top of page

Kita & Kita

poco-poco3.JPG

Ja'i, Poco-poco dan Sajojo meramaikan Pemungutan Suara Pemilu Serentak 2019 di Mexico City

​

Cuaca hari itu, 13 April 2019 cukup panas ditimpali dengan angin yang kencang. Dalam acara pemungutan suara Pemilu Serentak 2019, rasa bosan dan kantuk sempat melanda panitia, calon pemilih maupun para pemilih yang telah menunaikan haknya namun masih enggan beranjak dari KBRI Mexico City.

​

Saudara-saudara kita dari Seminari Canarias lalu meramaikan suasana dengan memimpin tarian Ja'i yang langsung diikuti oleh peserta pemilu maupun panitia pelaksanaan pemilu. Selesai dengan Ja'i, dilanjutkan dengan poco-poco dan sajojo yang membuat siang itu menjadi meriah. 

Dari kita Indonesia, untuk kita Indonesia....

​

Teks dan Foto Kredit : Estudiantina Moors

​

==========================================================================================================================

​

Bimtek - kolase.jpg

Bimtek Pemilu untuk Panitia Pemilu Luar Negeri (PPLN)

dan Sosialisasi Pemilu bagi WNI di Luar Negeri

​

Tanggal 27 Februari sampai 2 Maret 2019 lalu, Mexico City kedatangan tamu dari seluruh PPLN Amerika Latin dari Bogota, Buenos Aires, Brasilia, Caracas, Lima, Panama, Paramaribo, Quito dan Santiago de Chile. Para peserta dengan antuasias mengikuti Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Pemilu yang akan berlangsung 13 April 2019 bagi PPLN luar negeri.

​

Jajaran KPU dan Kemenlu turut hadir untuk memberikan paparan tentang Bimtek ini. Acara dibuka oleh Bapak Aris Heru Utomo selaku kuasa usaha sementara KBRI Mexico City. Kemudian paparan tentang Bimtek diberikan langsung oleh Bapak Pramono Ubaid Tanthowi selaku Komisioner Komisi Pemilihan Umum.

 

Selama 3 hari Bimtek, adapun pembicaranya adalah ibu Anna Marisi (Kasubag Kerja Sama Antar Lembaga KPU RI), bapak Sigit Joyowardono (Kepala Biro Hukum KPU RI) , Bapak Markus Krisdiono (Kasubag Program Anggaran Wilayah III, Biro Perencanaan dan Data KPU RI), Bapak Jahar Gultom (Diplomat Madya Direktorat Kerja Sama Teknik Direktorat Jendral Informasi dan Diplomasi Kemlu RI) dan Bapak Mohammad Gozali Arifiansyah (Kasubag Tata Naskah Dinas Persuratan dan Pos Kandip, Pustik KP Kemlu RI).

 

Di hari terakhir, diadakan sosialisasi Pemilu bagi WNI di Mexico city yang dihadiri oleh staff KBRI Mexico City dan masyarakat Indonesia di Mexico. Materi tentang cara pencoblosan dan contoh surat suara disampaikan langsung oleh Bapak Sigit Joyowardono dibantu oleh Bapak Markus Krisdiono.

Selamat memilih. Salam Pemilu!

 

Teks : Moestaryanti Puruhita

Foto Kredit : Addi Setyawan (KBRI Mexico City)

​

==========================================================================================================================

​

selai - kolase2.jpg

Kursus Memasak Selai dan Crêpes bersama Hervé

​

Di suatu pagi minggu pertama bulan Maret, bersama beberapa ibu, kami mendapat kesempatan untuk belajar memasak selai dan crêpes à la françaiseAdalah Hervé yang menyambut kami dengan senyum hangat di rumahnya. Setelah perkenalan, kami pun diajak ke dapurnya yang nyaman. Sejak awal memasuki dapurnya, semua sudah menduga jika Hervé sangat peduli dengan kebersihan dan juga memiliki sifat peduli lingkungan.

​

Menu pertama, Herve mengajarkan kami cara membuat crêpes. Cemilan prancis ini memang sudah mendunia dan kebanyakan ibu sudah fasih cara membuatnya. Tetapi, resep dan rahasia cara membuat crêpes rumahan yang Hervé ajarkan kepada kami, berguna banget karena tahapannya sangat mudah diikuti. Bahan-bahan yang digunakan juga bisa dibeli di pasar / supermarket, serta para ibu bisa mempraktekkan sendiri untuk menu variasi keluarga. Setiap ibu bergantian bertugas: dari yang menakar tepung dan susu, memecahkan telur, mengaduk adonan dan memasaknya di atas kompor. Semua kebagian kerja.

​

Setelah resep crêpes, Herve melanjutkan cara membuat selai. Di antara buah-buahan musim kali ini, kebanyakan ibu memilih jambu di antara pilihan buah nanas, jeruk dan mangga. Alasannya karena jambu biji merupakan buah khas Indonesia yang juga ditemukan dengan mudah di Mexico dan tersedia sepanjang musim. Dengan sabar, Hervé mengajarkan tahapan-tahapannya. Para ibu tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bertanya. Hervé pun menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan antusias.

 

Kelas memasak diakhiri dengan makan siang bersama, yang menunya adalah ayam betutu yang dimasak khusus dengan penuh cinta oleh Mbok Dayu, lengkap dengan sambal pedasnya yang kami santap dengan nasi putih panas. Untuk dessert-nya, tentu saja kami menyantap crêpes dan selai jambu hasil masakan kami dan juga beberapa varian selai buatan Hervé.

​

Sebelum pulang, kami pun berhak mendapat 1 botol selai jambu hasil masakan kami untuk dinikmati bersama oleh keluarga. Sampai jumpa di kelas memasak berikutnya dengan tema berbeda!

​

Kami berikan ucapan terima kasih kepada para peserta yang berpartisipasi pada acara ini : Tante Ita Meutia Ifkar, Mbok "Dayu" Ida Ayu, Lucia Hesty dan Karina Rahmita.

​

Teks : Moestaryanti Puruhita

Foto Kredit : Mbok Ida Ayu, Karina "Lola" Rahmita, Moestaryanti Puruhita

​

==========================================================================================================================

​

tanda kasih.jpeg
tanda kasih2.jpeg

Tanda Kasih dari Soerat Kabar

 

Tinggal di luar negeri tidak berarti melupakan atau menghiraukan kejadian-kejadian yang mampir ke tanah air tercinta. Soerat Kabar mendapatkan kesempatan untuk menyalurkan bantuan secara langsung kepada beberapa keluarga yang terkena musibah gempa di Palu bulan November 2018 yang lalu. 

Selagi bisa, selagi mampu, mari kita bantu saudara-saudara se-tanah air yang membutuhkannya.

​

Teks : Estudiantina Moors

Foto Kredit : Evi Siregar

​

==========================================================================================================================

​

08 Kita kita - piagam penghargaan.jpeg

Piagam Penghargaan untuk Soerat Kabar

​

Hari Sabtu tanggal 22 Desember 2018 yang lalu Kedutaan Besar RI Mexico City menyelenggarakan acara perpisahan Bapak Duta Besar LBBP Republik Indonesia, Bapak Yusra Khan, sekaligus perpisahan tiga orang home staff (Bapak Aris Heru Utomo, Bapak Christian Pangaribuan, dan Bapak Rendra Kusumawardana) serta penyambutan kepala ITPC yang baru datang, Bapak Guntur Prima. Pada acara perpisahan tersebut, Dubes RI Yusra Khan memberikan 16 piagam penghargaan kepada orang-orang yang telah berkontribusi terhadap hubungan bilateral, promosi perdagangan, pendidikan, budaya, dan kuliner Indonesia. Salah satu penerima piagam penghargaan tersebut adalah Soerat Kabar.

 

Kami selaku redaktur Soerat Kabar sangat berterima kasih atas penghargaan ini. Bagi kami Bapak Yusra Khan merupakan bagian dari sejarah berdirinya Soerat Kabar. Berkat dukungan beliau majalah ini bisa lahir, dan hal ini merupakan kenangan yang tak mungkin terlupakan. Soerat Kabar masih muda, baru 9 bulan umurnya. Namun, kami berkomitmen untuk terus bekerja berbagi berita baik tentang Indonesia dan Meksiko, dan menjadi media komunikasi antar seluruh masyarakat Indonesia yang pernah maupun sedang tinggal di wilayah Meksiko, termasuk juga warga asing yang cinta kepada Indonesia. Sekali lagi kami haturkan terima kasih banyak kepada Bapak Yusra Khan. Pesan Bapak untuk terus semangat membagikan berita tentang Indonesia maupun Meksiko akan kami laksanakan. Insya Allah kami bisa! Mil gracias, Pak Yusra.

​

Teks dan Foto Kredit : Estudiantina Moors

==========================================================================================================================

​

LCB kolase.jpg

Le Cordon Bleu:  Tempat Belajar Teknik Memasak yang Handal

​

Pada suatu pagi hari di bulan November yang cerah, tim Soerat Kabar dan beberapa teman Indonesia mendapat kesempatan untuk belajar memasak Quiche Lorraine, salah satu masakan klasik asal prancis yang mendunia, di Le Cordon Bleu Meksiko. Tak main–main, kami langsung belajar dari chef ahli di sekolah bergengsi asal Prancis tersebut. Le Cordon Bleu sendiri telah berdiri sejak tahun 1895 di Paris, Prancis. Di Meksiko, sekolah kuliner bergengsi ini ada di Universitas Anahuac Kampus Utara.

​

Ketika kami tiba di ruangan Le Cordon Bleu di kampus Anahuac yang luas dan rindang, kami disambut hangat oleh Direktur Kulinaria, Direktur Akademik dan Direktur Marketing di Café Le Cordon Bleu, lengkap dengan menu sarapan klasik: croissant yang lezat, buah, dan kopi panas. Ini menambah semangat belajar. Setelah menikmati sarapan pagi ala prancis, kami diajak mengenal sekolah yang berdiri sejak tahun 2002 di Universitas Anahuac. Kami dijamu oleh Carlos, Direktur Marketing, dan dengan sabar serta ramah mengajak kami berkunjung ke ruangan kelas pastry, kelas masakan, dan ruangan quality control serta dapur yang luas, bersih dan menawan dengan aneka peralatan memasak profesional.

​

Kelas memasak dipimpin langsung oleh Direktur Kulinari Chef Arnaud, dibantu oleh Chef Denis. Chef Arnaud memulai kelas dengan menekankan metode pendidikan Le Cordon Bleu yang mengajarkan teknik memasak, bukan resep masakan. Dengan semangat, chef Arnaud menjelaskan tentang sejarah Quiche Lorraine, bahan-bahan yang dipakai (harus berkualitas tinggi), dan mencontohkan secara langsung tahapan demi tahapan cara membuatnya. Kursus yang berlangsung dengan suasana yang gembira, serius, tetapi santai ini berhasil membuat seluruh peserta menjadi betah dan makin jatuh hati dengan masakan prancis. Kami sangat menghargai usaha chef Arnaud dan chef Denis mengajarkan kelas memasak ini menggunakan bahasa inggris bercampur dengan bahasa spanyol dan prancis. Serunya, kedua chef ini jadi ikut berbahasa Indonesia bersama para peserta.

​

Di sela-sela kursus memasak, kedua chef ini menyajikan vin rosé atau anggur merah muda produksi Mexico. Semakin menambah suasana kelas memasak ala prancis. Pada akhir kelas memasak, kami mencicipi Quiche Lorraine hasil karya Chef Arnaud. Benar–benar lezat. Dan kami berhak membawa hasil masakan masing–masing untuk dinikmati bersama dengan keluarga tercinta. Tak ketinggalan kami mendapat sertifikat partisipasi kursus masak dan foto bersama dengan para chef dan staff. Kami pulang dengan hati riang dengan membawa pengalaman baru tentang teknik memasak yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya.

​

Selain belajar teknik memasak yang memang ditekankan Le Cordon Bleu, kami juga semakin menghargai kerja keras, dedikasi dan tingkat kesabaran yang tinggi dibalik layar penyajian makanan yang menarik dan enak dinikmati. “Pantas saja masakan prancis mahal harganya, karena bahan–bahan yang digunakan memiliki kualitas tinggi, cara memasaknya harus sabar dan penuh cinta”, kata salah satu peserta dengan rasa takjub.

​

Tertarik dengan program kursus lainnya yang diluncurkan oleh tim Soerat Kabar? Tunggu kejutannya!

​

SPESIAL TERIMA KASIH KEPADA YUSNI MANULLANG YANG TELAH BERSEDIA MENJADI KOORDINATOR ACARA KURSUS MEMASAK INI DAN JUGA TERIMA KASIH KEPADA PARA PESERTA YANG TELAH BERPARTISIPASI: IBU ITA, HESTI, DAYU, AYU, ALI, EVI, TINA.

​

Teks : Moestaryanti Puruhita

Foto Kredit: Ita, Evi, Yusni

​

==========================================================================================================================

​

08 Kita kita - Samsons deMasiv.jpg

Perlindungan Hak Cipta:

Tatap muka dengan Irfan Aulia Samsons dan Rian Ekky Pradipta d'Masiv

​

Tanggal 6 November 2018 lalu, warga negara Indonesia yang tinggal di kota Meksiko dimanjakan dengan datangnya 2 artis Indonesia, Irfan Aulia Samsons dan Rian Ekky Pradipta d’Masiv. Sebetulnya kedatangan mereka ke Meksiko adalah untuk menghadiri dan menjadi pembicara pada acara CISAC-CIAM General Assembly yang diselenggarakan oleh SACM – Sociedad de Autores y Compositores de Mexico.

​

Kesempatan ini tentu tidak disia-siakan. KBRI mengundang mereka dan meminta mereka berbagi informasi mengenai hak cipta. Pada acara pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Mexico City,  Irfan Aulia berbicara mengenai terjadinya perubahan generasi pendengar musik, di mana generasi pendengar baru kini tidak lagi membeli dan memiliki musik, melainkan hanya mengaksesnya saat mereka mendengarkannya. Untuk itu, dibutuhkan kebijakan-kebijakan baru untuk memperkuat perlindungan terhadap hak cipta. Irfan Aulia juga berbicara mengenai metadata dan juga kesetaraan gender di dalam musik. Saat ditanya alasannya hadir dan berbicara CISAC-CIAM General Assembly yang diselenggarakan oleh SACM – Sociedad de Autores y Compositores de Mexico, Irfan Aulia menyebutkan, masih banyaknya hak cipta yang tidak dilindungi di Indonesia, sehingga dirinya merasa perlu untuk terus menerus menyuarakan aspirasi ini. Irfan Aulia sendiri sering menjadi pembicara untuk hal-hal yang terkait dengan kekayaan intelektual dan perlindungan hak cipta khususnya dalam bidang musik.

​

Dalam pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Mexico City yang diselenggarakan di KBRI Mexico City dan dipandu oleh Evi Siregar, tentu pembicaraan tidak dapat dielakkan dari cerita mengenai proses kreatif mereka. Irfan dan Rian bercerita bahwa hasil lagu-lagu ciptaannya merupakan kejadian yang memang mereka alami. Lagu cinta yang mereka ciptakan, termasuk juga lagu patah hati, memang terinspirasi dari cerita-cerita nyata saya, kata Rian. Irfan juga bercerita hal yang sama, bahwa kebanyakan lagu muncul dari satu kejadian. Irfan dan Rian bukan hanya cerita tentang proses kreatif mereka, tetapi juga bercerita mengenai latar belakang mereka masuk dunia musik. Kerja keras dan pantang menyerah merupakan kunci kesuksesan mereka berdua. Tak lupa, di akhir pertemuan, mereka didaulat untuk menyakinan beberapa buah lagu hits mereka. Semua yang datang pun tak ayal lagi ikut bernyanyi bersama. Jangan menyerah, Cinta ini membunuhku, Kenangan Terindah. Musik adalah cinta, dan cinta tak akan hidup tanpa musik. Selamat dan terus sukses untuk Irfan Aulia dan Rian Ekky Pradipta. Terima kasih sudah mau meluangkan waktunya mampir di KBRI dan bertemu dengan kami. Datang lagi ya ke Mexico City!

​

Teks : Estudiantina Moors dan Evi Siregar

Foto Kredit : Evi Siregar

​

==========================================================================================================================

​

foto ahmad fuadi 3.jpg

Diskusi dan Pemutaran Film Negeri 5 Menara

​

Pada tanggal 17 Oktober 2018 yang lalu, KBRI Mexico City kedatangan tamu penulis best seller Negeri 5 Menara. Diawali dengan pemutaran film, dilanjutkan dengan jeda sholat maghrib dan makan malam. Diskusi dan tanya jawab tentang proses menulis berlangsung santai, akrab dan penuh kekeluargaan.

​

Man jadda, wajada. Pepatah dalam bahasa Arab yang berarti siapa yang bersunggguh-sungguh pasti berhasil menggema kembali. Novel yang kemudian difilmkan dengan judul yang sama: Negeri 5 Menara telah mengantarkan penulisnya, Ahmad Fuadi, menjadi seorang penulis best seller terhadap karya-karya yang ditulisnya.

​

Penulis kelahiran Sumatera Barat ini menuturkan bahwa sebuah tulisan bisa lebih tajam dari sebuah peluru. Menulis itu mempunyai arti yang dalam dan membangkitkan alam bawah sadar pembacanya untuk hanyut ke dalam alur cerita. Baginya dengan menulis dirinya seperti memiliki karpet terbang, bisa dengan bebas pergi ke manapun  ia suka. Tak diragukan lagi bahwa Ahmad Fuadi adalah salah seorang penulis Indonesia yang berprestasi. Terbukti seringnya ia bepergian ke mancanegara untuk berbicara mengenai karyanya. Dengan menulis pula dan menghasilkan buku, akan tercipta bentuk media lainnya, seperti film, musik dan komik.

 

Lalu dari manakah kita harus mulai menulis? Ahmad Fuadi menjelaskan bahwa ia juga menemui kesulitan ketika berniat menulis buku pertamanya, Negeri 5 Menara. Peran sang istri yang setia mendampingi dan memberi semangat merupakan faktor yang sangat penting bagi awal kariernya. Istrinyalah yang memberikan sebuah buku tentnag bagaimana cara menulis novel. Pria yang pernah berkarier sebagai wartawan di Tempo terus berusaha dan tidak putus asa untuk mewujudkan niatnya, yaitu menulis novel tentang pengalaman hidupnya yang berharga di sebuah pesantren di Gontor Jawa Timur. Dan Akhirnya, tercapai juga niatnya. Man jadda, wajada.

 

Menurut peraih Khatulistiwa Literary Award tahun 2010 ini ada 4 tahapan dalam sebuah proses menulis yang dapat dituangkan ke dalam bentuk pertanyaan:  kenapa, apa, bagaimana dan kapan. Kita harus memilih topik yang dekat dengan kita, latar belakang dan rasa peduli. Lalu dibantu dengan riset tentang topik yang ingin diangkat. Riset bisa dilakukan melalui referensi buku, foto-foto, buku catatan sampai wawancara dengan narasumber. Dan saran yang paling penting adalah mencicil menulis setidaknya 1 halaman setiap hari, dalam satu tahun pasti akanakan menjadi buku. Siap menjadi penulis? Man jadda, wajada!

​

Teks: MOESTARYANTI PURUHITA

Foto kredit: ADDI SETYAWAN, KBRI MEXICO CITY

​

==========================================================================================================================

​

Zacango foto kolase.jpg

Ayo ke Zacango Zoo, Toluca

 

Kalo dengar kata Toluca, yang terlintas dalam ingatan pastilah sebuah kota industri yang berada di dekat Kota Meksiko dan udara segar yang siap menanti kita. Terlintas juga gambaran naik kuda, lalu makan ikan trucha goreng sambil piknik bersama keluarga, atau sekedar menghabiskan waktu di Outlet Lerma. Setelah bertemu dan berbincang-bincang dengan Abigail Heriyanti yang berdomisili di Toluca, ternyata Toluca menyimpan beberapa tempat menarik dan cantik, seperti Cosmovitral Botanical Garden dan Zacango Zoo. Kedua tempat ini cukup mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi, sehingga cocok untuk dikunjungi pada akhir pekan.

​

Zacango Zoo bisa dengan mudah dikunjungi dengan menggunakan panduan dari Google Map. Kabut dan tempat parkir yang luas akan menyambut kita. Jangan lupa untuk membawa jaket tebal saat berkunjung ke sana. Harga tiket masuk 42 pesos untuk dewasa dan 24 pesos untuk anak-anak yang memiliki tinggi badan di atas 100cm. Satu hal yang mencolok di kebun binatang ini adalah kebersihannya dan kandang-kandangnya yang luas. Tak terasa kami menghabiskan waktu sampai 3 jam berjalan kaki untuk mengelilingi kebun binatang ini. Di sana kita bisa melihat jerapah, singa, harimau, beruang putih, burung hantu, flamingo, sampai reptil. Sarana umum seperti toilet dan tanda-tanda penunjuk jalan sangat mudah ditemukan. Tak perlu khawatir akan tersesat. Pada akhir rute disediakan juga sarana bermain anak-anak seperti mainan untuk meluncur, ayunan dan juga flying fox di atas danau buatan. Tak kurang dari belasan stand penjual makanan bisa ditemukan pada akhir rute ini, ayam bakar, quesadilla, churros, dan masih banyak lagi.

​

Teks: Estudiantina Moors

Foto kredit: Abigail Heriyanti dan Estudiantina Moors

​

==========================================================================================================================

​

x Pozole-kolase2.jpg

Belajar Membuat Pozole Oaxaca

oleh Yusni Manullang

​

Pada kelas pendidikan DWP Mexico City bulan lalu, selain pembuatan tortilla tradisional khas Meksiko, dipelajari juga bagaimana cara membuat pozole. Perlu dicatat bahwa setiap negara bagian di Meksiko mempunyai resep pozole sendiri-sendiri. Berikut adalah cara membuat pozole ayam khas Oaxaca.

​

Bahan yang dibutuhkan:

  1. Jagung kering

  2. Kapur tohor, di Meksiko biasa disebut cal, yang merupakan senyawa kimia kalsium oksida

  3. Air sesuai kebutuhan

  4. Kaldu ayam (dibuat dari tulang dan kaki ayam) sesuai kebutuhan

  5. Daging ayam rebus yang kemudian disuwir

  6. Seledri dan jeruk nipis secukupnya

  7. Daun Santa

  8. Garam dan merica

 

Cara membersihkan jagung untuk membuat pozole sama seperti membuat bahan tortilla, hanya saja perlu tambahan waktu untuk memasaknya. Masak jagung kering dengan kapur tohor kira-kira dua jam, lalu bersihkan jagung dengan air.

​

Setelah jagung dirasa cukup putih, siapkan air dan didihkan di dalam panci. Masukkan jagung ke dalam air mendidih kira-kira seperempat ukuran panci dan masak selama 6-8 jam. Proses ini bisa dipercepat jika menggunakan kayu bakar. Selama proses memecahkan biji jagung, kita bisa menyiapkan kaldu ayam. Untuk pilihan rasa, bisa hanya dengan memambahkan garam ke dalam kaldu. Akan tetapi, kalau ingin menambahkan dengan bawang putih dan bawang merah, pasti rasanya akan lebih nikmat.

 

Setelah jagung pecah, masukkan kaldu dan masak lagi sampai pozole benar-benar lembut dan kuah mengental. Sementara itu, suwir daging ayam dan siapkan potongan seledri juga jeruk nipis. Jangan lupa menambahkan garam dan merica, lalu daun santa sesaat sebelum mematikan api. Sajikan pozole sebagai makanan pembuka sebelum makan taco yang dengan diisi daging sapi muda.

​

Foto Kredit: Yusni Manullang

​

==========================================================================================================================

​

foto11x.jpg

Lokakarya Hari Anak Nasional 2018

​

"Pada saat bermain, bermainlah dengan senang hati dan bergembira bersama kawan-kawan. Namun, jangan lupa saat belajar, belajarlah dengan tekun dan sungguh-sungguh agar dapat meraih prestasi” – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yambise di Forum Anak Nasional 2018

​

Dalam rangka Hari Anak Nasional 2018, KBRI Mexico City bekerja sama dengan DWP meneyelenggarakan lokakarya bertemakan “Anak Indonesia di Luar Negeri” yang bertempat di Casa Cultura, KBRI Mexico City. Pembicara dalam lokakarya tersebut adalah Luki Setiawan, alumni Fakultas Psikologi UI dan pernah menjadi anak Indonesia di luar negeri.

 

Lokakarya dimulai dengan mengangkat cerita tentang Blandine West yang bisa digunakan sebagai pembanding dengan anak-anak Indonesia yang bersekolah di luar negeri maupun anak-anak Indonesia yang kembali ke tanah air setelah tinggal beberapa saat di luar negeri. Tentang Blandine West:

https://www.telegraph.co.uk/expat/education-and-family/the-10-biggest-struggles-for-a-third-culture-kid/

​

Tantangan seperti pertanyaan mengenai identitas diri (kamu orang mana?), kemampuan berbahasa dan dialek (logatmu bukan seperti orang Indonesia?), keterampilan dalam hubungan sosial dan gaya hidup (menggunakan toilet jongkok), serta penyesuaian budaya (mencium tangan orang yang lebih tua sebagai tanda hormat) menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat yang harus dihadapi anak-anak Indonesia saat mereka tinggal di luar negeri maupun saat kembali ke Indonesia.

​

Menurut Luki Setiawan, anak Indonesia tidak perlu mengalami GEGAR BUDAYA. Yang diperlukan adalah KEPEKAAN terhadap perilaku dan kebiasaan di negara yang mereka tinggali. Selain itu, pembica juga mengingatkan orangtua untuk memperhatikan kemampuan anak dalam kesehariannya.  Pendampingan orangtua yang optimal dalam perkembangan anak-anak menjadi hal yang penting, karena intelektualitas seorang anak tidak diturunkan secara genetik, tetapi melalui pembelajaran, dan tentunya membutuhkan bimbingan dari orangtua secara terus-menerus.

​

Teks: Estudiantina Moors

Foto kredit: Addy Setyawan - KBRI Mexico City

​

==========================================================================================================================

​

08 Kita Kita - Belajar bikin Tortilla kolase2.jpg

Belajar Membuat Tortilla

oleh Yusni Manullang

 

Hari Selasa, 17 Juli 2018 yang lalu, DWP Mexico City mengadakan kelas pembuatan tortilla tradisional khas Meksiko. Jika anda ingin ikut mencoba membuatnya, berikut bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan:

  1. Jagung kering.

  2. Kapur tohor, biasa disebut cal disini, merupakan senyawa kimia kalsium oksida.

  3. Air sesuai kebutuhan.

  4. Gilingan batu yang datar dan penggilingnya (metate), atau bisa menggunakan penggiling jagung.

  5. Alat pembentuk tortilla (tortillera).

  6. Teflon datar, atau comal.

 

Yang perlu dilakukan pertama-tama adalah membersihkan jagung agar siap digiling menjadi adonan. Untuk membersihkannya, masak jagung kering dengan kapur tohor kira-kira 30 sampai 45 menit tergantung kekuatan api. Semakin besar api, semakin cepat waktu yang dibutuhkan. Cara tradisional biasanya menggunakan kayu bakar; selain lebih cepat, bau khas kayu bakar pun membuat rasa tortilla  nanti lebih nikmat.

 

Setelah dirasa cukup, bersihkan jagung dengan air. Gosok kuat menggunakan tangan dengan menggesekkan jagung agar semua kulit luar jagung terkelupas dan jagung menjadi putih. Setelah itu, giling jagung menggunakan gilingan. Jangan lupa sesekali tambah air untuk melembutkan adonan. Bagian ini adalah proses tersulit karena jagung tersebut sangat keras, dibutuhkan tenaga yang kuat dan keterampilan untuk membuat adonan yang pas; tidak terlalu lembut dan tidak terlalu kasar. Akan lebih mudah jika anda bisa menemukan penggiling jagung yang lebih modern.

 

Setelah adonan siap, mulailah membentuk adonan menjadi bulat pipih seperti bentuk tortilla biasanya. Anda bisa membentuknya dengan tortillera, lebih cepat dan mudah. Perhatikan kekuatan menekan tortillera, jangan sampai terlalu keras karena hasilnya akan mudah robek.

Untuk orang-orang Meksiko, memasak tortilla sudah menjadi kebiasaan yang mudah, berbeda dengan kita yang lebih akrab dengan nasi sebagai karbohidrat utama. Akan tetapi, tidak salah untuk belajar membuatnya, mungkin nanti bisa menjadi obat rindu ketika kembali ke tanah air.

​

Teks: Yusni Manullang

Foto kredit boga: Yusni Manullang

Foto kredit peserta: Puruhita Moestaryanti

​

==========================================================================================================================

​

Soto Prohogar, resto baru di Mexico City

 

Baru-baru ini telah dibuka sebuah resto baru yang menawarkan soto ayam. Ya benar, di Mexico City kini sudah dapat dinikmati soto ayam. Mungkin banyak yang bertanya, mengapa soto ayam dan mengapa restonya bernama Soto Prohogar? Berikut ini hasil wawancara dengan pemilik warung soto ayam, Eni Sulistyaningsih.

 

Kita tahu bahwa Indonesia memiliki soto, sama seperti halnya Jepang yang mempunyai ramen. Di Meksiko dan di negara-negara lain ramen sudah sangat dikenal, sementara soto ayam belum. Jadi, itulah sebabnya mengapa saya menawarkan soto ayam di Mexico City. Saya ingin soto ayam dikenal sebagaimana ramen. Lalu, kenapa resto ini bernama Soto Prohogar? Sebenarnya kata Prohogar mengacu pada tempat di mana soto ini dijual, yaitu di Colonia Prohogar. Colonia Prohogar memang merupakan sebuah zona yang didominasi masyarakat kelas popular. Namun, ini bukan berarti bahwa daerah ini merupakan daerah sejenis bronx. Untuk bisnis kuliner daerah ini cukup baik, karena daya beli masyarakat di sekitar sini cukup tinggi. Saya melihat orang-orang cukup antusias untuk mencoba soto ayam. Dan, alhamdulillah, setelah mereka mencoba, mereka datang lagi, bahkan mereka datang dengan mengajak sanak saudara dan teman. Sebenarnya menu yang disediakan di sini bukan hanya soto ayam, melainkan juga menu lain seperti yang sudah saya tawarkan di Warung Makan (resto sebelumnya yang terletak di Colonia Roma, red), yaitu ayam goreng, sate ayam, nasi goreng, tumis buncis udang, balado terong, balado telur, dan iga sapi. Orang-orang Meksiko mulai mencoba sedikit demi sedikit masakan Indonesia, dan mereka menyukainya.

 

Semoga saja Soto Prohogar maju dan terus diminati masyarakat Meksiko. Buat yang belum mencoba soto ayam Ibu Eni atau yang ingin menikmati masakan-masakan lain yang pernah ditawarkan sebelumnya di Warung makan, silakan berkunjung ke Soto Prohogar, Av. Central 152, Pro Hogar, Azcapotzalco, CP. 02600, tel. 55 7707 8446.

 

Teks : Evi Siregar

Foto kredit: Eni Sulistyaningsih

​

==========================================================================================================================

​

Info pemilu: Pileg dan Pilpres 2019 Serentak

 

Untuk pertama kalinya Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menyerentakkan pemilihan legislatif dan pemilihan eksekutif dalam hari yang sama. Di Indonesia pileg dan pilpres akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.

​

Pada tanggal 12 Mei 2018 yang lalu telah diselenggarakan Sosialisasi Pemilu untuk wilayah Mexico, Belize, El Salvador, dan Guatemala. Menurut informasi, tanggal pemungutan suara di TPSLN Mexico City belum ditentukan, tetapi akan diselenggarakan satu hari di antara tanggal 8-14 April 2019. Jika ingin mendapatkan informasi tentang pileg dan pilpres tahun lebih lanjut, silakan kontak dengan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Mexico City:

 

Facebook: PPLN Mexico City 2019

Email: pplnmexicocity2019@gmail.com

Telepon dan WA: +52 1 553142 9804

​

==========================================================================================================================

​

FERIA INTERNACIONAL DE LAS CULTURAS AMIGAS 2018

​

Pemerintah Kota Meksiko baru-baru ini menyelenggarakan Festival Internasional Budaya Sahabat (Feria de las Culturas Amigas) dari tanggal 14 sampai 29 April 2018. Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 2008 dan mendapat perhatian yang tinggi dari warga. Bayangkan saja, ketika festival ini pertama kali digelar (waktu itu di Jalan Reforma) dihadiri hampir satu juta warga. Sejak saat itu, setiap tahun Feria Internacional de las Culturas Amigas digelar antara bulan April atau Mei.

​

Karena alasan keamanan, sejak beberapa tahun lalu Feria Internacional de las Culturas Amigas diselenggarakan di alun-alun kota. Dan sejak tahun 2017, penjualan makanan dan kerajinan tangan dipisah. Penjuanan kerajinan tangan tetap diadakan di alun-alun kota, sementara penjualan makanan dipindahkan ke Jalan Santo Domingo.

 

Kedutaan Besar Republik Indonesia, seperti juga kedutaan-kedutaan yang lain selalu diundang untuk mengisi kegiatan ini. Jumlah peserta setiap tahunnya kurang lebih sama, tetapi tempat masing-masing stand berbeda setiap tahunnya. Tahun 2017 lalu stand makanan Indonesia berada pada posisi yang strategis, tetapi tahun ini tidak strategis, demikian komentar salah seorang WNI yang mengisi stand makanan Indonesia. Akibatnya, penjualan tahun ini agak menurun dibandingkan penjualan tahun lalu. Sementara itu, WNI lain yang mengisi stand makanan Indonesia, mengatakan bahwa pada hari pertama pembukaan makanannya terjual habis dengan cepat dan jumlahnya jauh lebih tinggi dibanding dengan tahun lalu. Bagaimana dengan penjualan produk Indonesia? Seorang WNI yang mengisi stand kerajinan tangan mengatakan bahwa dibanding dengan tahun lalu, omzet tahun ini menurun, karena tahun lalu hanya dua orang yang menjual produk Indonesia, sementara tahun ini ada empat orang.

 

Bagaimanapun, Feria de las Culturas Amigas merupakan ajang promosi budaya yang sangat ampuh. Bayangkan saja, tahun ini orang yang berkunjung ke festival internasional itu diperkirakan mencapai 3 juta.

​

Teks: Evi Siregar

Foto kredit: Evi Siregar

​​

==========================================================================================================================

​

Kunjungan DWP Mexico City ke Desa San Fransisco Xochiteopan, Atzitzihuacan, Puebla

​

Pada tanggal 26 Februari 2018 yang lalu Ketua DWP Mexico City Ibu Desfira Yusra dan anggota mengadakan kunjungan ke Desa San Fransisco Xochiteopan, Atzitzihuacan, Puebla. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat secara langsung salah satu desa yang mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi yang terjadi pada tanggal 19 September 2017. Dana untuk membantu korban gempa tersebut berasal dari kegaitan seni dan bazar sederhana yang diselenggarakan anggota DWP Mexico City pada tanggal 8 Desember 2017. Dari kegiatan ini DWP Mexico City berhasil mengumpulkan dana bantuan sebanyak 29,350 pesos, yang kemudian diberikan kepada Operación Bendición México, sebuah organisasi kemanusiaan nirlaba di Meksiko, untuk disalurkan kepada korban gempa bumi 19 September 2017. Pada saat itu Operación Bendición Mexico memiliki program “Membangun rumah orang-orang yang kehilangan rumah akibat gempa 17 September 2017”, di antaranya di Desa San Fransisco Xochiteopan, Atzitzihuacan, Puebla. Itu sebabnya, DWP Mexico City mengunjungi desa tersebut dan bertemu langsung dengan orang yang penerima bantuan. Pada kesempatan kunjungan tersebut ketua dan anggota DWP Mexico City juga mengunjungi satu-satunya Sekolah Dasar dan menyerahkan bantuan kepada Kepala Sekolah.

 

Teks: Evi Siregar

Foto kredit: Evi Siregar

​

bottom of page