulan penuh. Perayaan itu dipimpin oleh Mictecacihuatl, yang dikenal sebagai Dewi Kematian (Lady of Death), yang sekarang disimbolkan dengan Catrina. Perayaan ini didedikasikan untuk anak-anak dan keluarga yang telah meninggal.

 

Ketika bangsa Spanyol tiba di benua Amerika pada abad XV, mereka ketakutan melihat praktek penduduk asli ini, dan ditambah dengan usaha dalam misi evangelisasi, maka waktu perayaan tersebut dipindahkan ke awal bulan November agar bertepatan dengan perayaan Hari Semua Orang Kudus dan Semua Jiwa. Di Meksiko, hal yang terpenting dalam perayaan día de muertos adalah membuat altar di rumah dan berkunjung ke makam. Altar yang disiapkan keluarga harus ada elemen-elemen dasar, yaitu air (untuk memuaskan dahaga sang arwah), garam (untuk purifikasi sang arwah), roti pan de muerto (simbol salib dan juga tulang-belulang orang yang sudah mati itu serta air mata sang arwah), bunga cempasúchil (tagates erecta) (untuk memandu para arwah datang ke rumah keluarganya).

 

Ketika film James Bond Spectre mengangkat setting perayaan día de muertos, pemerintah Mexico City (kemudian juga hampir semua pemerintah daerah di Meksiko) memutuskan untuk menyelenggarakan parade día de muertos sebagai salah satu atraksi kota yang penting. Perayaan día de muertos semakin mendunia setelah ditayangkannya film Coco. Tahun ini parade día de muertos di Mexico City diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober 2018. Ini tentu menjadi sebuah atraksi yang menarik, bukan hanya bagi para wisatawan melainkan juga bagi para penduduk setempat. 


Teks dan Foto kredit: Evi Siregar

​

==========================================================================================================================

​

11 Numpang Lewat - Peringatan 19S.jpg

Pahlawan Meksiko Pasca Gempa 19 September 2017 


Tanggal 19 September 2018 lalu, seperti biasa alarm peringatan gempa dibunyikan dalam rangka peringatan peristiwa gempa besar yang terjadi pada tanggal 19 September 1985 dan 19 September 2017 lalu. Sosialisasi mengenai pelaksanaan simulasi gempa ini dilaksanakan dengan intensif mengingat bunyi alarm ini telah meninggalkan trauma yang dalam bagi masyarakat yang tinggal di Meksiko.

​

Masih segar dalam ingatan tentang banyaknya bangunan yang rubuh di daerah Roma, runtuhnya SD Rebsamen, bunyi ambulan dan helikopter yang lalu lalang, dibangunnya pos-pos tempat tinggal darurat, pengumpulan sumbangan baju layak pakai dan makanan matang atau siap saji maupun obat-obatan, lorong-lorong yang kosong di beberapa supermarket karena banyaknya orang yang turun tangan untuk memberikan bantuan secara fisik maupun material.  

​

Pada parade militer dalam rangka peringatan hari kemerdekaan Meksiko 16 September 2018 lalu di sepanjang Jalan Raya Reforma, selain para tentara yang memamerkan kekuatan tempur dan keterampilan mereka, ditampilkan juga Frida dan Evil. Mereka adalah 2 dari beberapa anjing penyelamat yang tergabung dalam pasukan Tim SAR Kota yang menjadi pahlawan dalam penyelamatan korban gempa 19 September 2017 lalu. Sambutan masyarakat kepada kedua anjing tersebut bahkan lebih seru dibandingkan dengan tepuk tangan yang ditujukan kepada para tentara. Frida sendiri dicatat sudah berhasil menemukan dan menyelamatkan lebih dari 50 jiwa dalam misinya.

​

Satu hal yang bisa dilihat dan dirasakan dari parade militer ini adalah bahwa Meksiko memiliki sumber daya manusia dan anjing yang terampil dan dilengkapi dengan peralatan yang canggih.


Teks dan Foto kredit: Estudiantina Moors

​

==========================================================================================================================

​

Nopal-kolase.jpg

Feria de Nopal di Colon, Queretaro

​

Nopal, tanaman sejenis kaktus, banyak ditemukan di seluruh daratan Meksiko. Bagi masyarakat Meksiko, nopal tidak hanya sekedar tanaman liar yang tumbuh di pinggir jalan. Bahkan, nopal menjadi simbol yang sangat berarti: nopal adalah Meksiko, Meksiko adalah nopal. Nopal pun menjadi satu bagian dari imej di bendera nasional Meksiko. Sudah sejak lama nopal menjadi salah satu makanan tradisional Meksiko. Bentuknya pipih dan lebar dan hampir di seluruh permukaannya penuh dengan duri. Di dalamnya terkadung banyak serat dan lendir, seperti lidah buaya. Itulah alasan nopal sangat baik untuk menú diet karena seratnya dapat membantu memperlancar pencernaan tubuh.

​

Beberapa waktu yang lalu, kami berkunjung ke sebuah kota kecil bernama Colon yang terletak di negara bagian Queretaro. Pemerintah setempat menggelar Feria de Nopal, Nopal Fair. Di sana dipamerkan dan dijual berbagai produk yang dibuat dari bahan dasar nopal. Mulai dari minuman, tortilla, tostadas (tortilla panggang), snack, selai, shampoo, sampai ice cream! Salah satu bintang utama di feria ini adalah pencas rellenas. Pencas adalah daun dari pohon nopal, berukuran besar, dan saking besarnya hingga dapat digunakan untuk menyimpan makanan. Rellenas artinya isi (kandungan yang ada di dalam).

​

Lauk yang akan diisikan sesuai selera, biasanya tomat segar dan daun ketumbar, bila menggunakan protein hewani, biasanya daging yang sudah matang dan tentu saja: nopal (lagi). Langkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan duri, kemudian membelah nopal dan meletakkan isian didalamnya. Dilanjutkan dengan membungkus nopal beserta isinya dengan kertas aluminium dan kemudian dipanggang. Dengan kulit nopal yang cukup tebal dan banyak lendir (basah) makanan yang ada didalam tidak akan gosong melainkan seperti dikukus menjadi panas dan siap untuk dihidangkan. Seperti halnya kita menggunakan daun pisang, disini mereka menggunakan daun nopal. Di masa lampau, tanpa kertas aluminium mereka menggunakan benang untuk menutup dan ¨menjahit¨nopal.

​

Pencas Rellenas terdiri dari banyak isian tergantung lauk yang Anda suka, sayangnya saat kami datang, hampir semua lauk yang ada sudah habis dan yang tersisa hanya chicharron (rambak kulit babi) yang kebetulan adalah favorit suami saya, saya rasa dia cukup puas dengan pilihan ini, hehehehe. Disajikan dengan sambal Meksiko dan tentunya tortilla, makan siang pun dimulai.

​

Buen provecho!

​

Teks dan Foto Kredit: Jaene Oktaria

​

==========================================================================================================================

​

11 Numpang Lewat - Pesta Bola Dunia 2018 kolase.jpg

Pesta Bola Dunia 2018


Ajang perhelatan Piala Dunia yang digelar setiap 4 tahun sekali di bulan Juni dan Juli 2018 lalu berhasil menyita perhatian dunia. Setiap negara bahkan perorangan berharap tim favoritnya menjadi juara Piala Dunia. Rusia, sang tuan rumah, berhasil membius perhatian jutaan penonton tertuju pada pesta akbar ini. 


Tak terkecuali Meksiko yang lolos kualifikasi masuk ke dalam 32 besar peserta Piala Dunia. Tak main-main, Meksiko berhasil mencapai babak perdelapan final. Langkah terhentinya ketika berhadapan dengan rekan perwakilan negara Amerika Latin lainnya, yaitu Brazil. Walaupun demikian, Meksiko berhasil menciptakan rekor sejarah bagi negaranya: memenangkan pertandingan perdana melawan Jerman sewaktu babak penyisihan grup F. Dan Meksiko berhasil menjadi runner up grup F. Padahal seluruh dunia tahu bahwa Jerman adalah pemegang Piala Dunia 2014 di Brazil.


Pesta telah usai. Prancis berhasil menyabet pemenang Piala Dunia 2018 setelah bertanding ketat di babak final melawan Kroasia. Pesan moral yang didapat dari kejuaran dunia adalah bersikap sportivitas yang tinggi, terus semangat dan memupuk persaudaraan dunia maupun negara dan individu. Sampai jumpa di Piala Dunia 2022 di Qatar. Siapa tahu giliran tim negara favorit Anda yang menjadi juaranya.

Teks: Puruhita Moestaryanti

Foto kredit euphoria penonton: Gaelle Bauer dan Ophélie Terrien

​

==========================================================================================================================

​

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H

 

Bulan Mei dan Juni 2018 merupakan bulan spesial bagi umat muslim sedunia. Tak terkecuali di Meksiko. Awal puasa Ramadan yang jatuh pada hari Kamis, 17 Mei 2018 dan berakhir pada hari Kamis, 14 Juni 2018 dijalankan dengan suka cita oleh para umat muslim WNI dan negara sahabat di Mexico City dan di kota-kota lainnya. KPMI Mexico City menggelar buka puasa bersama yang dilanjutkan dengan sholat taraweh berjamaah menambah khidmat ibadah ramadan bagi mereka yang jauh dari Indonesia.

​

Lalu pada tanggal 15 juni 2018 yang bertepatan dengan 1 Syawal 1439 H diselenggarakan sholat Ied bersama oleh Komunitas Muslim di Mexico. Wisma Duta menggelar Open House Idul Fitri yang ditujukan kepada para WNI di seluruh Meksiko dan juga untuk para kolega KBRI.

​

Teks : Puruhita Moestaryanti

Foto kredit : KBRI Mexico City

​

==========================================================================================================================

​

COMALI: Festival Nasional Pertama Gastronomi Meksiko

​

Dari tanggal 28 April 2018 sampai 1 Mei 2018 untuk pertama kalinya diselenggarakan COMALI, Festival Nasional Gastronomi Meksiko. Hampir saja Soerat Kabar kehilangan kesempatan untuk meliput kegiatan ini. Namun, syukurlah pada hari terakhir berhasil masuk ke festival nasional pertama gastronomi ini, gratis pula. Bertempat di El Parque Ecologico del Bosque de Chapultepec, pada hari terakhir festival ini berlangsung dari jam 1 siang sampai jam 7 malam. Oleh karena tidak adanya layanan estacionamiento publico, baik dekat maupun jauh, akhirnya mobil harus diparkir di pinggir jalan, yang langsung disambut preman parkir yang mematok biaya parkir sebesar 200 pesos. Untungnya bisa ditawar hingga 50 pesos.

​

Setelah berjalan kaki sekitar 100 meter sampai ke pintu masuk, kami berhadapan dengan antrian masuk yang tak tampak ekornya. Tiket masuk yang seharga 200 pesos kelihatannya bukan masalah. Namun, baru mengantri sekitar 10 menit, tiba-tiba datang sepasang anak muda yang memberikan 2 tiket masuk kepada kami dan pasangan di belakang kami secara gratis. Benar-benar sebuah kejutan besar! Anak-anak di bawah 10 tahun tidak perlu membeli tiket masuk. Jadilah kami semua masuk gratis. Ah, betapa senangnya!

 

Setelah masuk, ternyata harga tiket sebesar 200 pesos memang “cukup murah” bila dibandingkan dengan banyaknya makanan yang bisa kami coba di dalam festival itu. Dua jam sudah kami habiskan, tetapi durasi itu tidak cukup untuk menjelajahi semua kios yang ada di dalam festival itu, saking banyaknya.

​

Festival ini merupakan festival gastronomi Meksiko tingkat nasional pertama, yang diramaikan 78 kios makanan, 18 kios wine, 10 kios postre dan 23 kios minuman keras maupun minuman ringan. Masih ada lagi kios panaderia, artesania, travel agent dan lain-lain. Meskipun setiap kios menawarkan tester dalam ukuran mini, sesudah berkeliling selama dua jam perut kami kenyang juga. Tahun depan, kami yakin festival ini pasti akan jauh lebih besar, semoga.

 

Teks: Estudiantina Moors

Foto kredit: Estudiantina Moors

​

==========================================================================================================================

​

Festival Bunga di Polanco dan Taman Chapultepec

18-22 April 2018

​

Dari tanggal 18 sampai 22 April 2018 diselenggarakan Festival Bunga di Mexico City. Festival ini sebenarnya merupakan festival yang kedua. Namun, kali ini dibuat inovasi, dengan menambahkan ide mengikuti Festival Bunga Chelsea Flor Show di London yang mendekorasi toko-toko menjadi sebuah pasarela. Itu sebabnya, Yayasan Plantando con Causa, penyelenggara festival bunga ini, memutuskan untuk mengajak toko dan butik di Jalan Masaryk Polanco untuk berpartisipasi di dalam festival bunga tahun ini. Selain di Jalan Masaryk Polanco, festival bunga juga dapat dikunjungi di Jardín Botánico del Bosque de Chapultepec. Dalam festival ini dipamerkan dari dari 10 ribu spesies bunga. Tujuan dari penyelenggaraan festival bunga ini adalah untuk mempromosikan hortikultura, seni bunga dan perawatan lingkungan di kota.

 

Teks: Evi Siregar

Foto kredit: Evi Siregar

bottom of page